Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amay kembali ke pesantren.
Izam memutuskan untuk menemani Mama nya di rumah sakit. Ia sengaja menunggu Mama nya karena ingin ada di samping Mama nya saat sadar nanti.
"Papa pulang dulu lah istirahat di rumah! Biar Maliq yang jagain Mama di sini! " ucap Izam meminta Papa Idris pulang.
Davin sudah pulang sedari tadi, ia memang di suruh pulang agar bisa istirahat karena besok ia akan keluar kota mengecek kantor cabang perusahaan.
"Papa di sini aja sama kamu! Lagian besok kakak kamu juga bakalan datang! " jawab Papa Idris dengan wajah lesu.
"Ya sudah, kalau gitu nanti aku akan minta kasur tambahan untuk penunggu pasien. " ucap Izam sambil berjalan keluar ruangan VVIP tersebut.
Izam meminta kepada perawat agar menambahkan kasur extra untuk penunggu pasien. Karena ini kamar VVIP, mereka mendapatkan kasur tambahan tersebut. Apalagi Izam adalah pemegang saham terbesar di rumah sakit ini.
Keesokan paginya, Izam bangun dengan wajah terkejut melihat Mama nya sudah makan di suapin Papa nya.
"Ya Allah, Mama udah sadar? Kok gak bangunin Izam? Apa yang sakit Ma? " tanya Izam langsung mendekati Mama nya sambil mencium pipi Mama nya.
"Sebelum subuh tadi Mama mu sadar! Kamu pulas banget tidurnya, jadi Mama panggil Papa aja! Mendingan kamu sholat subuh dulu, nanti keburu habis waktunya! " jawab Mama nya dengan pelan.
"Iya, shalat sana! Biar Mama mu makan dulu! " ucap Papa juga menyuruh Izam.
Izam pun pergi keluar ruangan Mama nya menuju mushola di rumah sakit tersebut. Selesai shalat subuh, ia berjalan-jalan sebentar di taman sekitar rumah sakit walaupun hari masih sedikit gelap. Ia menghirup udara pagi sejenak sebelum kembali ke ruangan Mama nya.
Ketika ia kembali, Mama nya sudah selesai makan. Ia duduk di samping ranjang Mama nya seraya memijit pelan kaki Mama nya.
"Izam senang banget Mama sudah sadar! Rasanya jantung Izam hampir copot waktu Davin ngasih kabar Mama kecelakaan. " ucap Izam dengan bernafas lega.
"Kita memang patut bersyukur atas pertolongan Allah melalui perempuan itu! Papa pesimis jika tidak ada dia yang mendonorkan darahnya untuk Mama mu! Kamu kan tahu sendiri kalau Mama mu mempunyai darah yang langka! " sahut Papa Idris ikut bicara.
"Jadi, yang donorin darah untuk Mama itu perempuan Pa? Tua apa muda orangnya! " tanya Mama Lia dengan antusias.
"Masih muda Ma, mungkin kira-kira usianya sekitar 25 tahunan lah! Emang kenapa Ma? " tanya Papa Idris penasaran.
"Gak papa kok Pa! Mama cuma nanya aja! " jawab Mama Lia dengan tersenyum misterius.
"Emang namanya siapa Pa? " tanya Izam ikutan kepo
"Itulah yang jadi masalah nya, ketika Papa mau bertanya siapa namanya, suster memanggil Papa karena dokter mau membicarakan tentang keadaan Mama mu! " jawab Papa Idris dengan menghela napas panjang.
"Sayang sekali ya.. " jawab Mama dengan ikutan menghela napas.
"Iya, tapi sebelum pergi Papa ngasih kartu nama Papa sama perempuan itu dan bilang jika butuh bantuan ia bisa langsung menghubungi Papa. " ucap Papa Idris dengan sedikit lega.
"Tapi Papa masih ingat kan dengan wajah perempuan itu? " tanya Mama lagi.
"Ingat dong Ma! Wajahnya yang teduh, tutur katanya yang lembut membuat Papa ingin meminangnya sebagai menantu kita!Cocok banget kalau bersanding dengan Izam. " jawab Papa dengan tersenyum lebar.
"Apaan sih Pa! Main jodohin aja! Kenal aja nggak! " gerutu Izam dengan malas.
Mereka pun berbincang hangat sambil menunggu kedatangan kakak-kakak Izam yang masih dalam perjalanan mau ke rumah sakit.
🌾🌾🌾
Amay yang baru pulang dari mengajar mendapat panggilan telepon dari Bulek Saroh. Karena belum sholat dzuhur, Amay memutuskan untuk shalat dulu sebelum menelpon balik Bulek Saroh.
Selesai sholat, Amay pun melakukan panggilan telepon kepada Bulek Saroh di dalam kamar sambil golek-golek.
"Hallo, Assalamualaikum Bulek! "
"Waalaikumsalam Amay, gimana kabar kamu, Nduk? "
"Alhamdulillah Amay baik, Bulek! Oh ya, tadi kenapa Bulek nelpon Amay? "
"Syukur lah kalau begitu, Nduk! Itu Nduk soal pengurus pesantren. Mbak Maryam membuat ulah lagi, Nduk! Benar-benar bikin Bulek kesal ! "
"Astaghfirullah hal adzim... Emangnya Bude Maryam ngelakuin apa lagi sih Bulek? Heran Amay, gak ada kapok-kapok nya tuh orang! "
"Mbak Maryam menfitnah salah satu Ustadzah yang mengajar di pesantren, sehingga beliau mengundurkan diri. Padahal sekarang pesantren kita lagi tidak ada guru cadangan. Sedangkan tiga bulan lagi anak-anak akan melaksanakan Ujian, kalau seperti ini siapa yang akan mengajar anak-anak dan bagaimana ujian mereka nanti. "
"Ya Allah... Pelik juga masalah nya. Bulek tenang aja, InsyaAllah Amay akan cari jalan keluar nya! "
"Yo wes lah, Nduk! Bulek senang sudah cerita sama kamu! Setidaknya Bulek bisa mengeluarkan sesak di dada Bulek! Bulek cuma kasihan saja sama Pak lek mu! "
"Ya sudah Bulek! Jangan terlalu di pikirin, nanti Bulek lagi yang jatuh sakit! "
"Iyo, Nduk! Setidaknya Bulek gak nyimpan masalah ini sendir! Yo wes yo nduk, Bulek mau ke dapur pesantren dulu! Mau ngecek makan malam anak-anak sudah selesai apa belum! "
"Iya, Bulek! Assalamualaikum... "
"Waalaikumsalam.. "
Amay termenung sesaat setelah mematikan sambungan telepon nya. Ia berpikir keras bagaimana mengatasi masalah yang terjadi di pesantren.
"Kalau aku yang mengajar gimana ya? Tapi sayang juga kalau ninggalin pekerjaan ku yang di sini! Tapi, kalau tidak pulang siapa yang akan membantu mengajar di pesantren. Kasihan sekali anak-anak di sana tidak ada yang mengajari mereka, padahal tiga bulan lagi mereka mau ujian. " gumam Amay sambil menatap langit-langit kamarnya.
Tidak ingin berandai-andai, Amay pun melakukan kegiatannya sehari-hari sambil meminta petunjuk kepada Allah atas semua masalah yang ia hadapi.
Amay pun memutuskan untuk kembali ke kampung nya untuk membantu Pak lek Rohim mengurus pesantren peninggalan Abah nya yaitu Abah Sulaeman. Amay menulis surat pengunduran dirinya di tempat ia mengajar selama ini dua minggu sebelum ia mengundurkan diri. Ia melakukan semua itu tanpa sepengetahuan Aulia karena Aulia mengambil cuti selama dua minggu untuk menghadiri pernikahan sepupunya dari pihak ayahnya di kota lain.
Pagi ini, Amay sudah bersiap-siap hendak pulang ke kampungnya. Ia hanya membawa barang-barangnya sebagian saja, karena ia mungkin bisa saja datang lagi ke kota ini untuk sekedar liburan atau karena urusan lain, jadi tidak perlu lagi membawa banyak pakaian karena pakaian nya masih ada di rumah ini.
"Alhamdulillah, semuanya sudah beres. Tinggal menunggu taksi online saja yang akan mengantar ku ke terminal. Selamat tinggal kota yang selalu membuat ku tersenyum, kota yang sudah memberikan aku rezeki dan usaha seperti sekarang ini. " gumam Amay dengan lirih.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beristirahat readers semuanya...
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏