[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
NOVEL INI ADALAH VERSI REMAKE DARI NOVEL KEMBALINYA SANG PENGUASA.
Chu Yuan, seorang CEO sukses dari dunia modern, tiba-tiba dibawa oleh sebuah sistem misterius ke dalam dunia kultivator. Ia menemukan dirinya berada di dalam tubuh seorang pemuda yang lemah dan tidak memiliki kultivasi.
Dengan bantuan dari sistem yang berada di tubuhnya, Chu Yuan mulai mempelajari kultivasi dan meningkatkan kekuatannya.
Namun, Chu Yuan masih belum mengetahui bahwa sistem yang berada di tubuhnya memiliki hubungan yang sangat erat dengan sejarah keluarganya. Ia hanya tahu bahwa sistem itu membantunya menjadi lebih kuat dan berkuasa.
Seiring waktu, Chu Yuan menjadi semakin kuat dan mulai mengungkap rahasia tentang sistem yang berada di tubuhnya. Namun, Chu Yuan juga harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh yang ingin menghancurkannya. Ia harus menggunakan kekuatannya dan bantuan dari sistem untuk melindungi dirinya dan orang-orang yang ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Y. Septra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB - 24: Siapa Kalian?
BAB - 24: Siapa Kalian?
Suara ketukan pintu yang tiba-tiba membuat Chu Yuan terkejut dari lamunannya. Ia memalingkan wajah dari jendela, lalu berjalan mendekati pintu.
Chu Yuan menarik napas dalam-dalam, lalu membuka pintu perlahan. Di luar, seorang pelayan cantik dengan rambut panjang terurai berdiri dengan wajah tenang, di sebelahnya berdiri adiknya, Xia Mei, yang tampak sedikit gelisah namun juga bersemangat.
Pelayan itu membungkuk hormat. "Tuan muda, patriark memanggil Anda ke ruangannya."
Chu Yuan mengernyitkan dahi. "Ayah memanggilku? Ada apa?"
Xia Mei melangkah mendekat, matanya berbinar. "Ayah bilang kita harus segera datang, kak. Katanya ada hal penting."
Chu Yuan mengangguk, lalu menoleh ke pelayan itu. "Baik, aku akan segera menyusul."
Pelayan itu membungkuk lagi, lalu berbalik pergi dengan langkah anggun.
Chu Yuan menatap Xia Mei. "Kau sudah siap, Xiao Mei?"
Xia Mei mengangguk cepat. "Aku sudah siap, kak. Ayah bilang aku juga harus pergi denganmu."
Chu Yuan menghela napas, lalu masuk ke kamar untuk mengambil pedangnya yang tersandar di samping ranjang. Ia merasakan energi baru mengalir di tubuhnya, Golden Core tingkat 3, kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mengepalkan tangan, lalu menoleh ke Xia Mei.
"Ayo, Mei. Jangan sampai ayah menunggu lama"
Mereka berdua meninggalkan kamar, melangkah di koridor panjang yang diterangi cahaya pagi. Suara burung dan suara murid-murid muda yang berlatih di halaman terdengar samar-samar. Chu Yuan merasakan suasana pagi yang berbeda seolah ada sesuatu yang besar akan terjadi.
Dalam perjalanan, Xia Mei mencuri pandang ke arah Chu Yuan. Pandangannya sejenak berhenti di wajah pemuda itu yang tampak tenang namun serius, seperti biasa. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Chu Yuan tanpa menoleh, nada suaranya datar, namun tak ada ketegasan di dalamnya, hanya keheranan polos.
Xia Mei tersentak kecil. "Eh? Nggak… nggak apa-apa" ia buru-buru memalingkan wajah, pipinya sedikit memerah.
Chu Yuan hanya mengangguk ringan, menganggapnya hal sepele, baginya, Xia Mei adalah adik yang selalu ada di sisinya. Adik yang ceria, keras kepala, tapi perhatian. Ia tak pernah berpikir lebih dari itu. Setidaknya… secara sadar.
Namun, entah mengapa, ada sesuatu dalam tatapan mata Xia Mei tadi yang membuat langkahnya melambat sepersekian detik. Seolah ada bagian dari dirinya yang berbisik, ‘Apa kau benar-benar tahu bagaimana perasaan gadis itu padamu?’
Ia menggeleng pelan, mencoba mengusir pikiran aneh itu. "Jangan melamun. Kita harus cepat"
"Iya, Kak!" jawab Xia Mei cepat-cepat, tapi dalam hatinya terselip sedikit kekecewaan.
Ia tahu, perasaannya mungkin tak akan pernah terbalas. Tapi tetap saja, ia berharap suatu hari nanti, Chu Yuan akan berhenti memanggilnya "adik".
***
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan pintu besar kediaman patriark. Dua pengawal bersenjata berdiri tegak di kedua sisi pintu, lalu membungkuk hormat saat Chu Yuan dan Xia Mei mendekat.
Salah satu pengawal berkata, "Tuan muda, patriark sudah menunggu di dalam"
Chu Yuan mengangguk, lalu mendorong pintu perlahan. Ruangan patriark luas dan megah, dihiasi dengan tirai sutra dan lukisan kuno. Di tengah ruangan, Chu Feng duduk di kursi besar, wajahnya tenang namun matanya tajam.
Namun, yang membuat Chu Yuan terkejut adalah kehadiran lima pemuda lain di ruangan itu. Mereka berdiri berjajar di depan patriark, tiga pria dan dua wanita, dan usianya tak jauh berbeda dengan Chu Yuan. Mereka adalah para pemuda elit klan Chu, yang selama ini jarang terlihat bersama.
Chu Yuan menatap mereka satu per satu. Chu Jun, pria bertubuh tinggi dengan rambut pendek dan mata tajam; Chu Rong, pria berperawakan sedang dengan senyum ramah namun aura kuat; Chu Yang, pria berbadan kekar dengan tatapan dingin; Chu Xin, wanita berwajah cantik dan ceria; dan Chu Yulan, wanita berambut panjang dengan ekspresi acuh tak acuh.
Chu Yuan menahan napas, lalu melangkah ke hadapan Chu Feng. Xia Mei mengikuti di belakangnya, matanya penasaran.
"Ada apa ayah memanggilku?" tanya Chu Yuan.
Chu Feng tersenyum tipis, lalu mengarahkan pandangannya ke arah lima pemuda itu. "Bukan ayah yang memanggilmu, Yuan. Tapi mereka"
Chu Yuan menoleh ke arah lima pemuda itu, matanya penuh tanda tanya. "Apa yang kalian inginkan?"
Namun, kelima pemuda itu tidak menjawab. Mereka hanya saling pandang, lalu tanpa sepatah kata, mereka berbalik dan berjalan menuju sudut ruangan di mana terdapat pintu kecil tersembunyi di bawah tangga patriark. Pintu itu tampak tua dan sedikit berdebu, namun kelima pemuda itu membukanya tanpa ragu dan masuk satu per satu.
Chu Yuan terkesiap. "Apa yang terjadi, ayah?"
Chu Feng berdiri, lalu mendekati Chu Yuan. "Sudahlah, Yuan'er. Ayah tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu. Pergi saja, kau pasti akan tahu."
Chu Yuan memandang ayahnya dengan heran. "Ayah, apakah ayah yakin?"
Chu Feng mengangguk. "Percayalah pada ayah. Xia Mei, kau juga ikut dengan kakakmu"
Xia Mei mengangguk cepat, lalu menggenggam tangan Chu Yuan. "Ayo, kak. Kita ikuti mereka"
Chu Yuan masih merasa penasaran dan sedikit waspada. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, namun ia tahu, ayahnya tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah menuju pintu kecil di bawah tangga, diikuti Xia Mei.
Pintu itu terbuka perlahan, menampakkan tangga sempit yang menurun ke ruangan bawah tanah. Cahaya redup dari lampu minyak menerangi jalan, menciptakan bayangan-bayangan aneh di dinding batu.
Chu Yuan menoleh ke Xia Mei. "Jangan lepas dari sampingku, Mei"
Xia Mei mengangguk, matanya berbinar penuh keberanian. "Aku tidak takut, kak. Aku percaya padamu"
Mereka berdua menuruni tangga, langkah mereka berderak di atas batu. Suara sistem bergema di benak Chu Yuan.
[Peringatan, aura lima pemuda didepan tidak menunjukkan tanda-tanda permusuhan. Namun, harap Tuan tetap waspada.]
Chu Yuan mengangguk dalam hati. Ia merasakan energi baru di tubuhnya, siap digunakan kapan saja jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Setelah beberapa menit, mereka sampai di depan pintu besar yang terbuat dari kayu tua. Pintu itu tampak kokoh, dengan ukiran naga dan burung phoenix di permukaannya. Chu Yuan menoleh ke Xia Mei, lalu menarik pedang dari pinggangnya.
"Jika ada sesuatu yang mencurigakan, langsung berlindung di belakangku" bisiknya.
Xia Mei mengangguk, lalu tanpa berkata apa-apa, ia menggenggam tangan Chu Yuan erat-erat. Wajahnya memerah, tapi ia tidak melepaskannya.
Chu Yuan hanya menatap sebentar, tak berkata apa-apa. Ia membiarkan genggaman itu, lalu mendorong pintu kayu besar di hadapannya. Pintu itu bergerak perlahan, mengeluarkan suara berderit yang memecah kesunyian pagi. Di baliknya terbentang ruangan besar dengan dinding batu yang dihiasi lampu-lampu minyak, menciptakan bayangan bergoyang di permukaannya.
Di tengah ruangan, lima pemuda telah menunggu. Mereka berdiri dengan aura masing-masing yang khas. Sebelum Chu Yuan sempat mengamati lebih jauh sesuatu dengan sangat cepat melesat kearahnya.
Wushh!!
"Ahhhhh!! Yuaaannn!!"
Suara gadis itu melengking, sebelum tubuhnya menghantam Chu Yuan dan langsung memeluknya erat-erat. Wajah Chu Yuan menabrak dadanya yang luar biasa empuk, membuatnya terhuyung.
"Ugh!" Chu Yuan terbatuk kaget, matanya terbelalak.
"Aku merindukanmu!" seru Chu Xin dengan suara riang, masih memeluk erat seperti anak kecil yang tak ingin melepas boneka kesayangannya.
Chu Yuan mencoba melepaskan diri, namun pelukan Chu Xin luar biasa kuat. Dan yang lebih membuatnya kesulitan adalah, posisi wajahnya yang benar-benar tidak ideal. Ia merasa seperti sedang terperangkap di antara dua awan lembut yang menyesakkan.
"He-Hei! Lepas! Aku—nggak bisa... bernapas..."
Dari sisi ruangan, salah satu pemuda bersuara. "Hei, Chu Xin, jika kau seperti itu, saudara Yuan tidak akan bisa bernapas" ujar Chu Jun dengan nada tenang namun tegas.
"Benar yang dikatakan saudara Jun" timpal Chu Rong sambil tertawa kecil, "kalau saudara Yuan mati bagaimana?"
"Hahaha! Tenang saja, Chu Yuan tidak akan mati semudah itu! Tapi aku tak yakin kalau dia ingin lepas dari sana, hahaha!" ucap Chu Yang yang bertubuh kekar sambil menyilangkan tangan.
Namun, dari sudut pintu, seseorang berdiri terpaku, Xia Mei.
Matanya menatap adegan tadi dengan perasaan yang tak bisa ia bendung. Ada rasa kesal yang menumpuk di dadanya, dan sejenis iri yang mencubit hatinya kuat-kuat. Terlebih, ketika ia melihat ‘sesuatu’ yang besar dan mencolok dari tubuh Chu Xin, yang jelas-jelas tidak ia miliki. Ia menggigit bibir bawahnya.
“Kenapa dia harus seperti itu di depan orang lain… dan kenapa Kak Yuan tidak langsung menolaknya...?”
Tatapan Xia Mei menajam, tapi ia cepat-cepat menunduk agar tidak ketahuan.
"Eh, Xiao Mei! Kau juga di sini? Ahhhhhh!" seru seorang gadis lain dengan penuh semangat.
Chu Yulan, seorang wanita muda dengan rambut panjang sepinggang dan senyum hangat, langsung berlari ke arah Xia Mei. Dalam sekejap, ia sudah memeluk Xia Mei erat-erat, membuat gadis itu hampir terhuyung ke belakang.
Xia Mei tidak sempat bereaksi, Chu Yulan malah mulai menarik-narik pipinya dengan gemas.
"Kakak! Sakit!" protes Xia Mei, suaranya terdengar tak jelas karena pipinya yang ditarik-tarik tanpa ampun.
"Kau makin imut saja! Hahaha!" kata Chu Yulan sambil terus memainkan wajah Xia Mei, membuat pipi Xia Mei memerah bukan hanya karena rasa sakit, tapi juga rasa malu karena semua orang menonton.
Sementara itu, di sisi lain ruangan, Chu Yuan masih terperangkap dalam pelukan mematikan Chu Xin. Tubuhnya sedikit gemetar, dan wajahnya sudah hampir sepenuhnya merah keunguan karena kekurangan oksigen.
[Peringatan! Tubuh Tuan bermasalah. Oksigen dalam tubuh menipis.]
Sistem mengeluarkan suara peringatan yang hanya bisa didengar oleh Chu Yuan, membuatnya panik. Ia mencoba berbicara, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dengan sisa tenaga, ia mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk punggung Chu Xin dengan lemah.
"Tolong… lepaskan… aku tidak bisa bernapas…" bisiknya dengan suara terputus-putus.
Chu Xin akhirnya sadar, dan langsung melepaskan pelukannya dengan cepat. Wajahnya berubah pucat.
"Ma-Maaf, Yuan! Aku terlalu senang melihatmu, apa kau baik-baik saja?"
Chu Yuan terbatuk-batuk keras, membungkuk sedikit sambil menarik napas panjang seperti orang yang baru diselamatkan dari tenggelam. Matanya berair, dan wajahnya masih merah padam.
"Kau… hampir membunuhku…" ucapnya lirih sambil tersenyum pahit, berusaha mengembalikan napasnya yang tersengal.
Chu Xin cemberut, menggembungkan pipinya. "Tapi aku sudah lama tidak bertemu denganmu! Setelah kau menang di turnamen, aku ingin sekali memelukmu!"
Chu Jun, yang sejak tadi hanya memperhatikan, menggeleng pelan lalu mendekat. "Jangan terlalu keras, Xin. Yuan baru saja mencapai tahap Golden Core, tubuhnya masih perlu penyesuaian.”
Chu Rong menyilangkan tangan sambil mengangguk. "Benar, kita harus berhati-hati. Yuan, kau baik-baik saja?"
Chu Yuan akhirnya berdiri tegak, lalu menatap satu per satu wajah mereka dengan mata tajam. "Aku baik-baik saja. Tapi..." ucapnya sambil menyapu pandangan ke lima pemuda dan dua gadis yang berada di ruangan itu.
"Bisakah kalian menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kalian semua ada di sini? Dan siapa kalian?"
Ruangan itu tiba-tiba menjadi sunyi, hanya terdengar suara lampu minyak yang berderik pelan. Para pemuda itu saling bertukar pandang. Chu Yulan dan Chu Xin berhenti bercanda, dan suasana ruangan menjadi sedikit lebih serius.
Xia Mei berdiri di samping Chu Yuan, matanya masih sempat melirik Chu Xin dengan tatapan tidak suka, namun ia tidak berkata apa-apa. Ia hanya berdiri lebih dekat ke Chu Yuan, seolah ingin menegaskan posisinya.
"Apa yang terjadi sekarang? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" batin Chu Yuan keheranan.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
mungkin novel ini tentang Isekai tapi versi China. Asli penulis novel sangat2 pintar menulis cerita
coba penulis Novel alasannya knp ?