Dendam Salah Arah

Jepang

Freya menghela nafasnya kasar ketika mendengar penjelasan dokter Sam tentang kondisi keponakannya.

"Mengingat kondisinya selama bertahun tahun belakangan, Ada baiknya emosinya harus di kontrol dengan baik, Atau tidak mungkin itu akan semakin memperparah kondisi kesehatannya"

Dokter Sam menjelaskan dengan sopan.

"Mungkin dia akan bangun besok, Dan saat dia bangun jangan katakan apapun yang bisa memicu emosinya tidak stabil"

Sahut pria tua ber jas putih tersebut yang kemudian menyerahkan secarik kertas berisi catatan obat yang harus di minum oleh Teressa.

"Baik dokter"

Alexander menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda terima kasih pada pria tua tersebut.

"Bukan masalah tuan Alexander, Kalau begitu saya permisi dulu"

Ucap dokter Sam yang kemudian berlalu dari sana.

"Kamu sudah mendapatkan kabar baru tentang Calysta?"

Tanya Freya ke arah suaminya.

"Belum sayang, Aku sudah meminta Damish untuk mengumpulkan semua informasi di Indonesia, Tidak lama lagi dia akan datang kemari"

Jawab Hussein kemudian.

"Uncle, Bagaimana jika aku ke Indonesia?"

Sahut Alexander tiba tiba.

"Tidak Alex, Saat ini Teressa membutuhkanmu, Kami yang akan bergerak ke Indonesia jika itu di perlukan"

Tolak Freya, Karna hanya Alexander yang bisa mengendalikan emosi Teressa saat ini.

"Kita tidak memberitahu Derren tentang kondisi Teressa?"

tanya Freya ke arah dua pria tersebut, Derren adalah putra tunggalnya dengan Hussein.

"Tidak perlu aunty, Dia akan meninggalkan ujiannya dan akan terbang ke Jepang jika tau kondisi aunty nya sedang tidak baik baik saja"

Jawab Alexander cepat.

Dia tau betul bagaimana Derren putra dari aunty Freya nya begitu menyayangi istrinya, Bahkan pria tersebut begitu dekat Istrinya sejak kecil bahkan sampai saat ini.

"Apa yang dikatakan Alex benar, Kita akan memberinya kabar jika semuanya sudah baik baik saja"

Timpal Hussain yang menyetujui perkataan Alexander.

****************

Di salah satu rumah sakit terbesar di jakarta.

Lucas tampak duduk di kursi tunggu dimana Philip berada di sampingnya.

Sesekali matanya melirik ke arah pintu, Dimana di dalam ruangan tersebut sedang memeriksa keadaan wanita yang dia bawa tadi.

Berkali kali pria itu terlihat menghela nafasnya kasar, Perasaan cemas terus menghantam pria itu, Membuatnya berkali kali melirik ke arah jam yang bertengger di tangannya.

"Tuan, Semuanya pasti baik baik saja"

Ucap Philip ke arah tuannya itu.

Dia berusaha menenangkan pria tersebut, Meski cukup takjub sebab ini pertama kali dia melihat reaksi berbeda dari seorang Lucas Dernado Xavier, Pria berhati dingin dan kejam itu yang bisa terlihat panik hanya karna seorang wanita.

Meskipun dia cukup tau jika wanita itu cukup berharga bagi tuannya. Jika tidak, Tidak mungkin seorang Lucas mencari tau tentang seseorang bertahun tahun lamanya.

Philip tidak tau bagaimana mengartikan perasaan tuannya pada wanita itu, Sekedar balas budi karna wanita itu pernah menyelematkan tuannya di masa lalu, Atau mungkin karna alasan cinta.

Tapi jika cinta adalah alasannya, Bukankah kisah cinta tuannya harus berakhir dengan tragis? Wanita itu jelas sudah menikah, Bahkan saat ini sedang mengandung.

Belum menjalin hubungan saja cintanya harus kandas

Batin Philip yang prihatin pada tuannya itu.

Dia ingat jelas perkataan Lucas yang berteriak tadi seperti orang yang kesetanan.

"Selamat wanita ini, Dan juga selamatkan bayi dalam perutnya, Jika tidak kalian bisa menebak apa yang bisa aku lakukan pada kalian"

Teriakan Lucas saat itu menggelegar di rumah sakit.

"Kau sudah mencari tau siapa orang orang yang berusaha merebut Vanesa tadi?"

Tanya Lucas yang mengejutkan Philip.

Pria itu langsung menganggukkan kepalanya.

"Mereka adalah orang orang dari klan mafia Orlando"

Jawab Philip yang membuat Lucas mengerutkan keningnya dengan dalam.

"Apa kau tau apa hubungan Vanesa dengan klan Orlando?"

Tanya Lucas cepat.

"Saat ini belum, Tapi orang orang kita akan mendapatkan informasinya tidak lama lagi"

Jawabnya.

Lucas tidak lagi menimpalinya, Memilih menyadarkan tubuhnya ke bagian belakang kursi dan memejamkan matanya beberapa waktu.

Dia tidak tidur, Melainkan otaknya mulai menebak nebak apa hubungan klan Orlando dengan wanita yang dia selamatkan.

Sebab dia tau dan kenal betul dengan klan Orlando, Klan tersebut dengan klan Ozzie yang merupakan klan mafia milik keluarga Xavier masuk dalam jajaran mafia kelas atas yang begitu di takuti di dunia hitam.

Sayangnya sejak beberapa tahun Lucas tidak lagi mendengar pergerakan klan Orlando. Dan kejadian hari ini dimana klan Orlando berusaha merebut Vanesa dari orang orangnya membuat pertanyaan besar dalam otaknya, Apakah wanita itu memiliki hubungan dengan orang orang dari klan Orlando.

Saat Lucas sedang sibuk dengan pemikirannya, Pintu ruangan dimana Vanesa berada terbuka, Memperlihatkan seorang dokter terlihat keluar dari ruangan tersebut.

Tanpa ba bi bu Lucas langsung menghampirinya, Di susul dengan Philip yang berdiri di belakangnya.

"Bagaimana keadaannya dan juga bayi dalam kandungannya?"

Tanya Lucas langsung pada intinya

"Semuanya baik baik saja tuan Lucas, Hanya beberapa luka luar yang mungkin cukup membutuhkan perawatan ekstra agar tidak semakin memburuk dan meninggalkan bekas"

Jelas dokter tersebut

"Dan mengenai kandungan nona Vanesa, Untungnya kandungannya cukup kuat sehingga mampu bertahan saat kecelakaan terjadi"

Lanjut dokter itu lagi membuat Lucas pada akhirnya bisa bernafas lega, Sebab dia cukup takut saat memikirkan bagaimana kehamilan wanita tersebut, Bagaimanapun dia melihat dengan jelas saat darah Vanesa saat itu, Terlebih kata kata Vanesa terus berputar dalam kepalanya.

"Persiapkan dia untuk perjalanan jauh, Aku akan membawanya ke Mahnatan dan melanjutkannya perawatan di sana"

Titah pria tersebut.

Dokter itu hanya bisa menganggukkan kepalanya, Sebab mereka tidak bisa memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah pria penguasa itu.

"Philip siapkan jet pribadiku, Kita akan kembali ke Mahnatan setelah dokter menyiapkan segalanya"

Ucap Lucas yang berbalik menatap Philip beberapa waktu.

"Baik tuan"

Lantas Lucas segera pergi dari sana, Dia harus membersihkan dirinya lebih dulu karna masih menggunakan pakaiannya yang tampak begitu kotor dan kacau.

Selama hidupnya, Dia pikir ini pertama kalinya dia berpenampilan seperti ini. Tadi Philip telah meminta dirinya agar pergi membersihkan diri namun dia menolak memilih menunggu kabar dari dokter tentang kondisi Vanesa.

****************

Di sisi lainnya

Masih di Indonesia

Arthur membawa Lili ke apartemennya, Dia pikir tidak memiliki pilihan lain selain membawa gadis itu kemari.

Membawa gadis itu kembali ke rumahnya? Dia pikir itu adalah ide yang buruk, Dimana hal itu akan menimbulkan kekacauan dimana dia akan di salahkan atas kondisi Lili, Lalu setelah itu mommy nya akan datang dengan kemarahan memukulnya dengan berbagai macam senjata dapurnya.

Brrrr itu terlalu mengerikan untuknya.

Saat ini dia menatap temannya yang sedang memeriksa kondisi gadis itu.

"Bagaimana kondisinya?"

Tanya Arthur langsung pada dokter wanita tersebut yang terlihat telah selesai memeriksa kondisi Lili.

"Saat ini dia hanya tertidur, Itu adalah efek dari obat yang dia minum karna memiliki dosis yang cukup tinggi"

Jawab dokter itu yang menatap wajah Arthur dalam beberapa waktu.

"Sepertinya dia menderita IED"

Lanjut dokter Stefi yang merupakan teman SMA Arthur.

"IED?"

Tanya Arthur yang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Stefi.