Ameera Ku Sayang

"NENG... Tolong.."

"tolong... tolong pak Diman kemari pak." teriak mbok Sumi memanggil tukang kebun begitu melihat Ameera tergeletak dengan luka - luka di tubuhnya.

Karena pak Diman tak kunjung datang mbok Sumi pun berlari ke taman belakang sambil berteriak. " pak.. pak Diman tolong pak." seru mbok sumi dengan nafas naik turun.

"Ada apa mbok kenapa lari - lari begitu?" tanya mang diman saat melihat mbok sumi berlari ke arahnya.

"itu pak neng Ameera pingsan, ayo tolong simbok bantu angkat neng meera." ajak mbok sumi dengan wajah cemas.

"Apa? baiklah ayo mbok cepat." jawab pak Diman, Kemudian keduanya menuju ke kamar Ameera dan mengangkatnya ke atas kasur tipis dan usang disana.

"mbok sebenarnya non Ameera kenapa bisa begini?"tanya Pak Diman penasaran.

"tidak tahu pak, tadi tiba - tiba mbok sudah menemukan dia pingsan." jawab mbok sumi sembari membersihkan darah di dahi Ameera.

"Apa kita perlu membawa non meera ke rumah sakit mbok? sepertinya luka - luka ini serius." saran pak Diman merasa iba pada wanita ringkih itu.

"Bukannya mbok tidak mau pak, tapi takut Tuan marah besar nanti." ucap mbok sumi.

"Yasudah kalau begitu, saya ke belakang lagi ya mbok, nanti jika mbok butuh bantuan lagi panggil saya saja mbok." ucap pak Diman sebelum meninggalkan kamar sempit Ameera.

Setelah kepergian pak Diman mbok Sumi melanjutkan membersihkan luka - luka di tubuh Ameera tak lupa memberi salep pada tangan Ameera.

"kasian sekali nasibmu neng, perempuan sebaik dan setulus kamu di sia - sia suami sendiri, semoga ada kebahagiaan menunggumu di kemudian hari neng." gumam mbok Sumi memandang iba wajah pucat Ameera.

---

Pagi harinya Ameera terbangun, merasakan tubuhnya sakit semua bahkan kepalanya masih terasa berat seperti semalam.

"auh...sst, jam berapa ya sekarang? aku harus segera menyelesaikan pekerjaan rumahku, inikan hari pertamaku masuk kerja." ucap Ameera pada dirinya sendiri.

.

.

"loh neng meera mau ngapain? bukannya neng sedang sakit? tanya mbok sumi saat melihat Ameera melewati ruang makan.

"eh .. mbok Ameera mau mengerjakan pekerjaan Ameera dirumah ini mbok." jawab Ameera dengan senyum manisnya.

"tapi wajahmu masi pucat begitu, luka di dahi dan tanganmu juga belum sembuh benar lebih baik neng istirahat saja ya. mbok tidak mau kamu kenapa - kenapa." ucap mbok sumi dengan nada cemas.

"apa mbok lupa, ini hari pertama ameera kerja mbok. lagipula badan meera juga sudah lebih baik. kalau ameera tidak kerja bagaimana Ameera bisa mendapatkan makanan mbok." jawab Ameera lagi masih dengan senyum manisnya menatap mbok sumi.

mbok sumi hanya bisa pasrah melihat kegigihan Ameera, sungguh dia merasa iba pada nasih wanita muda itu .dinikahi secara paksa, di lukai fisik dan mentalnya, bahkan dengan teganya sang Tuan melarang ameera mengambil makanan yang ada di dalam rumah ini. Lebih mirisnya lagi mbok sumi pernah memergoki Ameera mengambil air kran dalam botol bekas untuk di minum hanya demi mengganjal perut laparnya.

"mbok selalu berdoa untukmu semoga kedepannya kebahagian menyertaimu nak." doa mbok sumi dari dalam hati untuk Ameera.

.

.

.

---

"Lihatlah seberapa kuat kamu bertahan disini wanita sialan, akan aku pastikan kehidupan mu penuh dengan kesakitan sampai dirimu lupa apa itu bahagia." gumam alex saat melihat Ameera membersihkan sekeliling rumah.

PRANKK... PRANKK...

.

.BRAKK..

"AHH..sialan kalau saja bukan karena wanita itu pasti sekarang Dira masih baik - baik saja." Murka alex bahkan kaca di kamarnya pun menjadi sasaran kekesalannya.

Entah mengapa setiap melihat Ameera, ingatannya selalu tertuju pada kejadian tragis itu.

.

.

Tok..tok..

.

.