Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Sakit Yang Masih Membekas
Raken menatap lekat sosok anggun yang tengah berdiri didepan cermin besarnya. Beberapa kali menggerakkan tubuhnya kekiri dan kekanan guna melihat apakah penampilannya saat ini sudah jauh lebih baik atau masih belum. Setelah satu malam berada di Villa, Naninna merengek kepada pria itu agar mengantarkannya pulang kerumah. Apalagi ia sama sekali belum memberi kabar kepada dua pelayan pribadinya. Pasti mereka sangat khawatir, terutama Yumiella. wanita itu bahkan sudah menunjukkan kepeduliannya meskipun masih belum terlalu gamblang.
Naninna membuang arah tepat di luar jendela. Menelisik bagaimana matahari mulai muncul dan sinarnya mulai memantulkan cahaya saat bersinggungan dengan air laut. Villa pribadi milik Raken benar-benar sangat menjanjikan dan menyegarkan mata. Naninna bahkan di buat terkejut saat mendapati kenyataan bahwa Villa ini memang dibuat khusus untuknya.
Sudah jelas bukan kalau Raken sangat mencintainya? Namun Naninna begitu bodoh sampai tidak menyadari ketulusan dari pria itu.
Tidak ingin mengingat hal yang menyakitkan disaat kebahagiaan melanda hatinya, Naninna berjalan ke arah sang kekasih dengan senyuman semanis mungkin. Mendudukkan diri di pangkuan pria itu lalu menangkup wajah yang telah di tumbuhi oleh rambut-rambut halus di sekitar rahang. "Kau harus mencukur bulu-bulu ini, Ken. Aku akan merasa geli jika kau menciumku."
Pria itu tersenyum nakal. Ia sengaja menggesekkan rahangnya ke seluruh wajah Naninna membuat wanita itu terkikik kegelian.
"....Geli seperti ini maksudmu?"
"Hentikan, Ken..." Naninna menjauhkan wajah tegas kekasihnya. Mencoba merekam setiap inci dari wajah kekasihnya seolah tidak ingin terlupakan meskipun hanya sekejap mata. Dimasa lalu Naninna-bahkan di detik-detik kematiannya, ia tidak terlalu mengingat jelas wajah yang sudah teraliri darah itu. Kondisi Raken sangat menyakitkan. Urat-urat kecil terlihat jelas karena kulit sudah terpisah dari tubuhnya. Namun yang semakin membuatnya tidak mengerti, dimana Davichi-pria itu seperti tidak mendapati kebahagiaan ataupun kepuasaan setelah melihat rivalnya mati secara mengenaskan. Pandangan Naninna waktu itu bahkan teralihkan oleh adanya sebuah pedang panjang disisi pria itu, entah mau digunakan untuk apa Naninna tidak tahu. "Aku akan pulang dengan sopir. Kau tidak perlu mengantarku."
Raken nampak tidak suka, "Kenapa? Biarkan aku yang mengantarmu pulang, amore. Aku tidak ingin kau berduaan dengan pria lain."
"Dia hanya sopirmu, Ken... bukan siapa-siapa. Lagipula kau ada rapat penting kan hari ini?"
Pria itu nampak tengah memikirkan sesuatu. Sebuah ingatan yang terlupakan baru saja ia ingat. "...Iya, aku ada rapat dengan Perusahaan yang tengah di pegang kendali oleh suamimu. Sayang... Mau kuapakan pria bajingan itu? Katakan padaku? Aku bisa mempermalukannya di depan umum agar kau merasa senang dan bahagia."
Naninna merasakan ketulusan di mata Raken. Pria itu tidak main-main dengan ucapannya. Apalagi hal ini menyangkut tentang dirinya, Nannna fikir akan lebih seru jika memang sedikit mempermalukan Matthew.
"Terserah mau kau apakan pria itu, selama kau bahagia aku akan baik-baik saja."
"Tidak," Raken menggeleng, menolak apa yang di katakan oleh Naninna. "Aku melakukan ini hanya untuk membuatmu bahagia, tidak seharusnya aku merasakan hal itu. Ketahuilah, sayang... Cintaku bahkan tidak dapat di sandingkan dengan rasa sayang kedua orang tuamu. Perasaanku padamu... sangat-sangatlah besar. Aku yakin kau bahkan tidak bisa menerimanya dan akan merasa kewalahan."
"Baiklah-baiklah... aku percaya padamu. Kau lalukan saja rencanamu, setelah itu kau harus melaporkannya padaku, oke?"
Layaknya anak kecil Raken mengangguk patuh saat mendapatkan perintah darinya. Seakan menganggap Naninna sebagai Ratu yang harus ia hormati dan patuhi. Tidak! Naninna bahkan lebih dari itu.
"Baiklah, kau boleh pulang dengan sopir. Tapi jangan lupa memberi tahuku saat kau sudah sampai di rumah, kau harus mengingatnya mengerti?"
Naninna hanya mengangguk. Hatinya sedikit menghangat karena Raken benar-benar akan membahagiakannya. Kematian dimasa lalu memang cukup membuat hatinya sakit dan juga menderita. Tapi kali ini, jika memang dimasa sekarang ia akan mati untuk yang kedua kalinya, Naninna harap ia akan mati dengan bahagia, setelah semuanya benar-benar selesai dan mereka mendapatkan pembalasan yang setimpal. Orang tuanya bahkan tidak bisa melihatnya untuk yang terakhir kali. Bajingan mana yang tega melakukan hal serendah itu? Pastinya orang itu suaminya sendiri. Dan Naninna berharap kali ini dirinya tidak akan kalah dan akan melakukannya sendiri. Ia tidak ingin melibatkan siapapun sekalipun itu kekasihnya saat ini.
Naninna tanpa sadar terisak pelan. Ia merah telapak tangan besar namun lembut milik pria itu, mengecupnya satu persatu guna menyalurkan perasaan cintanya yang tidak bisa di anggap sepele.
Ya... Naninna kali ini di buat jatuh cinta bahkan berkali-kali dengan sahabatnya sendiri. Pengorbanan tanpa balasan apapun menyadarkan hati dan juga matanya, bahwa Raken adalah seseorang yang memang pantas untuknya. Namun Naninna tidak bisa bersikap egois. Tuhan memberinya kesempatan kedua saja sudah sangat berharga baginya. Jadi ia tidak ingin meminta lebih. Naninna tidak harus memiliki pria ini, jikalau dirinya memang sangat mencintainya, akan ia usahakan untuk membahagiakannya.
"Kau menangis lagi."
"....Hn," Tatapan sendu itu menguncinya. Raken tidak bisa berpaling sedikitpun. Mungkin dirinya harus mengurung Naninna di Villa dan tidak akan membiarkan wanita itu keluar. Sungguh demi Tuhan!Keadaan Naninna saat ini akan membuat dirinya egois. "Aku hanya terlalu mencintaimu, Ken. Dulu aku selalu menutup mata karena sikap perhatianmu yang terlalu berlebihan kepadaku. Namun kali ini... Aku sungguh berterima kasih pada Tuhan karena sudah mengirimmu untuk terus mencintaiku."
Raken tidak tahu apa yang terjadi. Naninna mungkin telah mengalami mimpi yang sangat buruk saat koma waktu itu. Ia juga menyesali perbuatannya karena tidak bisa berdiri disampingnya. Namun jika perubahan yang di alami oleh Naninna karena sebuah mimpi buruk, hatinya sungguh hancur karena ia harus kehilangan mataharinya. Bahkan senyuman pilu yang di tujukan oleh kekasihnya saat ini, Raken tidak bisa menerimanya.
"Jika terjadi sesuatu padamu, maka jangan ragu untuk mengatakannya padaku. Jangan pernah melalukan sesuatu sendirian hanya karena kau mampu, Naninna... kau bisa kapan saja memanfaatkanku, gunakan diriku semaumu, jika memang itu semua bisa membuatmu bahagia, aku tidak akan menyesalinya meskipun harus mengorbankan nyawaku."
Inilah yang Naninna takutkan. Rasa cinta yang dirasakan oleh Raken terlalu besar terhadap dirinya sampai tidak memikirkan nyawanya sendiri. Jelas Naninna tidak mau. Bukankah ia pernah mengatakan jika cukup dimasa lalu ia melihat kematian orang-orang terdekatnya, jika sampai Raken mengetahui rencananya selama ini, Naninna takut jika semuanya akan gagal. Semuanya benar-benar akan kacau. Raken bukanlah pria yang bodoh. Namun perasaannya lah yang membuat mata dan juga hatinya buta. Dimasa lalu saat Naninna di kurung di rumahnya sendiri, bahkan Raken datang sendiri tanpa bantuan dari siapapun. Kedua orang tua pria itu mati saat mengalami kecelakaan. Alex dan juga Anne lebih parah lagi.
Naninna mulai berkeringat dingin.
Bayangan dimasa lalu membuat perutnya mendadak mual. Wajahnya kian pasi ketika sebuah adegan dimana Mamanya harus menjadi santapan para singa yang lapar.
Bajingan! Bajingan! Bajingan!
Nafas Naninna memburu tidak beraturan. Ia berusaha mengatur deru nafasnya. Kedua matanya yang terpejam perlahan terbuka dan hal pertama yang ia lihat saat ini adalah kekasihnya. Raken akan selalu mencintainya melebihi nyawanya sendiri. Kali ini, dirinya tidak boleh lengah. Musuh sudah bermunculan dimana-dimana. Tinggal menunggu waktu dimana suaminya akan saling bertemu dengan Davichi brengsek itu.
#####