Benih CEO

Benih CEO

Bab 1

"Tolong jangan lakukan ini. Saya mohon!"

"Diam kamu!"

Kania hanya bisa menahan rasa sakit yang perlahan melemahkan seluruh tenaganya. Air matanya berjatuhan namun tak di pedulikan. Rintihannya yang terdengar pilu tak dihiraukan.

Lelaki yang sedang mabuk itu terus berusaha merenggut apa yang telah dia jaga selama dua puluh tahun hidupnya.

Napas Kania kian sesak. Rasa sakit yang pria itu ciptakan seolah menjalar ke seluruh tubuhnya. Kesadarannya menghilang seiring dengan kepuasan yang pria itu dapatkan.

***

Kania mencoba untuk membuka kedua matanya meskipun rasa pusing di kepalanya membuatnya lebih memilih untuk memejamkan mata sampai beberapa saat lagi.

Tidak hanya kepalanya saja yang terasa sakit. Tapi seluruh tubuhnya juga terasa remuk. Bagaikan kejatuhan cicak beserta atapnya.

Dan yang lebih sakit lagi, bagian bawah sana terasa begitu perih. Bahkan saat Kania mencoba menggerakkan tubuhnya sedikit saja.

Perlahan, Kania mencoba menggerakkan tubuhnya sampai dia terbangun. Alangkah terkejutnya saat dia mendapati keadaanya saat ini. Tubuhnya hanya tertutup selimut tebal.

Seluruh pakaiannya berserakan di atas lantai. Saat itu juga, air mata Kania kembali luruh mengingat apa yang terjadi pada dirinya beberapa jam yang lalu.

Mengumpulkan sisa tenaga yang dia miliki, Kania memunguti pakaiannya dan membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Setelah selesai, Kania mengambil tas dan handphonenya yang tergeletak di atas meja.

Matanya membulat melihat apa yang ada di dalam tasnya. Segepok uang berwarna merah terang sudah ada di dalam tasnya.

"Dia menganggapku wanita bayaran." Kania tertawa sinis.

Dengan air mata yang masih membasahi pipinya, Kania keluar dari kamar tersebut dan meninggalkan tempat laknat itu.

Harusnya dia tidak datang ke club tersebut. Harusnya dia tidak nekat mencari Roni, kekasihnya yang membawa kabur uang hasil penjualan sawah kedua orangtua Roni.

Terbuai dengan air mata sedih ibu Roni, Kania memilih memberanikan dirinya untuk mendatangi satu club malam yang Kania tahu sering di datangi oleh Roni.

Tapi bukannya menemukan Roni, kemalangan justru menimpa dirinya.

Kalau sudah begini, apa yang akan Kania lakukan? Siapa yang bisa Kania salahkan? Kania kehilangan harta berharganya. Sudah tidak ada lagi yang bisa dia banggakan sebagai seorang wanita.

Mata Kania menatap langit malam kota Surabaya. Sudah jam satu dini hari, tapi Kania masih berada di jalanan. Tertatih meniti langkah demi langkah sambil memikirkan jalan hidupnya.

Kania sadar betul, hidupnya tidak akan baik-baik saja setelah ini.

***

"Baru pulang, Ka?"

Kania mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Dita, teman satu kamarnya di sebuah kos-an dekat dengan kampusnya.

"Ketemu sama Roni?"

Kania menggelengkan kepalanya. "Dia nggak ada di sana."

"Terus kenapa kamu baru pulang?" tanya Dita lagi dengan wajah mengantuknya. Mata Dita yang mengantuk itu di paksa untuk terbuka hanya demi mewawancarai Kania.

Seketika Kania di buat salah tingkah dengan pertanyaan Dita. Tentu saja Dita bertanya kenapa jam dua pagi dia baru pulang. "Aku cari ke tempat yang biasa di datangi Roni."

"Nggak ketemu juga si Roni?" Sekali lagi Kania menggeleng sebagai jawaban.

"Sendirian cari si Roni?" Dita bertanya lagi meskipun sudah menguap berkali-kali.

"Emm - sama Rama," jawab Kania berbohong. Untungnya, Dita percaya begitu saja. "Udah, tidur lagi sana. Masih ngantuk juga sempat-sempatnya wawancara. Aku juga mau tidur, capek," lanjutnya yang langsung di iyakan oleh Dita.

Nyatanya, mata Kania tak bisa terpejam sama sekali. Pikirannya masih tertuju pada lelaki yang telah merenggut kegadisannya. Kania sama sekali tidak mengenal lelaki itu. Tapi dia ingat betul dengan wajahnya.

Satu persatu air matanya berjatuhan. Kania membenamkan wajahnya pada bantal untuk meredam isakannya yang sedikit terdengar. Semakin Kania menahan isakan tersebut, dada Kania kian sesak.

Harapannya hanya satu. Semoga apa yang di miliki pria itu tidak berhasil membuahi telurnya sehingga tidak terjadi kehamilan di bulan depan.

Ya, hanya itu yang bisa di harapkan saat ini.

Untuk kegadisannya yang telah hilang, biarkan hilang. Menyesali dan menangisinya pun tidak akan membuatnya kembali. Air mata tidak akan mengembalikan semuanya seperti semula.

***

Dita dan Kania duduk di salah satu bangku yang ada di kantin kampus. Pagi tadi mereka bangun kesiangan dan belum sempat sarapan. Jadi, di jam sembilan pagi keduanya sudah duduk manis di kantin dengan dua piring nasi goreng di depan mereka.

"Tumben sarapan di kantin. Nggak masak?" Suara Rama terdengar memecah keheningan di antara Dita dan Kania yang sedang menikmati nasi goreng mereka.

Dita melirik Rama yang duduk di sampingnya. Posisi duduk Rama berhadapan dengan Kania. "Tumben juga udah datang. Nggak begadang aja datang telat, apalagi semalam kamu begadang. Rekor nih, jam segini udah di kampus."

"Siapa yang begadang?"

Tubuh Kania menegang mendengar percakapan tersebut. Dia lupa mengatakan pada Rama untuk bersandiwara kalau semalam mereka pergi bersama mencari Roni.

"Semalam kamu nemenin Kania cari si Roni, kan? Jam dua pagi baru pulang. Nggak aneh-aneh kan, kalian?"

Rama menatap Kania. Sedangkan Kania mengedipkan matanya sebagai kode agar Rama mengiyakan ucapan Dita. Untung saja Rama segera paham akan kode yang diberikan pelatihan Kania. Dan Dita juga sedang fokus menikmati sarapannya.

"O - oh, ya nggak macam-macamlah. Laki-laki itu menjaga, bukan merusak." Ucapan Rama seolah menyindir Kania meskipun Rama tidak sadar akan ucapannya.

Kania langsung teringat kejadian semalam. Dirinya telah rusak. Sayangnya, Kania rusak di tangan orang yang tidak dia kenali.

🌼🌼🌼

Byuurrrr!!!

Devan langsung terbangun setelah menerima guyuran satu ember air es. Jangan di tanya lagi siapa yang melakukannya, tentu si nyonya ratu yang lembut dan baik hatinya yang kini telah murka karena kelakuan sang anak lelaki satu-satunya.

"Mama, dingin!" teriak Devan yang sudah terduduk di atas ranjang. Devan langsung memeluk tubuhnya sendiri karena rasa dingin yang dia rasakan. Ingin menarik selimut, namun ternyata sang nyonya ratu lebih dulu melemparnya ke sudut kamarnya.

"Semalam kamu nabrak apalagi, Devan? Mobil sampai penyok seperti itu. Mabuk lagi?"

Di tengah dingin yang dia rasakan, Devan menghela napas panjang. Semalam memang dia menabrak pembatas jalan. Keadaannya yang sedang mabuk membuatnya tak terkendali saat menyetir mobil. Untung saja dia masih selamat. Hanya mobilnya yang rusak parah.

Namun hal itu bukan masalah bagi Devan. Detik ini juga kalau dia mau mengganti mobilnya dengan yang baru, dalam satu jam kemudian mobil itu sudah ada di depan rumahnya.

Hanum, Mama Devan, juga turut menghela napas panjang. Meskipun memiliki hobi mabuk, namun anaknya itu tidak pernah mengecewakan dirinya dan sang suami dalam hal memajukan perusahaan.

IQ Devan yang berada di atas rata-rata selalu memiliki ide dan inovasi baru untuk memajukan perusahaan.

"Mandi sana, lalu ke kantor! Jangan mentang-mentang kamu bos lalu kamu bisa seenaknya saja."

"Iya-iya, Ma."

Dengan malas, juga masih dengan rasa dingin yang dia rasakan, Devan beranjak ke kamar mandi.

Saat dia membuka celananya, alangkah terkejutnya saat melihat abang jagonya terdapat bercak darah. Mencoba mencari barangkali ada yang luka, ternyata tidak ada luka sama sekali.

Setelahnya Devan tersadar akan sesuatu. Dengan frustasi dia mengurut pelipisnya pelan. "Sarang milik siapa yang kamu masuki wahai abang jago?"

🌹🌹🌹

Kita pemanasan, ya. karya ini akan di daftarkan ke event novel wanita. mohon dukungannya. semoga rajin update. 🥰🥰

Terpopuler

Comments

Rita Indrawati

Rita Indrawati

coba mampir deh, awalnya seru sih gak tau ujungnya

2023-06-17

0

Pisces97

Pisces97

heii.. bang jago masuk sarang lebah 🤭🤭🤭

2023-04-14

0

cahaya

cahaya

hualah abg jago 😁😁😁

2023-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!