Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Part 3
Lima tahun kemudian.
Dua orang wanita turun dari kareta yang berhenti di stasiun. Wanita itu Kayesa dan seorang gadis remaja yang menjadi pengasuh anak laki-laki yang pintar dan agresif bernama Maeka.
"Kita sudah sampai di kota kelahiran bunda."
Kayesa meraih tangan putra kecilnya yang baru berusia empat tahun. Berada di kereta berhari-hari membuat cukup melelahkan.
"Bunda! Kiano lapal (lapar)," ucap anak laki-laki ganteng dengan mata coklat itu dengan suara cedel.
Sejenak Kayesa memindai di sekelilingnya. Lima tahun dia meninggalkan kota kelahirannya, tidak terlalu banyak perubahan, mamang dari dulu pembangunan di kota ini terlihat sangat lamban.
"Biar aku yang gendong tuan muda. Nyinya," ujar Maeka seraya meraih tubuh mungil Kiano.
"Tidak mau. Kiano mau jalan sendili (sendiri) saja." Anak laki-laki itu menarik tangannnya agar terlepas dari tangan pengasuhnya.
Kiano kecil memang keras kepala, apapun kemauannya susah sekali di larang. Baru empat tahun dia sudah sangat mandiri, mandi sudah tidak mau ditemani, makan sudah tidak mau disuapi. Bahkan baju pun pakai sendiri.
Laki-laki kecil itu berlari mendahului Kayesa dan pengasuhnya. Kalau sudah begitu Maeka akan kerepotan mengejarnya. Kayesa hanya geleng kepala melihat tingkah laku putranya dan Maeka yang saling mendahului.
"Hay! Hati-hati! Jangan lari-lari," teriak Kayesa memperingati.
Mana perduli dengan teriakan khawatir Kayesa. Kiano kecil terus saja berlari sampai ke sebuah warung makan sederhana.
"Kia. Mau mam apa?" Tanya Maeka seraya mengangkat tubuh majikan kecilnya ke atas kursi.
"Ayam goleng (goreng) cripy," ujar Kiano dengan mimik sangat lucu.
"Wah! Si adek ganteng banget," sapa penjaga warung saraya mencuit kecil pipi Kiano. Semua orang yang melihatnya selalu melakukan hal yang sama, karena gemas dengan pipi gembulnya Kiano.
"Kakak duga tantik (juga cantik)," ujar Kiano membuat semua yang ada tertawa.
Tiga puluh menit kemudian, Kayesa, Maeka dan Kiano sudah selesai makan. Setelah ke kasir dan membayar makannya, Kayesa memesan mobil online untuk menuju home stay yang sudah dipesannya.
Sepuluh menit berlalu mobil online yang dipesannya belum juga sampai, Kayesa, Maeka dan Kiano berdiri di pinggir jalan raya.
Byaarr.. Tiba-tiba sehuah mobil melaju dari arah sebelah kiri, melindas kubangan air sisa hujan tadi malam, hingga air kotor itu memercik ke wajah Kayesa yang berdiri paling depan.
"Hay! Kalau nyetir yang benar dong. Apa kamu tak punya mata," teriak Maeka memaki, dia tak senang melihat wajah majikannya kotor.
Mobil itu berhenti lima meter dari tempat Kayesa berdiri, saat pintu mobil terbuka, kaluar seorang laki-laki berkaca mata hitam, menggunakan jas hitam.
"Bicara apa kamu! Apa kamu tidak siapa yang punya mobil ini," ujar laki-laki itu dengan suara tinggi.
"Dasar minim akhlak. Sudah tahu bersalah, bukannya minta maaf, tapi malah marah-marah." Maeka tidak mau kalah, dia pun ikut memaki laki-laki itu.
Mendengar perdebatan Maeka dengan laki-laki itu Kayesa mencoba menengahi. Dia tidak ingin bermasalah dengan orang kaya yang angkuh dan sombong. Percuma melawan mereka, di mana-mana mereka akan tetap benar dan banyak pembelanya.
"Maaf Tuan! Atas kelancangan pengasuh putra saya," ujar Kayesa seraya menangkupkan tangan ke arah laki-laki asing itu.
Setelah mendengar permintaan maaf dari Kayesa, laki-laki itu berjalan kembali ke mobilnya, lalu kembali lagi dengan membawa sapu tangan.
"Maaf! di mobil bos saya kehabisan tisu. Ini bos saya memberika sapu tangan, agar bisa mengelap wajah nyonya dari percikan air itu," ujar laki-laki itu menyerahkan sapu tangan abu-abu ke Kayesa, kemudian dia kembali ke mobil.
Sepeninggal laki-laki itu, sebuah mobil meluncur dan berhenti di depan Kayesa.
"Nyanya Esa?" Tanya driver menurunkan kaca mobil. Kayesa mengangguk.
"Maaf sedikit terlambat, tadi sempat terjebak macet," driver itu menjelaskan tanpa diminta.
Driver itu turun dari mobil, membuka pintu untuk tiga penumpangnya, kemudian membuka bagasi, memasukkan travelbag milik Kayesa. Mobil meluncur membawa Kayesa, Maeka dan Kiano. Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah dengan pagar berwarna coklat dan di depan rumah itu tertulis home stay Anggrek dua.
"Terima kasih. Bang," ucap Kayesa setelah turun dari mobil dan membayar ongkosnya.
Seorang wanita setengah baya dengan ramah menyambut kedatangan Kayesa. Wanita itu menyalami Kayesa.
"Saya Ratna penjaga home stay ini. Bisa dipanggil kak Irat."
"Saya Kayesa, ini Maeka pengasuh anak saya dan yang ganteng ini Kiano putra saya."
"Mau nginap di sini berapa malam. Bu Kay?"
"Jangan panggil ibu, saya jadi merasa tua. Panggil Kay saja."
"Baiklah, kalau begitu. Kay!"
"Dua malam," jawab Kayesa.
Setelah membayar administrasinya. Ratna mengajak Kayesa masuk dan menyuruh Kayesa memilih kamar mana yang mau ditempati.
"Kamar yang ini saja." Kayesa memilih kamar paling belakang, karena pintunya berhadap dengan taman kecil. Di taman itu Kiano bisa bermain bebas.
"Semua fasilitas di sini boleh digunakan. Kalau mau memasak dapur ada disebelah kiri," ujar Ratna, kemudian dia pamit.
Sementara Maeka mengajak Kiano bermain. Kayesa merebahkan dirinya di atas kasur, seraya mengeser-geser layar ponselnya. Kayesa mencari rumah kontrakan secara online. Dia harus mendapatkan rumah kontrakan, agar dia bisa berhemat, dan meneruskan bisnis online jualan kue nastar yang selama ini dilakoninya.
Kayesa akan kembali membuka orderan kue nastar menjelang dia mendapatkan pekerjaan yang layak. Karena uang pemberian dari suami semalamnya tinggal lima belas juta, dia telah menghabis puluhan juta saat hamil dan melahirkan Kiano. Karena pada waktu itu Kayesa belum bisa bekerja. Setelah Kiano berumur satu tahun, Kayesa mencoba bisnis kue nastar secara online, hasilnya lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya bertiga.
Hari ini Kayesa memutuskan kembali ke kotanya. Rindu pada Farhana sang ibu membawanya kembali ke kota ini. Dia memutuskan untuk menemui Farhana dengan identitas baru. Agar Farhana tak mengenalinya.
"Aku harus bergerak cepat. Agar segera mendapatkan rumah kontrak," batin Kayesa, lalu dia beranjak dari tempat tidur, menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian Kayesa sudah berpakaian rapi, seraya mencantolkan tali tas dibahu, Kayesa keluar kamar, mencari Maeka dan Kiano yang sedang bermain dengan kelinci pemilik home stay.
"Mae! Aku pergi dulu, titip Kia ya." Maeka hanya mengangguk, tanpa dipesani Kayesa pun, Maeka pasti menjaga Kiano.
"Bunda! Kia ndak ikut." Kiano mengangkat kedua tangan ke arah Kayesa minta digendong.
"Kalau Kia ikut. Kelincinya nggak ada teman, ntar kelincinya mangis." Maeka membujuk Kiano. Anak laki-laki itu memutar tubuhnya kembali menghadap kelinci dan mengabaikan Kayesa. Maeka berusaha mengalihkan perhatian Kiano, hingga Kayesa menghilang di balik dinding pembatas.
Ojek yang Kayesa pesan sudah menunggu di depan pintu pagar home stay. Setelah memakai helm Kayesa naik ke boncengan, motor motic itu pun meluncur mengantar Kayesa sampai ketujuan.
"Bang! Bisa saya carter abang seharian hari ini?" Tanya Kayesa, setelah membuka helm dan turun dari boncengan. Jika abang ojeknya mau Kayesa tidak perlu lagi order ojek lain.
Setelah nego dan mengadakan kesepakatan, si abang ojek pun menyetujui seratus ribu sampai urusan Kayesa selesai.
"Bang! Tunggu di sini ya," ujar Kayesa.
Sambil memindai di sekitarnya, Kayesa melangkah masuk ke halam rumah, untuk memastikan kalau benar ini rumah yang ditujunya, Kayesa kembali membuka whatsapp, melihat foto rumah yang dikirim si pemilik.
"Iya benar ini rumahnya," batin Kayesa melangkah mendekat ke arah pintu masuk.
"Kak Kayesa ya?" Tiba-tiba seorang gadis belia muncul dari jalan samping.
"Iya benar. Saya yang mau menyewa rumah ini," ujar Kayesa memperkenalkan diri.
"Rumah ini sebenarnya dua hari lagi baru habis kontraknya. Hanya saja yang ngontrak tadi pulang kampung mendadak karena orang tuanya meninggal dunia. Mereka minta waktu satu minggu baru bisa mengosongkan rumah ini," gadis itu menjelaskan.
"Satu minggu." Kayesa berpikir sejenak.
"Gini saja dik. Saya akan cari yang lain dulu. Jika tak dapat dalam satu minggu ini. Saya akan kembali ke sini," ujar Kayesa.
Keadaan rumah sangat strategis, halaman cukup luas, dan rumahnya pun tidak terlalu besar. Pas buat mereka bertiga. Namun, jika menunggu satu minggu lagi, kelamaan dia nginap di home stay. Bisa habis duit cadangannya.
Kayesa berpamitan pada gadis itu, melangkah ke luar pagar, menemui ojek yang masih menunggunya. Kayesa memakai helm dan naik keboncengan motor metic itu.
"Ke mana dek?" Tanya driver ojak, saat Kayesa sudah berada di boncengan.
"Daerah sini jauh nggak. Bang." Kayesa menunjukkan layar ponselnya. Driver ojek menoleh kebelakang.
Driver ojek itu memperhatikan layar ponsel Kayesa. Dia merasa tidak asing dengan gambar rumah yang Kayesa tunjukkan.
"Ini rumah kos-kosan milik kakak sepupu aku, tidak jauh dari sini, paling lima menit. Adek mau ke sana?"
"Bolehlah. Antar saya ke sana."
"Lagi cari kosan ya. Dek?"
"Iya. Bang!"
Motor kembali meluncur ke jalan raya, setelah belok ke kiri, lurus ke depan hingga perepatan simpang tiga. Lima menit kemudian motor memasuki kawasan perumahan. Driver memarkir motor di sebuah rumah yang cukup besar.
"Ayok. Masuk!" Driver itu mendorong pintu yang tak terkunci, masuk ke rumah sambil memgucapkan salam. Dia meminta Kayesa duduk di ruang tamu. Sang driver masuk ke dalam.
Sementara Kayesa yang duduk di sofa, memindai ruang tamu yang interiornya terlihat sangat elegan. Mata Kayesa tertuju pada foto keluarga yang tergantung di dinding.
"Foto ini sangat mirip dengan bang Rizwan." Kayesa mendekat dan memperjelas kalau apa yang dilihatnya tidak salah. Lama ditatapnya foto itu.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.