Batas Kesabaran Seorang Istri
"Jingga! Jika kamu melangkahkan kaki kamu keluar dari rumah ini, jangan harap kamu bisa kembali lagi!" ucap Gunawan pada putrinya, hatinya sangat sakit, putri yang sangat disayanginya menentang keinginannya yang telah menjodohkannya dan memilih untuk menikah dengan pria lain.
"Tidak, Ayah. Jingga mohon jangan seperti ini, Jingga sangat mencintai Aditya," ucapnya yang kini sudah berlutut memeluk kaki ayahnya, berharap ayahnya bisa memberinya restu untuk menjalin hubungan dengan pria yang sangat dicintainya.
"Jingga, apa yang kamu harapkan dari pria seperti dia? Kau takkan bahagia jika kamu hidup bersamanya, Nak."
"Ayah, Aditya pria yang baik, dia sangat mencintaiku dan akupun sangat mencintainya, aku pasti akan bahagia menikah dengannya. Ayah, aku mohon berikan restu Ayah."
"Sekali tidak, tetap tidak! Keputusan ayah sudah bulat, jika kamu tetap memilih Aditya dibanding Gantara, silahkan kamu keluar dari rumah ini! Ayah tak sudi memiliki seorang putri yang tak mau menuruti apa yang ayah katakan!" ucap ayah bergetar saat anaknya dengan lantang menentang keputusannya dan lebih membela pria yang sama sekali tak direstuinya.
Aditya hanya berdiri mematung mendengarkan perdebatan ayah dan anak itu, ia tak menyangka jika niat baiknya untuk meminang Jingga berujung pada apa yang terjadi saat ini.
Bukannya tak tahu diri, Aditya selama ini menjalin hubungan dengan Jingga dan Jingga selalu mengatakan jika hubungan mereka sudah diketahui oleh kedua orang tuanya dan mereka tak keberatan.
Karena itulah Aditya berani datang melamar Jingga, walau status sosial mereka sangat jauh berbeda. Jingga berasal dari keluarga kaya raya sedangkan dia hanyalah seorang pegawai biasa, ia bekerja di sebuah perusahaan cabang milik pria yang dijodohkan dengan Jingga.
Jingga menatap Aditya. "Kak, apa kamu mau berjanji akan membahagiakan ku? Jika aku memilihmu?" tanya Jingga membuat Aditya terkejut disaat wanita cantik berusia 20 tahun itu memilihnya dibanding memilih keluarganya.
Aditya memang juga sangat mencintai Jingga dan akhirnya ia pun mengangguk, membuat Jingga menggenggam tangan Aditya dengan sangat erat.
"Maaf, Ayah," lirih Jingga membuat Gunawan mengerti pilihan putrinya.
"Kamu akan menyesali pilihanmu, Nak!" lirih Gunawan kemudian ia pun berlalu menuju ke kamarnya, ia sangat menyayangi putrinya. Namun, keputusannya tak akan di ubahnya.
"Jingga, pikirkan baik-baik. Kamu jangan mengambil keputusan yang bisa saja kau sesali," ucap Mita menggenggam tangan putrinya.
"Tidak, Bu. Keputusan ini sudah Jingga pikirkan secara matang, Jingga sangat mencintai Aditya dan aku ingin menikah dengannya."
Mendengar hal itu, Mita hanya bisa menghela nafas. Ia menatap pria yang dipilih oleh anaknya.
"Aditya, tante titip anak tante. Jangan sakiti dia, Jingga sudah memilihmu dibanding pilihan ayahnya dan bahkan meninggalkan kami hanya untuk kamu, ibu tak bisa berbuat banyak dan tak bisa membantu kalian, ibu hanya bisa memberikan restu ibu," ucap Mita kemudian ia kembali melihat ke arah putrinya. "Jika kamu merasa keputusan yang kamu ambil ini salah, pulanglah, Nak. Sampai kapanpun kamu tetaplah putri ibu."
"Maaf, Bu."
Mita hanya mengangguk dan menyusul suaminya ke kamar mereka, meninggalkan Jingga dengan hati yang perih.
Jingga dan Aditya pun meninggalkan rumah itu, setetes air mata jatuh di mata Gunawan saat melihat putrinya itu pergi meninggalkannya. Ia hanya bisa melihat putrinya itu keluar gerbang dari balik jendela kamarnya, rasa sakit hatinya semakin membuatnya membenci sosok Aditya.
"Ayah, bagaimana dengan perjodohan mereka?" ujar Mita, dimana keduanya sudah menyetujui perjodohan yang diajukan oleh keluarga Zafran, karena mereka percaya jika putrinya pasti akan menerima perjodohan itu. Namun, ia tak menduga jika mendapat penolakan dari Jingga.
Mendengar pernyataan itu, Gunawan hanya menghela nafas, ia akan meminta maaf kepada keluarga Zafran tentang membatalkan perjodohan yang telah mereka setuju, meskipun sudah pasti akan banyak dampak yang akan di alaminya, termasuk dengan perusahaannya.
Disaat Gunawan dan juga Mita, orang tua Jingga merasa sakit karena apa yang dilakukan oleh putrinya, Aditya dan Jingga justru terlihat sangat bahagia. Mereka tetap melaksanakan rencana pernikahan yang telah mereka susun, walau tanpa restu kedua orang tua Jingga.
Mereka melaksanakan pernikahan di kantor KUA dengan melimpahkan semuanya pada wali hakim.
Kata sah membuat Jingga kini sudah menjadi istri dari Aditya dan fakta itu diketahui oleh kedua orangtua Jingga, membuat mereka hanya bisa mengelus dada dengan apa yang terjadi pada putrinya mereka.
Gunawan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memisahkan keduanya, tetapi sepertinya sifat keras kepala Jingga didapatkannya dari ayahnya.
Setelah mencoba untuk memisahkan mereka, Jingga tetap memilih Aditya dan menjadi istri dari pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
nyimak dulu
2024-10-30
0
Ratmi Asly
hemmm...kayax asyik dan akan menguras air mata...😊
2023-10-19
0
Ita rahmawati
mulai nyimak 🤗🤗
2023-06-21
0