"Tubuhmu milikku. Waktumu milikku. Tapi ingat satu aturan mutlak, jangan pernah berharap aku menanam benih di rahimmu."
Bagi dunia, Ryu Dirgantara adalah definisi kesempurnaan. CEO muda yang dingin, tangan besi di dunia bisnis, dan memiliki kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Namun, di balik setelan Armani dan tatapan arogannya, ia menyimpan rahasia yang menghancurkan egonya sebagai laki-laki, Ia divonis tidak bisa memberikan keturunan.
Lelah dengan tuntutan keluarga soal ahli waris, ia menutup hati dan memilih jalan pintas. Ia tidak butuh istri. Ia butuh pelarian.
Sedangkan Naomi Darmawan tidak pernah bermimpi menjual kebebasannya. Namun, jeratan hutang peninggalan sang ayah memaksanya menandatangani kontrak itu. Menjadi Sugar Baby bagi bos besar yang tak tersentuh. Tugasnya sederhana, yaitu menjadi boneka cantik yang siap sedia kapan pun sang Tuan membutuhkan kehangatan. Tanpa ikatan, tanpa perasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Nyonya Helena Dirgantara mundur sedikit, puas dengan ekspresi kaget yang melintas di wajah Naomi. Keheningan di ruang tamu Penthouse B kini terasa tebal, dipenuhi bau mawar yang sudah dibuang dan ketegangan yang belum sempat hilang.
“Kau terlihat sangat terkejut, Naomi,” kata Helena, suaranya tenang, namun mengandung racun. “Tentu saja. Kau pikir pernikahan ini hanya tentang kompensasi dan perlindungan? Itu selalu tentang kontrol, dan kau baru saja menjadi target yang tak terduga dalam rencana sempurna anakku.”
Naomi menarik napas dalam-dalam, mengendalikan guncangan yang mengancam untuk meruntuhkan benteng ketenangannya. Ia teringat tatapan Ryu di ruang periksa dokter, ketulusan sesaat saat pria itu menggenggam tangannya. Itu bukan akting. Itu adalah keterkejutan yang nyata.
“Nyonya Helena, saya tidak tahu detail kondisi medis Tuan Ryu. Saya hanya tahu bahwa kami diberi tahu kemandulan total adalah vonis,” jawab Naomi, mempertahankan nada formal. Ia harus berpegangan pada kebohongan yang Ryu ciptakan.
“Vonis? Ryu Dirgantara tidak pernah menerima vonis apa pun. Dia hanya menerima peluang,” tukas Helena dengan dingin, matanya menyipit penuh penghinaan. “Dokter yang memberinya diagnosis itu sudah lama dipecat. Ryu benar-benar mandul, Naomi. Nol persen peluang. Itu adalah risiko yang tidak bisa kami ambil untuk kelangsungan nama keluarga. Itulah mengapa Vanessa dipilih. Dia adalah wanita dari keluarga terhormat, stabil, mampu, dan paling penting, memiliki rahim yang subur, siap menerima bayi melalui prosedur medis apa pun dari bank sperma yang kami siapkan. Vanessa akan menjadi Nyonya Dirgantara secara sah dan melahirkan pewaris Dirgantara yang akan kami yakini sebagai keturunan Ryu.”
Helena mencondongkan tubuhnya lagi, mata tajamnya menusuk Naomi. “Tapi Ryu, anak keras kepala itu, dia tidak pernah mau menyerah pada kenyataan bahwa dia cacat. Dia mengambil mu, Naomi. Seorang wanita yang rendahan dan tidak banyak tuntut hanya untuk mempermudah prosedur Inseminasi Buatan (IUI) yang dia rencanakan. Dia ingin mendapatkan anak tanpa melalui Vanessa. Namun, di saat yang sama, dia terobsesi membuktikan bahwa diagnosis kemandulannya salah. Bahwa bahkan dengan peluang nol, dia masih bisa berhasil. Dia menggunakan mu sebagai taruhan terakhirnya. Taruhan yang bodoh.”
Naomi merasakan sakit di dadanya. Ia memang pion, tetapi ternyata ia juga adalah alat pembuktian diri Ryu. Kehamilan ini, keajaiban yang ia yakini, ternyata adalah senjata dua sisi yang paling tajam. Ia mengira Ryu hanya menutupi vonis sulit, bukan vonis nol persen.
“Sekarang, keajaiban itu terjadi. Kehamilan alami. Ironis, bukan? Ryu menang atas diagnosisnya, dan dia mengklaim itu adalah kemenangannya. Tetapi dalam prosesnya, dia memberikan Vanessa, wanita yang ku persiapkan untuk menjadi ibu pewaris Dirgantara, peluang sempurna untuk menghancurkan pernikahan ini.”
Helena berhenti sejenak, membiarkan ancaman itu meresap. “Peluang itu bernama penipuan kontrak. Vanessa tahu Ryu tidak bisa memiliki anak secara alami. Pernikahanmu diresmikan dengan tujuan tunggal untuk melakukan IUI yang menutupi kemandulan Ryu. Sekarang kau hamil secara alami, ini adalah bukti definitif di depan hukum bahwa sejak awal, Ryu menyembunyikan kondisi medisnya yang kritis agar kontrak pernikahan darurat ini dianggap sah dan untuk mencegah Vanessa naik ke status Nyonya Dirgantara. Jika dia menuntut pembatalan atas dasar penipuan ini, seluruh pernikahanmu akan runtuh. Vanessa akan mendapatkan kembali statusnya sebagai calon pewaris, dan anakmu akan berada dalam status hukum yang tidak jelas.”
“Apa yang harus saya lakukan?” tanya Naomi, menelan harga dirinya. Ia bukan lagi sekadar menyelamatkan diri, ia menyelamatkan kehidupan di perutnya.
“Kau harus patuh pada rencana Ryu, tetapi lebih pintar dari dia,” bisik Helena. “Ryu mungkin brilian dalam bisnis, tapi dia naif dalam urusan hati. Dia pikir dia bisa mengontrol Vanessa hanya dengan kekuasaan. Vanessa mencintai kekuasaan, tapi dia lebih mencintai status.”
Helena bangkit. “Tes DNA akan datang. Kau harus mempersiapkan diri. Jangan pernah tunjukkan pada siapa pun bahwa kau gentar. Aku akan pergi. Aku sudah mendapat semua informasi yang kubutuhkan.”
Sebelum pergi, Helena berhenti di ambang pintu. “Satu hal lagi, Naomi. Dua miliar itu. Jika kau bisa melewati semua ini, uang itu akan menjadi milikmu. Dan jika kau tidak bisa, Vanessa akan memastikan kau pergi tanpa apa-apa. Kau mengerti situasinya sekarang. Ini bukan lagi drama pernikahan. Ini adalah perang Dirgantara, dan kau adalah medan pertempuran utamanya.”
Pertemuan Malam...
Ketika Ryu kembali malam itu, Naomi sudah menunggunya di ruang kerjanya, berdiri di depan jendela kaca besar yang menampilkan panorama kota yang berkelip.
“Ibuku sudah pulang,” kata Ryu tanpa basa-basi, melepas jasnya. “Kau berhasil?”
“Saya berhasil menjalankan peran sebagai istri yang dingin dan hanya peduli pada uang, sesuai instruksi Anda,” balas Naomi, suaranya sedatar mungkin. Ia berbalik, menatap Ryu dengan mata yang menuntut kebenaran.
“Ibu Helena memberi tahu saya segalanya, Ryu. Tentang kemandulan total Anda. Tentang bagaimana Anda menggunakan saya untuk membuktikan diagnosis lama itu salah. Tentang taruhan yang Anda ambil.”
Ryu tidak menyangkal. Ekspresinya mengeras, kembali menjadi penguasa yang kejam.
“Itu tidak penting lagi, Naomi. Yang penting, anak ini ada. Dan Vanessa tahu,” katanya, berjalan ke mejanya.
“Dia juga tahu dia bisa membatalkan pernikahan ini karena penipuan! Anda benar-benar mandul, Ryu. Pernikahan ini dilakukan untuk prosedur medis yang pada akhirnya tidak Anda lakukan, dan untuk menutupi status Anda. Itu adalah celah yang Vanessa butuhkan. Jika dia bisa membuktikan Anda berbohong, seluruh perjanjian, dari IUI hingga pernikahan, akan batal. Dan saya, saya akan kehilangan perlindungan, dan anak ini akan dianggap tidak sah.”
Ryu memandangnya. “Duduk, Naomi. Kau terlalu emosional.”
“Jangan suruh saya duduk! Ini bukan tentang emosi, ini tentang kelangsungan hidup. Anda pikir Anda telah mengendalikan segalanya, padahal Anda baru saja memberikan senjata paling mematikan kepada musuh terkuat Anda!” seru Naomi, air mata menumpuk di matanya karena frustrasi, bukan kesedihan.
Ryu akhirnya menghela napas, gestur yang jarang ia tunjukkan. Ia bersandar di meja kerjanya.
“Dengar, Naomi. Itu memang risiko yang harus saya ambil,” katanya, nadanya sedikit melunak. “Mengenai Vanessa dan tes DNA. Saya tahu dia akan menuntutnya. Tapi dia tidak akan mendapatkannya.”
“Bagaimana Anda bisa mencegah tes DNA?” tanya Naomi skeptis. “Jika dia menggunakan pengadilan keluarga dan menuduh adanya penipuan dalam kontrak pernikahan, pengadilan akan..."
“Dia tidak akan mencapai pengadilan,” potong Ryu tajam. “Vanessa tidak mencari kemenangan hukum, dia mencari kemenangan bisnis dan citra. Dia ingin saya berlutut. Jika dia menuntut tes DNA dan menuduh saya, saya akan melancarkan serangan balasan yang akan menghancurkan nama baik ayahnya di pasar saham.”
Ryu berjalan mendekati Naomi, jarak mereka kini hanya beberapa inci. Aura kekuasaan pria itu menguasai ruangan.
“Vanessa adalah anak bisnis, Naomi. Dia tidak peduli dengan Anda atau ibu Anda. Dia peduli pada Dirgantara Tower. Saya akan berikan padanya sesuatu yang lebih berharga daripada kegagalan pernikahan ini. Saya akan memberinya satu perusahaan kecil dari jaringan Dirgantara yang nilainya jauh lebih besar daripada uang kompensasi Anda.”
..