Cecil seorang anak brokenhome yang selalu di hantui dengan perasaan takut menikah. Ia bersahabat dengan Didit yang ternyata mendekati Cecil bukan hanya sekedar sebagai sahabat. Bukan semakin terkontrol, Rasa kecewa yang mendesak Cecil ingin menjauhi siapa pun yang ingin membantunya. Apa yang membuat Cecil semakin kecewa dengan didit? Bisakah Didit meluluhkan hati Cecil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjamenanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hai Aku Cecil
Mental illness is real. Mau ke dokter jantung atau penyakit dalem pun mereka akan mengatakan hal yang sama "Kelola emosi dan hindari stres" tidak bercerita masalah dan menganggap semua akan baik - baik saja ternyata itu gak baik,ya? Mungkin ada yang sama sepertiku? Tidak ada teman bercerita hanya karena sekalinya mengeluh selalu ada yang bilang "aah,, gitu aja lebay!" Sedang Aku hanya menerima curhat sana - sini dengan memperhatikan secara seksama dan sesekali merespon. Emang bener, hidup kadang kidding. Heheee.. ngliat orang lain bisa berkomunikasi dengan sangat baik, ceria dan tertawa bersama serasa Aku pun ingin mengalami hal serupa seperti saat Sekolah Menengah dulu. Tapi yaa sudahlah.. Terlepas dari semuanya, Aku akan menceritakan terlebih dahulu mengapa bisa seperti ini.
Hai Aku Cecil, anak SMK kelas 3 boga yang hanya hobi makan tapi badanku tetap berbadan kurus. Entah apa yang dipikiran guruku hingga Aku bisa naik kelas. Secara nilai akademisku jelek dan nilai kejurusanku masih pas-pasan. Sehingga Aku harus mengejar apa yang harus dilakukan di masa depan. "Hahaaahaaa.. nilai jelek gini, gimana bisa kamu lulus sekolah?" Aku hanya cemberut melihat Didit yang memegang nilai rapot semester pertamaku. Seperti biasa yang ambil rapot kami karyawan dari Ibu kami yang langsung diberikan ke kami dan mereka balik kerja. Didit sahabatku beda jurusan. Dia masuk jurusan perhotelan. Kami bertemu di kelas 1 semester akhir, bermula dari rebutan gorengan yang tinggal satu di kantin. Gak tau gimana prosesnya, sekarang kita sahabatan dan biasanya kumpul di kantin rame-rame tapi kali ini cuma berdua karena yang lain pulang bareng orangtuanya "Traktir gorengan, Dit. Sebelum Aku dimarahin Bunda" Aku ambil kembali rapotku, memasukan kembali ke dalam tas. Setelah memesan gorengan Didit duduk di depanku. "Nih!" Sambil menyodorkan 3 tempe goreng, 4 tahu isi dan 6 pisang goreng. " Mau ku anter pulang?" Lanjutnya yang langsung membuat suara gaduh disekelilingku "Cieee... udah jadiaaan?!" Udah gak ada tenaga buat bales omongan mereka, cuma fokus makan gorengan yang dibeli didit. Didit sibuk menenangkan teman-teman yang ada di kantin sambil senyam senyum. Biasanya Aku pulang bawa motor sendiri, tapi hari ini motorku mogok dan diantar bunda ke sekolah.
Bukannya pulang, Didit malah ngajak ke tempat makan siap saji kesukaanku. "Ini makan lagi?" Sambil buka helm, Aku melihat Didit mengangguk memarkir motornya. "Amunisi buat cecil biar siap ngadepin omelan bunda" Sepertinya ini paket makanan mahal, aku mengeluarkan uang 50.000 dan 20.000 "eeh gak usah! Hari ini aku ulangtahun." Aku terlalu fokus dengan hasil rapot sampai lupa hari ini ultah Didit dan Aku merhatiin Didit sesantai itu. Dia ngembaliin uangku dan melanjutkan makan. Tahun lalu dan tahun ini, kami ngrayain cuma berdua. Ssssttt.. Kami gak pacaran! Tapi memang keliatan kayak orang pacaran. Seringkali nonton bioskop, nongkrong berdua, ngerjain tugas bareng. Kami berdua juga kadang nongkrong dirumah dan masih dengan pengawasan ibu-ibu kami yang sering curiga kalau kami pacaran. Kadang kala kalau sudah larut malam, Ibu Didit nggak ngbolehin pulang. Jadi Aku tidur sama Ibunya Didit. Begitupun Didit yang juga nginep dirumahku. Tapi Ia tidur di kamar kakakku yang sudah meninggal karena korban tawuran. Beliau meninggal saat Aku masih kelas 3 SMP. Kami beda 2 Tahun. Aku dan Didit sama-sama brokenhome dan sama-sama ditinggalkan karena memilih wanita lain itulah salah satu alasan kami bisa akrab. Tapi kami memiliki ibu-ibu hebat. Ibu Didit memiliki bisnis kuliner dan pakaian wedding yang cukup terkenal di kota kami sedangkan Bundaku memiliki bisnis coffee shop dan kopi keliling. Dari cerita didit, ibu kami sama-sama tidak pernah menunjukkan rasa sedih atau kecewa ditinggalkan pasangannya. Didit sendiri tak pernah menunjukkan sikap kasar ataupun memaksa jika Aku gak bisa keluar, Ia pun bersikap sopan meskipun kami sering jalan berdua ataupun makan berdua. Bahkan pegangan tanganpun juga,nggk! kalau ditanya "apa dia tipeku?" Nggak ada perasaan apapun. Bahkan Aku sering ngadepin cewek-cewek yang mau deket sama Didit tapi Didit sama sekali gak merespon mereka. " udah tua gini, Apa kamu gak mau nerima salah satu cewek yang ngejar kamu?" Udah hening dari tadi tiba-tiba aja yang keluar dimulutku kayak gini. "Gak ada, Aku masih bingung mau kuliah kemana. Lagipula, kamu liat dulu rapotmu" dia menyodorkan kentang goreng ke mulutku "Maaf, kamu mau kado apa?" Didit sedang mengetik lalu meletakkan kembali HPnya di meja " Aku barusan chat sama Bundamu. Ijin pulang telat. Kita cari kado buat aku dulu baru anter kamu pulang.ok?!" Seenak jidat! Duit bulanan dari bunda udah nipis. Ku lihat dompetku. Ada 2 lembar warna biru, 1 lembar warna merah, 2 lembar warna hijau dan koin.
Langit udah gelap, Aku masih takut kena omel bunda. Waktu buka pager, tiba-tiba aja didit ngikut dari belakang "maaf tante, kita pulang telat" didit cium tangan bunda. "Tunggu dit" bunda masuk ke dalam dan keluar dengan membawa kado. "Semoga jadi anak yang senanti berbakti. Apapun harapanmu ke depan semoga segera terkabul" Didit tersenyum pamit, lalu mendekatiku dengan suara lirih "ibumu aja inget" mukaku serasa panas karena malu.
Sekarang ngadepin Bunda yang.. "Tadinya Didit itu minta kadonya diganti dengan Bunda gak boleh ngomelin kamu karena nilaimu yang jeblok! Tapi yaa gak mungkinlah, bunda kasih kado sekalian itu kado karena nilainya tinggi. Kamu gimana siih, Cill.. ! Punya sahabat rajin kayak gitu harusnya bisa ngikutin rajinnya dia. Kok malah makin jeblok. Ini juga gak sekali kamu deket samaaa.. " bunda ngomel lebih dari 1 jam. "Tapi beneran gak pacaran sama didit?" Udah kayaknya keseratus kali pertanyaan itu lagi.. itu lagii " buuund.. bunda sendiri bilang. Anak bunda ini nilainya jelek. Fokus sama nilaimu. Gak boleh pacaraan." muka bunda deketin ke arahku "kita cuma TEEEMMEN.bundd" nadaku meninggi. Bunda tersenyum "ok bunda percaya". Bunda menuju ke meja makan. "Cepet ganti bajunya ciill.. bunda tunggu"
...****************...