NovelToon NovelToon
SENORITA PERDIDA

SENORITA PERDIDA

Status: tamat
Genre:Misteri / Cintapertama / Mafia / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:36.2k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #2

Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.

Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.

Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 : Sangkar Bawah Tanah

...•••Selamat Membaca•••...

Jet pribadi sudah menunggu di landasan. Dua anak buah Rayden mendorong pintu mobil hitam, dan Rayden, tanpa berkata sepatah pun, mengangkat Maula masuk ke dalamnya.

Di dalam jet itu, Maula masih belum sadar. Tubuhnya dibaringkan di atas ranjang kulit putih gading, selimut wol tipis menutupi bagian dadanya yang naik-turun tak teratur. Nafasnya terlalu lemah bagi seorang wanita yang dulunya berani melawan dunia demi seorang Rayden.

Rayden duduk di seberang ranjang, tangan mengepal. Matanya merah bukan karena lelah tapi karena amarah. Amarah pada semua hal yang telah memisahkan dia dengan istrinya itu.

“Ayahmu ingin menjauhkanmu dariku, Piccola. Dan sekarang lihat apa yang terjadi ketika kau menuruti dia, ini adalah saat di mana aku memegang kendali.”

Suara Rayden nyaris seperti bisikan doa, tapi isinya adalah kutukan. Tatapannya menusuk jendela jet, menembus langit malam yang tak bersahabat.

“Piccola… Kau tetap istriku. Terlepas dari siapa yang mengaku sebagai Tuhan dalam hidupmu.”

Ia bangkit, mendekati ranjang dan duduk di tepinya. Tangannya hangat, penuh bekas luka lalu menyentuh pipi Maula perlahan. Gadis itu mengerang pelan, lalu menggeleng seperti melawan sesuatu dalam mimpinya. Seutas air mata turun dari sudut matanya. Rayden membeku.

“Mimpi buruk?” bisiknya karena dia sangat hafal dengan apa yang terjadi pada Maula.

Jet mendarat di New York beberapa jam kemudian. Malam sudah lewat, tapi mansion milik Rayden berdiri megah seperti istana iblis yang terisolasi di atas tebing Hudson, dengan gerbang besi dan penjaga bersenjata. Hujan di sana pun terasa lebih dingin, seperti menyambut kembalinya tuan rumah yang membawa kehancuran.

Rayden menggendong Maula masuk melewati lorong-lorong gelap penuh lukisan sambil tersenyum sinis. Pelayan membungkuk dalam diam, tahu betul bahwa malam ini bukan saatnya mengajukan pertanyaan.

Di kamar utama, ia membaringkan Maula di ranjang besar dengan kanopi beludru. Cahaya lampu gantung menyapu rambut kusutnya, menciptakan ilusi malaikat yang jatuh dan Rayden adalah iblis yang menunggu di bawah.

Ia duduk di kursi, memandang dari jauh. Mencintai dari kejauhan karena itulah satu-satunya cara cinta itu bisa bertahan.

“Kau boleh membenciku, Piccola,” gumamnya dengan suara berat. “Tapi aku bersumpah atas darahku, aku akan mencintaimu bahkan saat kau berharap aku mati. Tak ada yang bisa memisahkan kita, termasuk Tuhan sekali pun.”

Dan di luar jendela, petir menyambar.

Seolah langit pun tahu bahwa cinta seperti ini tidak seharusnya lahir tapi kini terlalu terlambat untuk mencegahnya. Rayden yang dulunya begitu lembut dan softspoken, kini berubah menjadi sosok mengerikan dan penuh dengan obsesi memiliki.

...***...

Kesadaran datang pada Maula perlahan, merasa sakit di bagian leher akibat suntikan kasar yang dilayangkan oleh pria semalam. Matanya terbuka dalam gelap namun bukan gelap malam, tapi gelap yang membusuk.

Dingin menjalar dari lantai batu yang lembap, merambat ke tulang-tulangnya. Suara tetes air di sudut ruangan berdentang seperti jam kematian. Ia menarik napas lalu tersedak oleh bau besi tua, debu, dan aroma tak mengenakkan.

“Di mana aku?” pikirnya ketika cahaya begitu minim di sana.

Tangannya meraba permukaan batu. Dinding kasar, tanpa jendela. Hanya satu pintu besi di ujung ruangan dan lampu kecil kuning redup di langit-langit, tempat itu sangat mengerikan tapi tidak bagi Maula.

Ia mencoba duduk,

dan tubuhnya sedikit gemetar karena masih lemah dan nyeri. Kepalanya juga sedikit terasa pusing.

Langkah mendekat, sepatu kulit menginjak tangga besi yang berderit. Pintu terbuka perlahan dengan suara gesekan mengerikan. Cahaya dari lorong menerobos masuk, membentuk siluet pria tinggi, tegak, dingin, dan tak lagi punya kemanusiaan di matanya.

Rayden berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja hitam yang lengannya dilipat sampai siku.

“Selamat pagi, Mrs. Salvatore,” katanya datar. Suaranya tenang yang membuat darah Maula membeku tak menyangka.

“Kau…” bisik Maula, tubuhnya mundur ke sudut. “Apa ini? Kau… bawa aku ke tempat ini, kenapa aku di sini?!”

Rayden menatapnya sejenak. Tidak ada kebencian dalam matanya. Yang lebih buruk hanyalah kekecewaan dan kehilangan.

“Kau menembakku, menghilang begitu saja di Madrid, lalu mengajukan gugatan cerai.” Ia melangkah masuk. “Dan sekarang, kau di bawah tanah rumah suamimu, sebagai tamu kehormatan tapi sayangnya kau bukan prioritasku lagi.” Maula bisa melihat kilatan amarah di mata Rayden.

“Rayden… kumohon…”

Ia menyeringai dingin dan menakutkan.

“Jangan memohon. Kau dulu terlalu bangga untuk itu, bukan?”

Ia jongkok di hadapan Maula, mengangkat dagu istrinya secara paksa. “Apa kau pikir aku tak akan menemukanmu? Dunia ini, bukan tempat kau bisa bersembunyi dariku. Kau yang meminta aku kembali pada kegelapan ini bukan? Tentunya kau juga harus ikut.”

“Ayahku akan membunuhmu jika dia tahu semua ini, Rayden,” bisik Maula dengan suara gemetar.

Rayden tertawa. Tertawa kecil yang getir.

“Leo? Dia bahkan tidak tahu kau sudah di benua lain. Dia pikir kau masih aman bersama dengan pria yang telah menculikmu sebelum aku. Dia tak akan pernah menduga bahwa aku sudah mengambil kembali istriku.”

“Apa maksudmu?” Rayden menjelaskan rentetan apa yang terjadi lalu tertawa meledek.

“Bahkan orang itu dari masa lalu ayahmu. Dia bilang aku hanya benalu dan membuat kau dalam bahaya, lihatlah sekarang, Piccola. Dia sendiri yang membawa bahaya pada anaknya ini.”

Maula memalingkan wajah dengan air mata mulai turun.

“Aku benci kau…” katanya lirih.

Tapi Rayden justru menyentuh pipinya dengan sentuhan yang pelan, nyaris seperti dulu. Tapi sekarang, terasa seperti belati yang dipeluk.

“Aku tahu,” bisik Rayden.

“Aku juga benci diriku sendiri... karena masih mencintaimu.”

“Kau akan tetap di sini. Sampai aku percaya bahwa kau tak akan mencoba membunuhku lagi. Atau sampai rasa cintaku benar-benar mati.”

“Ikat dia dengan rantai, biarkan dia istirahat dengan tenang di sini. Jika dia ingin ke toilet, suruh di toilet ujung.” Rayden memerintah anak buahnya lalu mereka merantai Maula bagai seorang tahanan keji.

Pintu besi menutup dengan dentuman, dan gelap kembali menguasai. Di dalam kegelapan, Maula menangis. Langkah Rayden perlahan kembali mendekati Maula tapi kali ini Maula sama sekali tidak melihat wajahnya perkara sangat gelap.

Bukan karena ketakutan lagi, tapi karena bagian dalam dirinya masih merindukan pria yang kini menjadikannya tahanan, itulah yang paling menghancurkan.

Rayden dengan kasar menjambak rambut Maula hingga kepala gadis itu mendongak dan merasakan deru napas Rayden di wajahnya.

“Kau bilang aku ini bukan prioritasmu kan, sekarang kau juga bukan prioritasku. Aku akan menyiksamu sampai kau tidak berdaya, Maula. Aku akan memulangkanmu beserta surai cerai yang kau inginkan itu setelah kau mati dengan kehancuran fisik luar biasa dan hidup dengan kecacatan nyata. Kau ingin mati tapi tidak kau dapatkan, itu kehidupan yang akan kau jalani setelah ini. Aku ingin melihat kau hancur berkeping-keping. Maula.”

Rayden mendorong Maula di dalam gelap dan melucuti pakaian istrinya itu, dia menerangi ruangan dengan lilin kecil dan menindih Maula seakan ingin dia terkam.

“Sebelum kita bercerai, aku ingin hakku sebagai suami seutuhnya.” Maula menggeleng sambil menangis, suara gesekan rantai menambah suasana menjadi lebih mencekam.

“Jangan Ray, jangan lakukan itu. Aku mohon, bagaimana kalau aku hamil?” tangis Maula yang justru mendapat tamparan dari Rayden.

“Aku akan membunuh janin itu, apa yang perlu kau pikirkan, santai saja.” Rayden mulai membuka pakaiannya juga dan menuntaskan hasrat liar yang selama ini dia tahan pada Maula.

Bukan kenikmatan yang didapatkan oleh gadis itu, melainkan sesuatu yang sangat menyakitkan, Rayden melakukannya dengan sangat kasar dan membabi buta. Maula diperlakukan layaknya seperti pelacur tanpa harga diri.

Tangisan Maula tidak merubah perlakuan Rayden, malah dia semakin keji memukul dan menampar istrinya.

Puas meruda paksa Maula, Rayden meminta pelayan wanita untuk masuk dan membersihkan tubuh Maula lalu mengenakan pakaian pada gadis itu.

Maula hanya bisa terisak menangis, melihat bercak darah di atas kasur keras itu, di bawah cahaya lilin yang temaran. Tubuhnya di lap dengan kain basah oleh pelayan dan dipakaikan baju dengan baik.

“Papa,” jeritnya pilu, rantai itu mengikat kuat lengan tangan dan kakinya, setelah semua pelayan pergi, dan pintu besi dikunci. Maula merebahkan dirinya di atas kasur keras bagai batu itu dan menangis.

Rasanya begitu sakit dipaksa berhubungan bahkan sampai diperlakukan dengan penuh kekerasan oleh pria yang dia cintai. Rayden sudah berubah dan Maula memahami perubahan itu.

“Maafkan aku, Ray.”

...•••Bersambung•••...

1
Putri vanesa
Semoga Maula kuat dan msih aman sma yg lainnya, Ray knpa gk minta tolong papamu dan om axelee
Putri vanesa
Sukaa banget setelah sekian lamaaaa Mauuulaa ❤️❤️
Vohitari
Next, seriesnya seru thor
Pexixar
Lanjut lagi
Miami Zena
Series yg paling ditunggu, mentalku aman kok thor
Sader Krena
Lanjutan ini selalu kutunggu, cepat rilis thor
Flo Teris
Selalu nungguin series nya, btw mentalku aman banget
Cloe Cute
Segerakan series 3 kak, udah gak sabaar aku tuh
Bariluna Emerla
Aku menunggu series 3 kak
Zayana Qyu Calista
Sedih kan kamu Ray, mana istri lagi hamil lagi kamunya berulah. Sekarang Maula hilang malah kelimbungan, cepat rilis yang ketiga kak, udah gak sabar mau baca
Rika Tantri
Puas banget sama pembalasan Maula tapi kesel banget sma Rayden. Udah tau si barabara itu otaknya gesrek, masih aja diikutin
Zayana Qyu Calista
Ditunggu banget nih series 3, yg paling dinanti ini mah. Cepetan kak ya
Arfi
Cepat di rilis kak, gk sabar aku
Arfi
Puas banget sama Maula ih, salah cari lawan kan lo Bar
Hanna
Kamu tuh ceroboh banget tau dak sih Ray, gak bisa baca apa kalo dia pura2
Hanna
Wajar aja Maula ngamuk dan ninggalin kamu Ray, dia ngeliat pergulatan panas kamu sama barbara.
Hanna
Puas banget aku weehh
Hanna
Dia nyoba ngeracau pikiran Maula ini mah
Ranti Zalin
Puas banget ngeliat dia diginiin, mampos
Ranti Zalin
Bikin masalah nih org njirr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!