Ariana selalu percaya bahwa hidup adalah tentang menjalani hari sebaik mungkin. Namun, apa yang terjadi jika waktu yang dimiliki tak lagi panjang? Dia bukan takut mati—dia hanya takut dilupakan, takut meninggalkan dunia tanpa jejak yang berarti.
Dewa tidak pernah berpikir akan jatuh cinta di tempat seperti ini, rumah sakit. Baginya, cinta harusnya penuh petualangan dan kebebasan. Namun, Ariana mengubah segalanya. Dalam tatapan matanya, Dewa melihat dunia yang lebih indah, lebih tulus, meski dipenuhi keterbatasan.
Dan di sinilah kisah mereka dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra amalina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewa Mencoba Bekerja di Kantor Ayahnya
Dewa berdiri di depan gedung megah dengan logo perusahaan ayahnya terpampang jelas di atas pintu masuk. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum melangkah masuk. Ini adalah hari pertamanya bekerja di perusahaan yang selama ini hanya ia dengar dari cerita ibunya.
Setibanya di dalam, suasana kantor terasa begitu sibuk. Para karyawan berjalan cepat, berbicara melalui telepon, dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dewa merasa sedikit canggung, tapi ia berusaha tetap percaya diri.
Ayahnya menunggunya di ruangannya di lantai atas. Begitu masuk, Dewa disambut dengan senyuman. "Selamat datang di tempat kerja barumu, Nak," ujar ayahnya.
Dewa mengangguk. "Jadi, apa yang harus aku lakukan hari ini?"
Ayahnya menyerahkan beberapa dokumen. "Hari ini, aku ingin kamu mulai belajar dari dasar. Aku nggak akan langsung memberimu posisi tinggi. Kamu harus memahami bagaimana perusahaan ini berjalan."
Dewa menerima dokumen itu dan mulai membaca. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menyadari bahwa dunia bisnis jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. Ada banyak hal yang harus ia pelajari—manajemen keuangan, strategi pemasaran, hingga bagaimana menghadapi klien.
Siang harinya, Dewa diajak berkeliling kantor oleh seorang manajer senior. Ia diperkenalkan kepada beberapa karyawan dan melihat bagaimana masing-masing departemen bekerja. Di satu sisi, ia merasa tertantang. Di sisi lain, ia sadar bahwa ini bukan hal yang bisa ia kuasai dalam sehari.
Saat hari mulai sore, Dewa kembali ke ruangan ayahnya. "Gimana? Berat?" tanya ayahnya sambil tersenyum.
Dewa menghela napas. "Jauh lebih sulit dari yang aku bayangkan. Tapi aku nggak akan menyerah."
Ayahnya mengangguk bangga. "Bagus. Bisnis ini membutuhkan kesabaran dan kerja keras. Kalau kamu mau belajar, aku yakin kamu bisa."
Dewa tersenyum. Hari pertama memang melelahkan, tapi ia tahu ini adalah langkah awal menuju sesuatu yang lebih besar. Ia hanya perlu bertahan dan terus belajar.
...****************...
Jam Istirahat di Kantor Ayahnya
Setelah beberapa jam berkutat dengan dokumen dan belajar dasar-dasar bisnis, Dewa akhirnya melihat jam tangannya. Sudah waktunya istirahat. Ia menghela napas lega dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah duduk terlalu lama.
Seorang karyawan senior, Pak Rudi, menghampirinya. "Dewa, ayo makan siang. Biasanya karyawan makan di kantin atau kafe dekat sini," katanya dengan ramah.
Dewa mengangguk. "Baik, Pak. Saya ikut saja."
Mereka berjalan ke kantin yang terletak di lantai bawah. Suasananya cukup ramai, dengan karyawan yang berbincang santai sambil menikmati makan siang. Dewa mengambil sepiring nasi dengan lauk sederhana dan duduk di meja yang agak sepi.
Saat ia mulai makan, ponselnya bergetar. Pesan dari Ariana.
Ariana: Hari pertamamu gimana? Capek?
Dewa tersenyum kecil lalu mengetik balasan.
Dewa: Capek, tapi seru. Lagi istirahat sekarang. Kamu udah makan?
Tak lama, Ariana membalas.
Ariana: Udah, bareng Bang Ardan. Jangan lupa makan juga ya!
Dewa tersenyum, merasa sedikit lebih bersemangat.
Pak Rudi menatapnya sambil tersenyum. "Dari pacar?" tanyanya santai.
Dewa tertawa kecil. "Bukan pacar, tapi seseorang yang penting buat saya."
Pak Rudi mengangguk. "Bagus kalau ada seseorang yang mendukungmu. Dunia kerja itu berat, Dewa. Tapi kalau kamu punya alasan kuat untuk bertahan, kamu pasti bisa melewatinya."
Dewa merenung sejenak. Ia memang masih belajar, masih beradaptasi, tapi ia tahu satu hal—ia ingin melakukan ini bukan hanya untuk keluarganya, tapi juga untuk Ariana.
Setelah istirahat selesai, Dewa kembali ke ruangannya dengan semangat baru. Hari pertamanya mungkin melelahkan, tapi ia siap menghadapi tantangan berikutnya.