Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAKUT PETIR
Hessel membanting pintu dengan keras saat memasuki rumah, wajahnya terlihat kesal. Mama terkejut mendengarnya dan menghampiri Hessel.
"Ada apa sih Hes itu pintu sampai dibanting?"
"Tidak ada apa-apa ma." sahutnya terdengar sangat berat.
"Dimana Nana, kenapa kalian tidak pulang bersama?" tanya mama tanpa ditanggapi oleh Hessel.
Terus Nana datang, mama menatap mereka dengan heran. Mama tidak tau kalau Hessel dan Nana merahasiakan pernikahan mereka di depan publik.
"Ada apa, ma?" tanya Nana bingung melihat mama seperti kesal pada Hessel. Hessel menaiki tangga menuju kamarnya.
"Mama bertanya padanya kenapa kalian tidak pulang bareng, dia sama sekali tidak menjawab."
"Oh... Iya ma, tadi Nana ada kelas tambahan jadi sedikit telat pulangnya dan Nana menyuruh dia pulang duluan."
"Kalian tidak sedang bertengkarkan Na?"
"Tidak ma, memangnya kenapa?"
"Tadi Hessel datang-datang membanting pintu sepertinya dia sedang kesal."
"Ada apa dengannya." telisik Nana keheranan.
"Ya sudah Nana hampiri Hessel dulu ma." ucap Nana.
Nana pun menuju kamarnya untuk menghampiri Hessel, Nana takut Hessel marah karna hal tadi saat melihatnya bersama Andrean.
"Kau nyaman bersamanya?" tanya Hessel tiba-tiba padahal Nana baru saja membuka pintu kamar untuk masuk.
Nana memberanikan diri untuk duduk disamping Hessel.
"Bapak jangan salah paham, dia hanya teman saya."
"Saya tidak salah paham, karna kamu berhak untuk dekat dengan siapapun."
"I-itu..." belum selesai bicara.
Duaaar.....
Tiba-tiba suara petir menyambar hujan pun turun dengan derasnya membuat Nana ketakutan dan memeluk Hessel tanpa sengaja. Hessel kaget dan terdiam saat Nana tiba-tiba memeluknya, disertai lampu juga padam kamar mereka pun gelap.
Tubuh Nana bergetar Hessel bisa merasakannya, Hessel menghidupkan sentar ponselnya menunduk kebawah dia melihat wajah Nana pucat disertai bibirnya gemetar, Nana benar-benar takut dengan petir dan suasana gelap.
Hessel pun memeluk tubuh Nana, kemudian menggendongnya, dibaringkannya Nana diranjang. Hessel menyelimuti tubuh Nana, Nana masih gemetar nampak jelas dari tangannya yang dingin saat Hessel memegangnya.
Hessel pun berbaring disamping Nana sambil dipeluknnya, mereka saling berhadapan.
"Jangan takut Na."
"Saya sangat takut pak."
"Apa yang membuatmu takut dengan petir dan suasana gelap Na?"
"Sewaktu saya kecil saya menderita penyakit jantung pak sebenarnya saya bukan takut tapi kaget saya tidak bisa mendengar suara itu."
"Lalu kenapa kamu takut gelap?"
"Saya pernah melihat makhluk gaib saat lampu padam pak."
"Jadi itu yang membuatmu takut?" Hessel tertawa.
"Memangnya kenapa pak?"
"Kamu percaya dengan itu?"
"Ya percaya gak percaya pak, tapi mereka memang ada kan."
"Iya mereka ada Na, tapi sekarang kamu jangan takut lagi, aku akan ada disampingmu."
"Bapak tidak marah lagi?"
"Tidak Nana, saya hanya mengetes ke jujuranmu."
"Bapak percaya saya tidak ada hubungan spesial dengannya?"
"Kamu istriku, aku selalu percaya padamu."
"Saya juga percaya dengan bapak." Nana tersenyum menikmati pelukkan dari Hessel yang membuat tubuhnya hangat di kala hujan malam hari.
"Pak, apa itu berarti bapak sudah menerima saya?"
"Tentu Nana, saya menerima kamu sebagai istri, tapi jujur saja saya belum bisa mencintai kamu."
"Hmmm..." Nana sedikit kecewa tapi dia mengerti situasi mereka, menikah tanpa rasa cinta itu tidak mudah.
"Kenapa hmmm?"
"Tidak apa-apa, bisakah bapak memeluk saya seperti ini setiap malam?"
"Kamu ingin saya memelukmu?"
"Iya pak."
"Kamu tidak takut aku akan melakukan sesuatu?"
"Saya percaya bapak tidak akan melakukannya."
"Baiklah Nana, setiap malam saya akan memeluk kamu seperti ini."
"Terima kasih pak."
"Besok hari apa Na?"
"Hari minggu, kenapa pak?"
"Kamu tidak ingat?"
"Apa pak?"
"Kita akan berkunjung menemui orang tuamu, apa kamu melupakan itu?"
"Jadi bapak mengingatnya?"
"Tentu saja Nana, aku sudah berjanji aku tidak akan melupakannya."
Nana tersenyum manis, Hessel senang bisa melihat Nana terus tersenyum rasanya segala kemarahan Hessel lenyap begitu saja, senyum Nana membuatnya luluh.
"Kamu tidur ya Nana."
"Tidak mau..."
"Kenapa begitu?"
"Nanti bapak lepasin pelukkannya."
"Dasar ya, aku ini dosenmu, apa kamu tidak malu?"
"Tapi aku istri bapak, untuk apa aku harus malu."
"Iya, ya benar sekali."
"Bapak tidur juga ya."
"Tentu Nana ini sudah malam."
"Awas kalau bapak keluar rumah."
"Siapa yang mau keluar saat hujan lebat seperti ini."
"Tidak sedang hujan pun bapak tidak boleh keluyuran lagi."
"Apa kamu cemburu?"
"Tidak... Tapi status bapak sekarang berbeda setidaknya hargai pernikahan kita sebelum bapak bisa menghargai saya sebagai istri."
"Sebelum menikah pun aku tidak suka keluyuran Na, lebih baik aku dirumah apalagi sekarang aku sudah punya istri."
"Janji ya pak."
"Janji Nana, tidurlah."
Hessel menyandarkan kepala Nana di dadanya sambil mengusap kepala Nana. Nana tidak tau sekarang dia sedang dalam situasi seperti apa, Hessel kadang bersikap dingin tapi malam ini dia begitu hangat pada Nana.
"Nana, jika kamu risih memakai cincin pernikahan saat ke kampus, kamu boleh melepasnya."
"Kenapa harus dilepas pak?"
"Apa kamu tidak mendapat masalah saat di kampus tadi?"
"Sedikit, tapi Nana bilang pada mereka cincin ini hanya cincin tunangan."
"Apa mereka percaya begitu saja denganmu?
"Bapak tau mereka melotot memandang Nana, mereka sangat penasaran siapa tunangan Nana karna cincin ini terlihat mewah."
"Mereka juga bertanya pasti tunangan kamu sangat tampan, katanya."
"Lalu kamu bilang apa?"
"Nana hanya diam, Nana tidak mau mereka tau."
"Apa bapak tau, Jessi dia kesal melihat Nana."
"Apa dia mengganggumu lagi?"
"Tidak pak, dia hanya kesal."
"Baguslah, jika dia menyakitimu lagi beritahu saya."
"Percayalah pak, dia tidak akan mengganggu Nana lagi."
"Hmmm baiklah saya percaya." tersenyum.