NovelToon NovelToon
Mu Yao: Hidup Kembali Di Dunia Yang Berbeda

Mu Yao: Hidup Kembali Di Dunia Yang Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Seira A.S

Mu Yao, seorang prajurit pasukan khusus, mengalami kecelakaan pesawat saat menjalankan misi. Secara tak terduga, ia menjelajah ruang dan waktu. Dari seorang yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ia berubah menjadi anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan memiliki seorang adik laki-laki yang sangat menyayanginya dan selalu mengikutinya ke mana pun pergi.

Mu Yao kecil secara tidak sengaja menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka parah selama perjalanan berburu. Sejak saat itu, kehidupan barunya yang mendebarkan dan penuh kebahagiaan pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seira A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Makan Si "Monster Air"

Mu Yao berpikir, untuk bisa melindungi keluarganya, hal pertama yang harus ia lakukan adalah memastikan perut mereka kenyang. Mereka tidak boleh lagi hidup dengan makan sehari kenyang, sehari lapar. Maka ia pun duduk tegak. "Sss...," ia meringis—bagian pinggang bawahnya terasa nyeri. Saat diraba, sepertinya ada benjolan bengkak.

Suara desahannya membuat Ayah Mu panik.

“Daya (panggilan sayang untuk putri sulung), kenapa kamu bangun? Sakit lagi ya?”

Si bungsu juga ikut panik, terus memanggil, “Kakak! Kakak!”

Mu Yao buru-buru menenangkan mereka. “Ayah, Adik, aku nggak apa-apa kok. Cuma mau gerak-gerakin badan aja. Kalian nggak usah khawatir. Nih, lihat deh.”

Sambil bicara, ia langsung pakai sepatu, berdiri, angkat tangan, tendang kaki—menunjukkan bahwa dirinya benar-benar baik-baik saja.

“Kalau Daya beneran udah nggak papa, Ayah jadi tenang,” kata Ayah Mu menghela napas lega.

Setelah Mu Yao selesai membersihkan tubuh ayahnya, Liu Shi (ibu mereka) pun pulang sambil memanggul sebungkus kecil tepung halus dan membawa beberapa butir telur. Melihat putrinya sudah bisa berjalan ke sana ke mari, Liu Shi pun merasa tenang dan langsung mulai memasak.

---

Selesai sarapan, Mu Yao bilang ke ayah dan ibunya kalau ia mau ajak adiknya pergi ke sungai kecil buat cari ikan. Ayah dan ibu awalnya khawatir karena kondisi tubuhnya, tapi karena tak bisa menolak, akhirnya mereka setuju juga.

Mu Yao lalu berkata, “Ayah, Ibu, waktu aku pingsan kemarin, aku mimpi ketemu kakek berjanggut putih. Katanya aku punya takdir istimewa dan dia mau jadi guruku, ngajarin banyak keahlian! Dia juga kasih nama bagus buat aku dan adik. Katanya kami berdua nanti bakal hidup kaya raya!”

“Wah! Beneran? Namanya apa? Cepet kasih tahu Ibu dong!” seru Liu Shi penuh semangat.

Ayah Mu juga menatap penuh harap. Dari kecil, kedua anak ini memang belum punya nama resmi. Katanya sih supaya mudah dirawat, tapi sekarang mereka udah besar, masa terus-terusan dipanggil begitu?

Si bungsu juga menatap penuh harap pada kakaknya. Dia bakal punya nama baru juga?

“Aku namanya Mu Yao. Yao-nya dari ‘Peri Kolam Giok’. Kata si kakek, takdirku ada di atas langit ke-9—terhormat dan mulia banget!”

Sebenarnya, Mu Yao tidak benar-benar mimpi ketemu kakek berjanggut. Ia cuma ingin kembali pakai nama aslinya, dan dengan cerita ‘guru’ ini, ia bisa perlahan-lahan menunjukkan keahliannya dari kehidupan sebelumnya tanpa bikin orang tua ketakutan.

Adiknya yang belum dengar namanya sendiri mulai cemas dan narik-narik lengan baju kakaknya. “Kak, kak, terus namaku apa?”

Mu Yao tersenyum lembut padanya. “Anak lelaki keluarga kita ini punya nasib penuh air, ditakdirkan menjelajah lima danau dan empat lautan, jadi pahlawan sejati yang hidup bebas!”

Siapa sangka, omongan ngawur Mu Yao hari ini kelak benar-benar jadi kenyataan?

“Bagus banget namanya!” Ayah Mu begitu terharu dan berkata ke Liu Shi, “Peri Kolam Giok, hidup bebas keliling dunia... denger aja udah luar biasa. Anak kita kelak pasti bakal jadi orang besar!”

Liu Shi juga sangat senang. “Acheng, anak-anak kita nggak cuma cantik dan tampan, namanya juga keren banget! Kita beruntung banget punya mereka!”

Mulai hari itu, tiap kali ketemu tetangga, pasangan suami istri ini selalu cerita soal nama anak-anak mereka dan takdir hebat Mu Yao—murid dewa, kelak jadi orang kaya! Mu Xiao (adik Mu Yao) bahkan digambarkan seperti pendekar atau jenderal hebat. Gara-gara promosi ini, Mu Yao pun jadi lebih gampang menjalankan rencananya ke depan.

---

Setelah dapat kembali namanya dan melihat orang tuanya senang, Mu Yao pun ikut bahagia. Ia membawa jala ikan buatan Ayah dan satu ember, lalu menggandeng adiknya ke sungai kecil di luar desa.

Letaknya nggak jauh, sekitar dua li dari rumah. Kalau di kehidupan dulu, Mu Yao bisa sampai sana cuma beberapa menit. Tapi karena sekarang sambil ajak adik kecilnya, mereka butuh lebih dari 10 menit.

Mu Yao bukan ingin adiknya bantu menangkap ikan, tapi biar tubuhnya terbiasa bergerak. Dibanding anak-anak seumuran di desa, tubuh adiknya lebih kecil dan kurus. Harus makan makanan bergizi seperti ikan! Tapi Mu Yao juga nggak akan jelaskan soal protein atau gizi ke orang tuanya—mereka nggak bakal ngerti. Untungnya, mereka percaya penuh pada semua yang dikatakan putrinya, bahkan soal kakek berjanggut putih itu.

Punya orang tua yang begitu menyayanginya dan percaya sepenuhnya—itu adalah keberuntungan terbesar Mu Yao!

---

Tepi sungai itu sepi banget, siang bolong pun tak ada satu orang pun. Karena jarang didatangi, tanah di pinggirnya jadi lembek. Mu Yao pilih area yang agak keras dan ada batuan, lalu menyuruh adiknya berdiri di belakangnya agar tidak kena cipratan air.

Sungainya tidak lebar, cuma sekitar 30 meter, tapi airnya cukup dalam. Dari ingatan pemilik tubuh ini sebelumnya, Mu Yao tahu kalau pernah ada anak desa yang tenggelam di sungai ini. Karena itu, warga tak pernah izinkan anak mereka bermain di dekatnya.

Tapi keluarga Mu yang miskin, saat sudah benar-benar tidak ada makanan, kadang datang ke sini untuk cari ikan sekadar mengisi perut.

Sungguh sayang sumber daya sebagus ini tidak dimanfaatkan!

Kalau Mu Yao sudah datang, maka semua ini harus bisa jadi sumber uang baginya!

---

Di kehidupan sebelumnya, Mu Yao biasa pakai pisau atau ranting tajam buat tikam ikan, atau langsung pakai tangan. Tapi sekarang tubuhnya lemah, jadi cuma bisa pakai jala.

Ketika sekelompok ikan berenang ke arahnya, mereka sempat bingung. "Hah? Manusia? Mereka ngapain? Mau main sama kita?"

Ikan-ikan ini jelas tidak punya kesadaran bahaya. Mu Yao tersenyum dalam hati. “Hari ini aku ajarin kalian satu hal: jangan pernah kehilangan kewaspadaan!”

Tanpa tahu niat Mu Yao, ikan-ikan itu malah berenang ke kakinya dan mengeluarkan gelembung seolah gembira. Mu Yao dalam hati berkata, “Dasar bodoh!”

Begitu melihat momen pas, ia segera menjala mereka!

Sayangnya, ukuran ikan-ikannya kecil. Untuk dijadikan ikan asin atau digoreng pun tidak layak. Jadi Mu Yao memutuskan untuk lepaskan lagi. Ia hanya ambil beberapa ekor udang besar (yang disebut ‘monster air’ oleh warga dan tidak ada yang berani makan) ke dalam ember, sisanya dilepas kembali.

Mu Xiao melihat kakaknya buang semua ikan, mengira kakaknya cuma main. Dia juga ingin coba, tapi tubuhnya terlalu kecil. Nanti kalau sudah besar, dia juga mau bantu kakaknya tangkap ikan.

Ikan-ikan kecil yang dibuang pun merasa sedih. “Kakak nggak mau main sama kita karena kita kecil, ya? Huh, bawa Mama ke sini!”

Tak lama, mereka balik lagi dengan keluarga lengkap. Bahkan membalikkan badan pamer perut putih mereka, “Hah, masih mau buang kami?!”

Mu Yao tertawa terpingkal-pingkal. “Ikan-ikan ini lucu banget!”

Ia menjala dua kali lagi dan dapat enam sampai tujuh ikan besar. Salah satunya beratnya lebih dari satu kilo!

Beberapa ikan dia kenali, beberapa lagi tidak. Tapi yang pasti, ikan-ikan ini liar dan sehat, jauh lebih baik dari yang diternak di masa modern. Awalnya Mu Yao ingin ambil empat ekor saja, tapi ternyata hasilnya jauh melebihi target!

Mu Xiao senang sekali. “Kakak hebat banget! Nanti Xiao juga mau tangkap ikan buat Kakak makan!”

Mu Yao tersenyum dan mengusap kepala adiknya. “Xiao paling baik. Nanti kalau sudah besar, Kakak tunggu masakan ikan dari kamu ya.”

Mereka pun pulang dengan ember penuh ikan. Di belakang, para ikan masih berseru, “Kakak peri, datang main lagi ya!”

Tapi mereka tak tahu, peri yang mereka puja ini nantinya akan menyebabkan keluarga ikan berantakan. Hari ini Kakak Ikan hilang, besok Adik Udang lenyap. Seluruh dunia bawah laut jadi penuh ketakutan.

Begitu lihat Mu Yao dari jauh, mereka langsung kabur. “Dewa, tolong! Jauhkan iblis kecil ini dari kami!”

Tapi semua itu tidak penting bagi Mu Yao.

---

Makan siang dimasak oleh Mu Yao sendiri, Liu Shi membantunya. Ia bersihkan lima ikan besar dan mulai masak. Malam nanti juga tinggal panaskan ulang saja, makin dipanaskan malah makin enak.

Begitu ikan setengah matang, udang besar dimasukkan juga. Ia menaburkan sedikit garam dan bumbu seadanya. Sayangnya, tidak ada cabai. Tapi saat ini tubuh keluarga belum kuat, jadi makanan pedas memang sebaiknya dihindari dulu.

Sisa ikan diasinkan dan dijemur jadi ikan kering, disimpan untuk musim dingin.

Saat makan siang, Ayah Mu dan Liu Shi makan banyak. Mereka tak menyangka rasa ikan bisa seenak itu. Bahkan ‘monster air’ yang dikupas kulitnya pun rasanya seperti daging!

Mu Xiao juga mengelus perutnya. “Kakak, besok Xiao mau makan ikan buatan Kakak lagi!”

“Baiklah, Xiao sayang. Kakak akan masak makanan enak setiap hari buat kamu.”

Lihat keluarganya makan dengan gembira, hati Mu Yao pun ikut hangat. Sudah lama sekali keluarga ini tak bisa makan kenyang seperti hari ini.

---

Setelah itu, orang-orang desa mulai bergosip: “Sepertinya Daya kepalanya terbentur—sampai-sampai berani makan monster air!”

Mu Yao cuma bisa mengelus dada. “Sudah aku kasih jalan menuju kekayaan, kalian malah nggak percaya. Ya sudah, nasib kalian.”

Setelah warga desa Xiaonan kehilangan kesempatan selama setahun penuh, barulah mereka sadar Mu Yao benar. Sejak itu, Mu Yao diperlakukan seperti dewi, semua kata-katanya dipercaya. Dan mereka pun ikut melangkah di jalan menuju kekayaan yang bersinar terang.

1
Aisyah Suyuti
baguss
Seira A.S: makasih kak
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor..
Seira A.S: makasih kak
total 1 replies
Andira Rahmawati
lanjut thorr...semangat....
Seira A.S: insyaallah kak
total 1 replies
Andira Rahmawati
coba punya ruang dimensi atai sistem..
Seira A.S: gak punya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!