Mencintainya bukan bagian dari sebuah kesalahan,namun melupakannya adalah sebuah keharusan, meskipun bukan sebuah keinginan.
Mampukah Rayyana mendapatkan cintanya atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Kemarahan Reza
Pesawat tujuan Indonesia yang membawa Reza dan Lita baru saja mendarat.tidak pernah sedetikpun Reza melepas tangan Lita.sebelum keluar dan berpisah di bandara,mereka masih sempat bermesraan.
Di perjalanan,Reza baru mengaktifkan ponselnya, banyak sekali telpon dan pesan yang masuk, termasuk dari Rayyana.
Di antara semua pesan yang belum dia baca,pesan dari adiknya Jasmin yang sangat menarik perhatian.
"Tumben dia mengirim pesan, biasanya juga langsung nelpon." karena penasaran dia berhenti dan memarkir mobilnya di sisi jalan.
Dia membuka pesan yang berupa video yang di kirim Jasmin,keningnya berkerut, Reza memperhatikan kembali video itu dengan teliti,setelah benar benar memastikan kalau yang terekam kamera ponsel Jasmin adalah Rayyana, istrinya, darahnya seketika mendidih, dia marah, sangat marah.
Reza melempar ponselnya ke kursi samping. menginjak pedal gas dan melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi, awalnya dia ingin langsung pulang ke rumah untuk beristirahat,tapi setelah melihat rekaman tadi, haluannya berubah,dia menuju ke rumah sakit Internasional Grahatama, tempat di mana Rayya saat ini sedang bekerja.
Tangan Reza mengepal kuat, buku buku jarinya memutih.
"Apa ini Rayya, kau menghianatiku?" rahangnya mengeras, menandakan amarahnya sudah sampai di level tertinggi.
Reza memarkirkan mobilnya asal setelah tiba di rumah sakit Internasional Grahatama.Bangsal tempat Rayya bertugas adalah tujuan utamanya.
Dia berjalan cepat, dengan tangan yang mengepal dan wajah yang memerah.
Reza tiba di depan bangsal neurologi, dari jauh dia melihat Rayya yang sedang berbicara dengan salah satu keluarga pasien. sialnya,saat Reza semakin mendekat, Abian datang dari arah kamar pasien yang berada di depan Rayyana, mau tidak mau pasti mereka akan bertegur sapa, dan saling melempar senyum.
"Rayyana.. !!!! " teriak Reza membuat semua yang berada di tempat itu menoleh ke arah Reza tidak terkecuali Abian.
"Mas Reza." Rayya tersenyum bahagia,ada rasa rindu yang terpendam setelah hampir dua minggu dia tidak melihat sang suami, tapi sayang dia tidak tau kalau kedatangan Reza ke rumah sakit adalah awal dari kehancuran rumah tangganya.
Rayya menghampiri Reza dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Mas kapan datang, tumben ke.... "
Plaakkkk.....
Bukan jawaban dari mulut Reza yang Rayya dapatkan melainkan tamparan keras di pipi kanannya.Rayya terhuyung ke belakang,dia memegang pipinya yang terasa panas, untung ada Abian yang menangkap tubuh Rayya yang hampir terjatuh menyentuh lantai.
"Apa yang anda lakukan!!?? " Abian berteriak dan berdiri di depan Reza yang tampak masih sangat marah meskipun sudah mendaratkan kelima jarinya di wajah Rayya.
"Bukan urusanmu, minggir..!!!"Abian tidak bergeming saat Reza menyuruhnya untuk berpindah tempat.
" Anda jangan ikut campur, ini masalah rumah tangga saya dengan Rayya!!! "ujar Reza yang menatap tajam ke arah Abian." apa kau menyukai istriku?"kesal Reza dalam hati, ingin sekali dia menanyakan itu pada Abian karena dalam rekaman yang Jasmin kirim,sebagai laki laki, Reza tau, pria berwajah tampan dengan alis tebal itu diam diam menyukai istrinya.
Tadi sebelum Abian terlihat di depan mata Reza,dia tidak ada niatan untuk melukai Rayya,tapi begitu Abian muncul,dia tidak dapat menahan emosi yang sudah menguasai jiwanya.
"Maaf Pak Reza,saya tau ini masalah pribadi anda,tapi tolong jangan kasar sama perempuan,apalagi dia istri anda sendiri. kalau anda punya masalah sebaiknya di bicarakan baik baik,ini tempat umum pak Reza, banyak pasang mata yang akan menonton drama rumah tangga anda, termasuk saya, dan asal anda tau,saya pribadi tidak menyukai segala bentuk kekerasan pada makhluk yang bernama wanita.
Reza menatap tajam ke arah Abian,kalau tidak mengingat harga dirinya yang selangit, dia pasti sudah memukuli Abian yang berani menceramahi nya.
Setelah beberapa saat tidak ada suara, Rayya maju dan berdiri di samping Abian,melihat dengan tatapan kecewa ke arah Reza, tidak ada air mata,meskipun itu terasa sakit sekali.Rayya tidak pernah mengharapkan pertemuan seperti ini,tapi suaminya datang membawakan luka yang tidak akan pernah bisa kering, sekarang ataupun nanti.
" Aku tunggu di rumah Mas,kita harus bicara... "Rayya berlalu, meninggalkan Reza dan Abian yang masih saling berhadapan.
Barulah cairan bening itu mengalir setelah dia menginjak pedal gas meninggalkan rumah sakit Internasional Grahatama.sakit sekali.bukan karena tamparan Reza, melainkan perubahan dari sikap sang suami yang membuat dirinya merasa terpukul.rumah tangga yang dia bina masih seumur jagung, namun tiba tiba badai datang menghantam tanpa ada peringatan sebelumnya.
Dua puluh menit setelah Rayya tiba di rumah, Reza menyusul dengan wajah yang penuh amarah.
"Duduk mas." kata Rayya menatap lurus kedepan.
"Apa hubungan mu dengan pria tadi,, heeehhh!!!? " Reza bertanya tanpa menghiraukan ajakan Rayya untuk duduk.
"Pria mana mas? " Rayya menatap Reza bingung.
Reza melemparkan ponselnya tepat mengenai kaki Rayya.
Rayya mengambil ponsel Reza dan memutar rekaman berdurasi dua menit lima belas detik yang terpampang di depannya.
Tidak ada wajah kaget yang dia perlihatkan setelah melihat video itu.
"Apa ini penyebab mas menamparku di depan umum? " tanya Rayya.
"Seharusnya mas menanyai ku dulu sebelum memberiku sebuah hadiah pertemuan yang sangat menyakitkan."
"sekarang Ayya yang tanya, kenapa handphone mas tidak bisa di hubungi selama beberapa hari ini? "
"Jangan mengalihkan pembicaraan Rayya, cepat kamu jelaskan pada mas!!"
"Dia teman kerja Rayya mas, namanya dokter Abian.tempo hari aku bertemu dengannya dan dia mengajak ku ke mall, mencarikan hadiah ulang tahun untuk adiknya.kami tidak ada hubungan apa apa hanya sebatas rekan kerja saja."Jawab Rayya.
" Kau membohongi ku Rayya,,pria itu menyukaimu.. "
"Mas....perhatikan ucapanmu !!"Rayya menaikkan satu oktaf nada bicaranya. "Dia juga sudah menikah, kebetulan kemarin itu istrinya lagi ada kerjaan di luar kota, dan tanpa sengaja kami bertemu dan dia meminta tolong padaku."
"Kau membelanya..!!!!" Reza mendekat,amarahnya memuncak,dia mencengkeram dagu Rayya dengan keras sampai Rayya meringis kesakitan.
"Lepp..aas mass, sa.. kiittt... "Rayya meringis.
Reza melepas tangannya di dagu Rayya,dan mendorong dengan keras hingga Rayya jatuh terjerembab di atas sofa.
Rayya meringis, kepalanya terbentur di sandaran sofa,baru saja dia membalikkan badan dan akan segera bangun,tapi dengan cepat Reza sudah menindihnya.
Reza memegang bahu Rayya, mencium paksa bibirnya.dia memperlakukan Rayya dengan kasar.
Rayya mulai berontak, dia tidak terima di lecehkan seperti itu oleh Reza, suaminya sendiri.
" Hentikan mas!!!"Rayya sudah tidak nyaman dengan perlakuan Reza, tapi Reza tidak menggubris ucapan Rayya.
Rayya muak, dengan sekuat tenaga dia mendorong Reza,usahanya tidak sia sia. setelah dia terlepas dari kungkungan Reza, Rayya berdiri, memperbaiki rambutnya, dan mengambil penutup kepala yang tergeletak di lantai dan memakainya.
"Cukup maaassss...!!!!sudah cukup kau menghinaku!!" Rayya menangis.
"Aku akan keluar dari rumah ini mas, redakan amarahmu terlebih dahulu, setelah itu telpon aku, kita akan berbicara tentang kelangsungan hubungan rumah tangga kita..."
Rayya mengambil tas dan meraih kunci mobil di atas meja, kemudian berlalu meninggalkan Reza yang duduk terpaku menatap kepergiannya.
Reza menggusar kasar rambutnya.
"Harusnya aku bahagia,ini akan menjadi alasanku berpisah dengannya, tapi kenapa hatiku berkata lain?jelas jelas aku cemburu, melihat Rayya bisa tersenyum manis seperti itu di depan pria lain."
aaahhhhh.....Reza berteriak.
Semua barang yang berada di sekitar nya, habis terkena amukan.
Rayya meninggalkan rumah dengan perasaan gamang.dia bingung harus kemana, hari masih siang, tidak mungkin dia kembali ke rumah sakit dalam keadaan yang berantakan seperti ini.akhirnya dia mengemudi kemana hatinya senang, berkeliling kota tanpa ada tujuan, keluar masuk mall untuk membuat pikirannya sedikit lebih tenang.
Siang berubah jadi malam,Rayya pusing malam ini mau tidur di mana.ke hotel malas, mau nyari kost an juga nggak sempat.akhirnya dia kepikiran dengan salah satu teman seprofesi nya.
"hallo Vi.... assalamu'alaikum." Rayya menelpon Devi.
"Waalaikum salam,kak Rayya,,,ada yang bisa Devi bantu kak?
Hari ini Devi memang ijin sehari tidak masuk kerja, jadi dia tidak mengetahui apa yang terjadi di rumah sakit tadi pagi.
"Mmmmm...bagaimana pernikahan sepupumu hari ini? " Rayya berbasa basi.
"Alhamdulillah, lancar kak.. "
"Kamu masih di rumah sepupumu? "
"Nggak kak, aku udah di rumah."
"Boleh aku ke rumahmu? "
"Tentu saja kak..aku menunggumu."
"Baiklah, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Rayya mengakhiri panggilan,melajukan kendaraan nya ke rumah Devi.
Devi menatap ponsel yang masih berada di tangannya, "pasti ada sesuatu, tidak biasanya dia begini." batin Devi.
...****************...
baiklah
rayya...daebak