Jingga, Anak dari seorang konglomerat. Meninggalkan keluarganya demi menikah
dengan pria yang di cintainya.
Bukannya mendapatkan kebahagiaan setelah menikah, ia justru hidup dalam penderitaan.
Akankah Jingga kembali ke kehidupannya yang dulu atau bertahan dengan pria yang menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberanian Jingga
Jingga baru keluar kamarnya di sore hari, ia keluar sambil menggendong Nabila dan melihat ke arah dapur yang sangat berantakan.
Jingga membuka tudung saji, ia menarik garis senyumnya, ternyata ibunya itu tetap memakan telur dadar yang dibuatnya. Jingga pun menurunkan Nabila ke atas trolinya, kemudian mulai membersihkan dapur, ruang tengah dan ruangan lainnya. Ia menyapu, mengepel serta merapikan barang-barang yang sudah berserakan, entah apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya hingga membuat semua ruangan begitu berantakan.
Jingga mengetuk kamar pintu ibu mertuanya. Namun, tak ada jawaban dari dalam, Jingga memberanikan diri untuk membuka. Namun, ternyata kamar itu kosong sepertinya ibunya sedang keluar. Ia melihat kamar ibunya begitu berantakan, biasanya Jingga akan membersihkannya. Namun, entah mengapa ia merasa kesal dengan ibu mertuanya itu, ia memutuskan untuk menutup pintunya kembali dan memilih untuk memasak makan malam untuk mereka. Jingga pun melihat kembali isi kulkasnya dan memilah apa yang harus dimasak untuk suaminya. Namun, sebelum memulai memasak Jingga mengambil ponsel dan menelpon suaminya, menanyakan apakah suaminya itu akan pulang untuk makan malam atau kembali akan lembur di kantor seperti beberapa malam terakhir dan jawabannya adalah suaminya tak akan pulang makan malam dengan alasan masih banyak pekerjaan.
"Ya sudah kalau begitu Mas, aku nggak masak makan malam ya buat Mas?" tanyanya membuat Aditya pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Jingga.
Jingga kembali mengambil telur 2 butir dan merebusnya serta mengambil mie instan dan menyimpannya di bawah tudung saji, tak lupa ia juga membuat makanan untuknya karena khawatir ASInya akan berkurang, ia pun memutuskan untuk mengambil satu potong ayam dan menggorengnya untuk dirinya sendiri. Ia membawa sepiring nasi, sepotong ayam goreng dan 1 butir telur ke dalam kamarnya. Ia kembali mengunci diri di dalam kamar setelah membersihkan semua ruangan yang berantakan karena kerjaan ibu mertuanya.
Kata bodoh yang diucapkan suaminya saat menelpon seseorang, yang sekarang ia tahu bernama Tessa terus saja terngiang di telinganya, apakah benar selama ini ia telah menjadi wanita bodoh. Apakah cintanya itu membuatnya bodoh, selama ini ia berusaha untuk menyenangkan ibu dari suaminya, menyenangkan suaminya, menjaga dengan baik anaknya. Jingga bahkan mengorbankan keinginannya sendiri demi tetap menjaga keharmonisan keluarganya. Namun, sepertinya benar apa yang dikatakan oleh suaminya, ia telah menjadi wanita bodoh dan terus bertahan dengan perlakuan mertua dan suaminya.
Mengapa ia sebodoh itu hingga tak menyadari perubahan dari suaminya, perubahan itu sudah dirasakannya sejak usia kandungannya memasuki 7 bulan. Apakah sejak saat itu suaminya itu menduakannya, tanpa terasa air mata Jingga menetes, ia hanya bisa mengusap air matanya dan mengusap punggung tangan anaknya. Ingin rasanya ia kembali ke rumah orang tuanya. Namun, ia juga merasa malu, karena dia sendirilah yang mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka hanya demi Aditya, harapan ia bisa bahagia bersama dengan Aditya kini sirna sudah.
Di saat Jingga sedang makan malam di kamarnya ia mendengar suara gaduh di luar, sepertinya ibu mertuanya itu sudah datang.
"Jingga, kamu di mana? Mengapa kamu terus mengurung dirimu di kamar, ayo keluar buatkan ibu makan malam. Kamu pikir ibu akan memakan telur lagi, cepat ibu ingin makan yang lain!" teriak Ambar. Namun, Jingga mengabaikannya, ia tetap fokus makan pada makanannya. Biarlah ibu mertuanya itu marah, ia sekarang tak peduli lagi berbeda saat ia masih menganggap suaminya itu mencintainya, ibu mertuanya dianggap ibunya sendiri. Namun, setelah apa yang dilakukan oleh Aditya padanya, perasaan itu berubah.
Perasaan yang selama ini ditahan karena perlakuan ibu dari suaminya itu kini tak bisa ia tahan lagi, ia tak peduli apakah ibu mertuanya itu menganggap dirinya menantu yang tak becus, menantu yang tak berguna, ia tak peduli. Saat ini yang ada di dalam pikirannya hanya ingin mengetahui sebenarnya sampai sejauh mana perselingkuhan suaminya, ia ingin tahu apakah suaminya itu benar-benar secara sadar telah tak menginginkannya lagi, jika itu benar ia tak akan memaksa. Namun, satu yang pasti ia akan mengambil Nabila jika mereka sampai berpisah.