Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Itu kan Reysha?!". Ujar Briana setelah ia melihat Reysha lah orang yang ada di dalam rekaman tersebut.
"Reysha? Kenapa dia datang ke rumah kamu dengan cara mengendap-endap seperti itu?". Ryo pun merasa heran.
"Aku juga enggak tahu. Lagian dari mana Reysha tahu alamat rumahku?". Briana mulai penasaran kemudian melihat Ryo dengan curiga.
"Kamu kenapa melihat ku seperti itu? Kamu curiga sama aku?". Ryo mengerutkan dahinya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Kan mungkin saja dia pernah mengikuti kamu dari belakang atau dia nyoba mencari tahu soal alamat rumah kamu". Ryo menyambungnya.
"Huh? Ok kalau memang begitu, lantas kenapa dia bisa membuka akses gerbang rumahku? Jelas-jelas cuma kamu yang aku izinkan untuk bisa membukanya". Briana langsung menuduhnya.
"Jadi mentang-mentang hanya aku yang bisa membuka akses gerbang kamu bukan berarti aku pelakunya. Jangankan akses untuk membuka gerbang pintu itu, aku saja sama sekali enggak pernah ngasi tahu siapapun dimana kamu tinggal bahkan ke Dimas sekalipun". Ryo merasa tidak senang Briana mencurigainya.
"Kalau kamu enggak percaya sama aku, coba kita lihat rekaman sebelum aku mendapatkan izin akses itu".
Ryo mulai mencari kembali rekaman yang lainnya dengan teliti.
Dan Reysha pun juga berada di dalam rekaman jauh dari sebelum Ryo datang kerumah Briana untuk pertama kalinya. Dan lebih mengejutkan lagi justru pada itu menunjukkan bahwa Reysha berhasil membuka akses pintu gerbang itu tanpa ketahuan sedikitpun.
Briana mengusap wajahnya.
"Oh... God! Aku minta maaf Ryo karena mungkin aku terlalu paranoid sehingga aku curiga sama kamu. Aku minta maaf". Ujarnya dengan menyesal.
"Enggak apa-apa sayang. Wajar kamu seperti itu karena kamu pasti sangat khawatir dan takut. Tapi aku bersumpah, aku tidak bohong sama kamu. Aku berkata jujur dan tidak akan pernah mengkhianati kamu". Tutur Ryo sambil menyentuh kedua pipi Briana untuk meyakinkan nya.
Briana tersenyum tipis serta mempercayai ketulusan Ryo.
"Tapi Apa sebenarnya tujuan dia sering menyusup ke rumahku seperti itu ya?". Briana banyak bertanya karena ia masih bingung.
"Aku juga enggak tahu. Selama ini apa ada barang-barang kamu yang hilang?". Ryo bertanya.
"Sepertinya tidak ada. Aku sama sekali tidak kehilangan apapun. Bahkan enggak ada hal yang mencurigakan disini". Briana menggelengkan kepalanya sembari mengingat apa ada hal yang ganjil selama ini.
"Hmm... Apa mungkin dia mencoba untuk minta maaf sama kamu secara langsung tapi dia ragu untuk melakukannya?". Ryo masih berpikiran positif agar tidak membuat Briana khawatir. Tapi Briana masih belum yakin.
"Aku enggak begitu yakin soal itu. Lagian bisa saja kan dia langsung mendatangi aku tanpa harus seperti penguntit". Briana merasa cemas.
Ryo pun mendekatinya sembari memegang kedua lengannya dengan lembut.
"Kamu jangan khawatir, aku pasti akan melindungi kamu dan melakukan apapun demi kamu. Aku akan menyelidiki semuanya dengan tuntas. Kamu enggak usah takut. Ok?!". Tuturnya meyakinkannya.
Briana mengangguk pelan. "Iya thanks ya Ryo".
Ryo pun tersenyum lalu mendekati wajahnya pada wajah Briana dengan perlahan, namun mereka harus berhenti ketika...
Ting tong....
Tiba-tiba bunyi bel berbunyi, dengan segera mereka berdua menghampiri begitu romansa keduanya buyar karena gangguan tersebut.
Mereka terkejut yang mereka lihat adalah 2 orang opsir wanita dan 1 opsir pria berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Selamat pagi. Kami dari kepolisian ingin bertemu dengan Nona Briana MC. Apa benar ini kediamannya?". Ucap salah satu opsir wanita tersebut.
"Iya dengan saya sendiri. Ini ada apa ya?". Briana merasa heran atas kedatangan mereka.
"Anda kami tahan atas tuduhan pembunuhan berencana Nona Faranya di sekolah XXX". Sambung mereka dan langsung memborgol tangan Briana.
Briana dan Ryo sangat terkejut.
"What?".
"Tunggu dulu! Kalian tidak bisa memborgolnya begitu saja. Apa buktinya sehingga kalian bisa menuduh Briana yang sudah membunuh Anya?". Ryo bertanya sembari mencegah mereka membawa Briana.
"Semua bukti ada di kami dan semuanya mengarah pada Nona Briana. Tolong jangan mempersulit pekerjaan kami". Tegas opsir lainnya.
"Ini jelas-jelas fitnah. Pasti ada yang menjebak Briana. Saya yakin itu". Ryo berteriak sedangkan Briana hanya diam seperti patung.
"Mohon pembelaan saksi nanti saja, anda bisa menjelaskannya di kantor". Opsir itu sedikit mendorong tubuh Ryo agar menjauh dari Briana.
"Bri... Aku bakalan bantuin kamu membuktikan kalau kamu sudah dijebak". Tuturnya pada Ryo sembari menggenggam tangan Briana kemudian terlepas karena sang opsir memaksa Briana masuk ke dalam mobil van nya.
Briana sama sekali tak bergeming hingga ia sampai dikantor polisi. Ia sempat melirik ke sekitar sehingga ketakutannya kini mulai menjalar ke dirinya.
"Bri. Kamu enggak usah khawatir ya sayang. Aku pasti akan secepatnya mengeluarkan kamu dari tempat ini". Ryo yang mengikuti mereka dari belakang langsung menghampirinya.
Briana menoleh dan ia terlihat sangat ketakutan.
"Aku takut". Bisiknya.
"Kamu jangan takut, aku ada di sini. Aku janji enggak akan meninggalkan kamu". Ucapnya sembari menggenggam tangan Briana yang terasa dingin.
"Briana...". Tiba-tiba terdengar suara Bu Mona memanggil namanya.
Briana langsung memutar bola matanya ketika melihat kedatangannya terutama pada laki-laki yang bersama dengan Bu Mona.
"Oh honey. Mommy sudah membawa pengacara terbaik dan memberikan jaminan agar kamu bisa bebas sekarang juga. Kamu enggak usah khawatir ya sweet heart". Bu Mona menghampirinya dan Ryo pun sedikit menjauh dari Briana namun Briana menahannya dengan menggenggam tangan Ryo.
Ryo langsung memahami sinyal dari Briana yang tidak ingin ia jauh darinya.
"Apa yang sudah terjadi sama kamu my step daughter? Kenapa kamu jadi seperti ini? Apa yang sudah kamu lakukan selama kami tidak bersama kami?". Seorang pria yang bersama Bu Mona bertanya pada Briana sembari memegang pundak Briana dengan sengaja seakan memberikan perhatian namun mempunyai niat terselubung dibalik ia memegang pundak Briana. Dia adalah Haris, ayah tiri Briana.
Briana menjauhkan pundaknya dari tangan Haris karena ia merasa jijik disentuh olehnya.
"Anda orang luar tidak perlu ikut campur". Ucapnya dengan kasar.
Ryo merasakan genggaman tangan Briana terasa semakin erat karena ia berusaha menahan amarahnya. Ryo pun mengalihkan tangannya yang satunya untuk menenangkan Briana.
"Briana... Kenapa kamu berkata seperti itu sama Papi kamu? Papi kamu itu sayang dan perhatian sama kamu". Bu Mona sempat-sempatnya memarahi Briana.
"Sudah sayang. Kamu jangan memarahinya seperti itu. Briana masih terguncang karena kejadian ini. Aku enggak apa-apa kok kalau Briana memang masih belum bisa menerima aku sebagai Papinya aku masih tetap sayang kok sama Briana". Ucap Haris sengaja berpura-pura merendahkan dirinya sembari melirik tubuh Briana dari bawah hingga ke atas.
Briana tertawa geli melihatnya.
"Ha ha ha... Wow... Harusnya anda dapat piala oskar kategori aktor bajing*n terbaik".
Ryo sangat terkejut mendengar ucapan Briana yang sangat kasar kepada laki-laki itu.
"Briana jaga mulut kamu. Haris itu Papi kamu. Dimana sopan santun kamu terhadap orang tua kamu?". Bu Mona mulai emosi.
"Huh... Laki-laki bajing*n seperti dia enggak pantas dipanggil dengan sebutan orang tua, apalagi orang tua ku. And.... Sampai kapanpun enggak akan ada yang bisa menggantikan Daddy di dalam hidup dan matiku". Ujarnya dengan menekankan suaranya.
"Briana...". #plak... Bu Mona menampar pipi Briana cukup keras sehingga mereka menjadi pusat perhatian yang ada di dalam kantor polisi.
Mata Briana memerah menatap Bu Mona dengan tajam.
"Briana, Mommy minta maaf sayang. Mommy khilaf". Bu Mona terlihat menyesal karena reflek nya menampar Briana di muka umum.
Briana menepis tangan Bu Mona cukup keras karena beliau menyentuh pipinya yang memerah akibat tamparan itu.
Kemarahan Briana sudah hampir memuncak hingga akhirnya ia mengajak Ryo untuk pergi menjauh dari mereka.
"Briana...". Teriaknya sembari mengejar Briana keluar.
"Sudahlah sayang, enggak usah kamu kejar. Briana itu masih anak-anak wajar dia bertingkah seperti itu. Biarkan saja dia menenangkan pikirannya. Nanti dia juga akan mereda". Haris berkata meyakinkan Bu Mona bahwa ia adalah laki-laki yang pengertian.
"Iya. Terimakasih ya sayang". Tutur Bu Mona sembari mengangguk lalu memeluk Haris.
Haris tersenyum seperti menyembunyikan hasratnya kepada Briana sembari membayangkannya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis yang dewasa.