Paijo, pria kampung yang hidupnya berubah setelah mengadu nasib ke Jakarta.
Senjata andalannya adalah Alvarez.
***
Sedikit bocoran, Paijo hidupnya mesakke kek pemeran utama di sinetron jam lima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACING ALASKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. Bintang Iklan Kontrasepsi
Lokasi syuting berada di sebuah studio iklan di kawasan Kemang. Studio itu besar, ber-AC dingin, dan banyak orang mondar-mandir dengan kertas naskah dan walkie-talkie. Suzy tampak antusias, duduk di sofa panjang sambil sesekali memperhatikan Paijo yang tengah bersiap.
Salah satu kru mendatangi Paijo dan memberikan kostum. Isinya?
Celana boxer ketat dan jaket dokter putih.
“Maksudnya... saya harus pakai ini, Mas?” tanya Paijo, bingung.
Kru itu hanya mengangguk dan berkata santai, “Iya dong, Mas. Kan adegannya Mas jadi dokter yang jelasin manfaat alat kontrasepsi. Tapi... ya agak komedik gitu. Lucu-lucuan tapi edukatif.”
Paijo menengok ke arah Suzy yang masih tersenyum di sofa, tidak tahu apa-apa.
Ya ampun, kenapa tadi bilang iya...
Beberapa menit kemudian, Paijo berdiri di depan kamera. Kamera menyala, lampu sorot mengarah padanya, dan produser perempuan bertubuh tambun berdiri di belakang kamera dengan mata tajam, siap menyuruh ulang adegan jika dirasa kurang ‘nendang’.
“Action!”
Paijo, hanya mengenakan boxer dan jas dokter, mulai berbicara dengan naskah yang dibacanya semalam:
"Halo, saya dokter Al— ehm, saya seorang dokter. Pria harus bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan dan kehamilan pasangan. Gunakan alat kontrasepsi yang tepat—"
Tiba-tiba suara produser memotong. “Mas Paijo, lebih santai dong! Bayangin Mas lagi ngobrol sama temen sendiri, tapi sambil nawarin kondom. Natural aja!”
Suzy, yang duduk di belakang, tertawa geli. Matanya tak lepas dari Paijo yang sekarang tampak seperti dokter gagal magang di iklan TikTok.
"Mas Paijo... santai ya. Ini bukan iklan produk rambut rontok!" ujar produser setengah teriak.
Paijo menarik napas. Lalu mencoba lagi, lebih santai:
"Bro, tahu nggak? Kadang cinta perlu... perlindungan. Nah, ini nih—" Ia mengangkat kemasan produk sambil berkedip ke kamera. "Teman kecil yang bisa menyelamatkan masa depanmu."
Suzy nyaris tersedak air mineral yang diminumnya. Paijo melihatnya dan nyaris pingsan karena malu.
Setelah beberapa take dan arahannya makin aneh—mulai dari disuruh nyanyi pakai nada dangdut sampai gerakan pose-pose aneh sambil memegang produk—akhirnya syuting selesai.
Saat Paijo keluar dari set, ia mendapati Suzy berdiri sambil tepuk tangan pelan. “Keren juga Mas Paijo... Dokter kontrasepsi rasa boyband.”
Paijo menunduk, malu setengah mati. “Aduh, Mbak... saya enggak nyangka bakal segitunya. Saya kira ya... biasa aja.”
Suzy hanya tertawa, lalu berjalan di sampingnya sambil menggoda, “Tapi... saya jadi tahu ya... kamu cocok banget pakai boxer.”
Paijo langsung tersedak ludah sendiri.
Ya Tuhan, selamatkanlah hambamu dari perempuan-perempuan tajam lidah begini...
**
Hari itu Paijo belajar satu hal penting: jangan pernah mengajak perempuan yang kamu suka ke lokasi syuting iklan kontrasepsi.
Tapi di sisi lain, itu juga hari di mana ia dan Suzy tertawa paling lepas sepanjang mereka kenal.
Dan buat Paijo, itu sudah cukup bikin hatinya hangat... meski pipinya masih merah menahan malu.
...****************...
Tiga hari setelah syuting iklan itu, Paijo duduk sendirian di kafe kecil dekat apartemennya. Di hadapannya, segelas es kopi susu gula aren yang sudah mencair setengahnya, dan sepotong roti bakar yang belum disentuh.
Matanya terpaku pada layar ponsel. Suara dari video yang diputar terdengar nyaring:
“Cinta itu perlu perlindungan... Ini teman kecil yang bisa menyelamatkan masa depanmu—”
Gambar di layar menampilkan dirinya sendiri, berdiri dalam kostum dokter dan boxer merah marun, sambil berkedip ke kamera seperti presenter acara home shopping.
Paijo menutup wajah dengan tangan.
“Ya Allah… aku dosa apa…” gumamnya lirih.
Iklan yang hanya berdurasi 30 detik itu kini sudah tersebar di TikTok, Instagram, bahkan YouTube. Tagar #DokterBoxerMarun meroket jadi trending. Yang lebih parah, komentar netizen… luar biasa kejam, namun lucu.
“Aktor bokep nyasar syuting edukasi.”
“Gue baru percaya cinta bisa dicegah.”
“Ini kenapa dokterku nggak sekeren ini waktu nyuruh KB?”
Namun bukan komentar itu yang bikin Paijo stres.
Bukan juga karena viral.
Tapi karena sore tadi, Suzy mengirim pesan:
“Mas, lihat iklan kamu yang viral. Ternyata kamu seleb ya! Wkwkwk.”
Paijo hampir lempar HP ke luar jendela.
Bersamaan dengan itu, notifikasi Instagram-nya meledak. Mention, DM, bahkan beberapa klien lama mulai menghubungi lagi.
Termasuk… Madam Vivi.
"Alvarez-ku makin terkenal sekarang. Kapan kita main lagi?"
Paijo geleng-geleng kepala.
Lalu telepon berdering. Nama "Suzy" muncul di layar.
Jantungnya langsung berdetak cepat. Setelah menarik napas panjang, Paijo mengangkat.
"Halo, Mbak?"
"Mas, kamu sibuk nggak malam ini?"
"Enggak kok. Kenapa?"
"Aku pengin ngobrol aja. Bisa temani aku makan malam?"
Paijo tak bisa menolak. Dan entah kenapa, bagian dalam dirinya—bagian yang jarang bicara, bagian yang dulu masih suci sebelum dunia gigolo menyeretnya—berbisik pelan:
Jangan sia-siakan kesempatan ini.
Malam itu, mereka bertemu di sebuah restoran rooftop sederhana di kawasan Senopati. Tidak mewah, tapi punya pemandangan kota yang indah. Suzy tampak anggun dalam balutan dress hitam sederhana dan make-up natural. Paijo… berusaha tampil se-normal mungkin. Kemeja abu-abu, jeans gelap, dan sepatu kulit yang dibelinya sebulan lalu.
"Mas Paijo sekarang artis ya," goda Suzy saat mereka duduk.
"Aduh, jangan bilang gitu dong, Mbak. Saya malu sendiri lihat iklannya."
"Tapi bagus kok. Natural banget. Apalagi pas bagian kamu nyebut 'teman kecil'," kata Suzy sambil tertawa kecil. "Padahal... sepertinya kamu nggak sekecil itu, ya?"
Paijo tersedak air putihnya. “Eh... saya... ya… naskahnya begitu.”
Suzy tersenyum, lalu menatap langit malam. “Kadang, lucu ya hidup ini. Hal-hal yang kita pikir sepele bisa bikin orang lain tertawa, bahkan terinspirasi.”
Paijo menatap Suzy, lalu berkata pelan, “Saya nggak pernah nyangka bisa kayak gini, Mbak. Dulu saya cuma anak kampung yang pengin sukses di Jakarta. Tapi ternyata... cara sukses saya, agak beda jalannya.”
Suzy menoleh, matanya lembut. “Yang penting bukan gimana kita mulai, tapi ke mana kita mau pergi, Mas.”
Perkataan itu membuat Paijo terdiam cukup lama.
Di bawah kilauan lampu kota Jakarta, di hadapan seorang perempuan yang belum tahu kebenaran kelam dirinya, Paijo merasa... manusia. Bukan sekadar alat. Bukan hanya “Alvarez” yang dielu-elukan para tante. Tapi Paijo Madindun yang punya hati dan ingin hidup normal.
Setelah makan malam selesai, mereka berjalan ke parkiran. Suzy tertawa karena salah satu pengunjung restoran mengenali Paijo dan memanggil, “Eh itu Dokter K*nd*m!”
Paijo hanya bisa senyum masam, sementara Suzy makin geli melihat ekspresi kikuknya.
Saat mereka sampai di pinggir jalan, Suzy menoleh dan berkata, “Mas, boleh minta satu hal?”
“Apa, Mbak?”
“Jangan pernah bohong sama aku ya.”
Deg.
Paijo hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, Mbak."
Malam itu, Paijo duduk sendirian di kamarnya. Layar ponsel masih menampilkan video iklan yang kini sudah ditonton lebih dari 3 juta kali. Tapi kini dia tak tertawa, tak juga malu.
Karena sekarang, dia tahu satu hal:
Popularitas bisa datang dari mana saja. Tapi kepercayaan seorang perempuan seperti Suzy... cuma bisa didapat dari kejujuran.
Dan itu, lebih sulit dari sekadar viral.
...🪱CACING ALASKA MODE🪱...
jgn salahkan Suzy aelahh
next nell, semakin menarik 😁😁😁
Tpi bikin greget 😭
Jo terlalu pasrah bet, Jo ga boleh lemah ya kudu kuat lawan dong itu si lambe turah claudia jan mau dijadiin bonekanya😭😭
adududu typoku selalu tidak tau tempat🚶♀️
bagai petir disiang bolong faktanya😱😱
gemes sndiri kan jdinya 😶😶
Lu yg terobsesi sama Paijo peak itu bukan cinta lagi namanya dari mana juga pengorbanan disitu 🤯
yg ada dia tuh yg makin memperkeruh keadaan paijo🚶♀️