Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 Love You Too, Bu Dokter
Suara deru motor saling bersahut - sahutan di ruang terbuka pagi itu. Abi yang bertugas sebagai pengawas, tampak sedang memantau kegiatan peserta dan panitia di lokasi acara.
"Mas. Mbak Runi beneran Mas kasih izin?" Tanya Agil.
"Iya, mau gimana lagi, Gil? Mas kadung janji." Jawab Abi pasrah.
"Ck! Mas ini, aku gak bisa ngawasin mbak Runi di trek. Kan aku udah bilang kalau aku panitia." Kata Agil.
"Genduk kan sudah pernah melintasi trek ini, to? Dia pasti ingat lah, lagi pula teman - temannya banyak. Jangan terlalu khawatir." Ujar pak Karto sembari menepuk bahu kedua putranya.
"Bapak ini gak tau, gimana mbak Runi kalau bawa motor. Dia suka kebut - kebutan, pak." Cicit Agil yang membuat wajah Abi makin khawatir.
"Wes to lah! Biar dia menikmati hobinya." Timpal bu Lastri yang juga ada di sana.
"Temanmu kan banyak yang ikut to, Gil. Minta tolong sama mereka buat awasi Runi." Kata Abi.
"Iya, Mas. Nanti aku tak bilang sama temanku yang dari kecamatan. Hampir semua teman trailku di sini jadi panitia sih, Mas." Kata Agil sambil berlalu menuju kerumunan peserta.
Abi sendiri mengekor pada Agil, namun tujuannya adalah untuk menemui Runi. Ia melihat gadisnya yang sedang asyik mengobrol dengan beberapa orang.
"Dek..." Panggil Abi yang menghampiri Runi.
"Eh, Mas Abi..." Runi tersenyum menyambut kedatangan Abi yang langsung mengusap kepalanya.
"Mas, kenalin, ini teman bang Bayu di komunitas trail. Namanya Kak Ilham dan kak Juan." Runi memperkenalkan dua orang pria yang ternyata adalah sahabat Bayu.
Abi bersalaman dengan keduanya yang nampak ramah berkenalan dengan Abi.
"Ooo jadi ini, yang bikin kamu betah lama - lama di sini. Calon suami, kata Bayu." Goda Juan.
"Iya dong!" Jawab Runi enteng.
"Dih! Anak SMP kok udah berani pacaran. Mau nikah lagi." Ledek Ilham.
"Kak Ilham, please ya! Jangan body shamming. Kecil - kecil gini, mematikan tau!" Kata Runi yang membuat Ilham dan Juan tertawa begitupun dengan Abi.
"Mas, ada apa kesini?" Tanya Runi.
"Khawatir sama kamu lah, dek. Tapi sedikit lega sekarang karna ada kak Ilham dan kak Juan di sini." Kata Abi. Mereka berempat mengobrol sebentar hingga tiba saat perjalanan akan di mulai.
"Kak, saya titip Runi ya. Saya gak bisa nemenin dia karna saya harus mengawasi kegiatan ini." Pinta Abi.
"Aman, tenang aja, pak Sekdes." Jawab Ilham.
"Iya, gak perlu khawatir. Bocil ini biasa ikut Bayu ngetrail." Timpal Juan.
"Terima kasih banyak kak Ilham, kak Juan." Kata Abi yang di jawab anggukan.
"Tuh kan, Mas. Apa kataku, aku nih udah biasa main ginian. Jadi jangan khawatir, ya. Mas kerja aja dengan benar, jangan makan gaji buta. Oh iya, bapak sama Ibu, mana?" Tanya Runi sambil berusaha mencari keberadaan pak Kades dan bu Kades.
"Itu, tuh. Di bawah tenda." Abi menunjuk keberadaan orang tuanya.
Runi melambaikan tangan kala pak Karto dan bu Lastri melihat keberadaannya. Kedua orang tua Abi yang nampak antusias itu pun ikut melambaikan tangannya menyapa si calon menantu.
"Yasudah, hati - hati ya, dek. Mas balik dulu ke sana. Sudah mau jalan tuh." Kata Abi.
"Siap, Mas!" Jawab Runi.
"Saya tinggal ya, kak." Pamit Abi.
"Ok!" Jawab Juan dan Ilham hampir bersamaan.
Semua peserta mulai bersiap. Mereka mulai melajukan motornya ketika sudah di beri aba - aba.
Runi nampak sangat menikmati perjalanan ini. Semuanya begitu lancar, karena Runi sudah pernah melewati trek ini hingga Runi dengan mudah menyalip peserta lain di depannya.
"Wooah wooah. Mas, Mas, lihato polah bojomu!" Seru Agil yang berada di tanjakan curam.
Abi pun langsung melihat Runi yang semakin dekat. Para peserta di wajibkan berhenti sejenak di dekat tanjakan sebelum bergantian satu persatu melewati tanjakan yang memiliki kemiringan yang ekstrem itu.
"Gil, mbakmu kemarin jatuh di tanjakan, kan?" Tanya Abi dengan wajah cemasnya.
"Iya, Mas." Jawab Agil.
"Lha itu mana panitia yang jaga? Kalau ada yang jatuh gimana?" Ujar Abi.
"Sabar to, Mas. Itu lho masih pada nyiapin tali pengaman." Kata Agil sembari menunjuk rekan - rekannya yang sedang bekerja.
"Kamu ikut kesana, Gil. Jagain Runi." Titah Abi dengan wajah cemas.
"Sendiko dawuh, Raden Mas Abimanyu Rakasiwi. (Siap laksanakan Raden Mas Abimanyu Rakasiwi)." Kata Agil yang menuruti perintah Kakaknya.
Satu persatu peserta mulai melewati tanjakan curam itu. Dari lima belas peserta yang sudah mencoba, hanya tiga yang mampu melewati dengan mulus hingga ke atas.
Kini giliran Runi yang bersiap untuk melewati tanjakan curam itu.
"Mbak Runi, hati - hati. Lihat tuh, bojomu matanya hampir keluar ngelihatin mbak." Kata Agil.
"Aman, Gil!" Jawab Runi.
"Jangan aman, aman aja mbak. Kemarin bilang aman juga, tapi jatuh." Sergah Agil.
"Iya, tenang aja, Gil." Kata Runi.
"Gimana mau tenang, mbak. Lihat tuh enam mata mendolo, hampir keluar!" Agil menunjuk keberadaan pak Karto dan bu Lastri juga. Tentu saja ucapan Agil itu membuat Runi tertawa.
Saat giliran Runi, gadis cantik itu melihat ke arah Abi dan melambaikan tangan sebelum mulai melewati tanjakan curam.
Agil yang bersiaga, tampak berkomat kamit membaca doa dan mantra agar calon kakak iparnya itu tidak jatuh.
Ketegangan pun di rasakan oleh pak Karto dan bu Lastri. Bu Lastri terus membaca doa agar tak terjadi hal buruk dengan calon menantunya.
"Pak, itu genduk gak di suruh sudah aja? Gak usah ikut lewat tanjakan itu." Akhirnya bu Lastri buka suara karena tak tahan menahan khawatir.
"Biarkan, bu. Biar genduk mencoba. Lagi pula ada panitia yang siaga." Jawab pak Karto yang sebenarnya juga khawatir.
Karena khawatir, Abi yang tadinya ada di luar arena, jadi berlari memasuki Arena. Beberapa orang pun bersorak sorai kala mengetahui kalau Runi akan melintasi trek tanjakan curam.
Tanpa ragu, Runi menarik gas dan mulai melaju. Abi nampak terpaku sejenak dengan jantung yang berdetak kencang. Ia langsung bersiaga bersama Agil ketika tersadar.
Teriakan semakin kencang kala melihat Runi yang mendadak sedikit oleng.
"Mas, mas, mas!" Seru Agil. Ia dan Abi berlari dan bersiaga untuk menjaga Runi, namun gadis itu tak berhenti.
Gadis cantik itu tetap memacu motornya yang semakin dekat dengan garis finish, dan Ya! Kali ini Runi berhasil melewati tanjakan curam itu.
Abi dan Agil yang berlari hendak menolong tadi, sampai terduduk lemas karena perasaan khawatir yang bercampur lega.
"Hadooh! Hampir jantungku silaturahmi sama ginjal. Gara - gara polah bojomu, Mas!" Kata Agil.
"Kamu kira, Mas enggak? Itu tadi, mbakmu kalau sampi jatuh, jelas keseret motor." Jawab Abi.
"Kamu sih, ndadak ngomong - ngomong sama Runi. Kalau enggak kan, kita gak sar ser gini!" Gerutu Abi yang membuat Agil mencebik.
Sementara kehebohan terjadi di tenda. Pak Karto dan bu Lastri sampai bersorak dan berdiri kala Runi berhasil melewati tanjakan curam.
Salah satu dari tiga peserta wanita yang ada di sana, bisa melewati tanjakan curam yang terjal itu.
"Waah! Bu Dokter hebat!" Seru warga desa yang saling bersahutan.
"Weleh! Calon mantuku pancen oye!" Ujar pak Kades sambil menggeleng - gelengkan kepala.
"Keren yo, genduk, pak! Lihato, Mas dan Agil sampai ndeprok (Terduduk). Jelas sar ser mereka itu tadi." Kekeh bu Lastri.
"iyo, dene wong melayu pas genduk oleng, ee ora retine yo iso! (iya, mereka berlari waktu Runi oleng, gak taunya ya bisa!)" Jawab pak Karto.
Runi sendiri tampak puas saat berhasil melewati garis finish. Ia melambai pada pak Karto dan bu Lastri, kemudian mengirimkan sinyal heart pada Abi yang masih terduduk lemas.
Abi tertawa senang saat melihat gadisnya baik - baik saja, bahkan tanpa ragu gadisnya itu mengirimkan signal hati padanya.
"Love you too, bu dokter!" Teriak Abi.
Hal itu tentu saja membuat penonton yang kebanyakan adalah warga desanya menyoraki pasangan bucin itu.
"Sumpah! Gak jomblo friendly banget pak Sekdes dan bu dokter ini!" Gerutu Agil yang hanya kebagian cengar cengir hingga gigi kering.
up yg banyak dooong 🙏🏻🙏🏻🙏🏻