Azmi Khoerunnisa, terpaksa menggantikan kakak sepupunya yang kabur untuk menikah dengan bujang lapuk, Atharrazka Abdilah. Dosen ganteng yang terkenal killer diseantero kampus.
Akankah Azmi bisa bertahan dengan pernikahan yang tak diinginkannya???
Bagaimana cerita mereka selanjutnya ditengah sifat mereka yang berbanding terbalik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Azthar # Belum siap ketahuan!
Percayalah, tak ada yang bisa melawan seorang suami yang hobi debat selain istrinya sendiri, walau kadang takan ada ujungnya tapi tak ada suami yang tak butuh istri. Begitu pun yang Athar rasakan, haruskah istrinya sendiri yang jawab?
Perdebatan masalah rok saja dia kalah, bukan perkara kalah juga, tapi gegara bersentuhan yang membuatnya meleyot.
Seketika suasana menjadi hening, memberikan Azmi waktu untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan pak dosen pada teman kelasnya.
Sebelum menjawabnya gadis itu menghela nafas panjang agar bisa lancar dalam berucap, ingat image itu adalah penting jadi ia harus jaga sikap.
"Pernikahan akan menciptakan hukum perdata karena adanya hubungan dua individu yang saling keterikatan dan akan mengatur hak dan kewajiban, status hubungan dan juga harta kekayaan. Dimana kunci legalitas hukum pernikahan harus tercatat secara hukum, agar mendapatkan perlindungan hukum ketika adanya kekerasan dalam rumah tangga atau kasus lainnya," kata Azmi panjang lebar.
Athar mengangguk saja mendengar jawaban yang Azmi ucapkan.
"Gimana pak?" tanya Beny dengan tanpa malu.
"Bagus," jawab Athar singkat.
"Yeees ...." Beny berseru.
Azmi tersenyum mendengar penilaian dosennya.
Pelajaran selesai sekarang sudah saatnya istirahat, Azmi berjalan kekantin ia merasa sangat lapar karena tak sempat sarapan sama sekali. Tapi, ada yang mengikuti dia dari belakang. Dua cowok dan dua cewek yang penasaran juga tentang Azmi yang penyendiri.
Saat duduk, kursinya langsung ramai dengan teman sekelasnya. Azmi terperangah melihat empat orang yang duduk bersamanya, ia tampak bingung melihat mereka yang sok akrab.
"Kalian mau makan juga?" tanya Azmi pada mereka berempat.
"Iyalah, masa mau ngerumpi," si Beny yang jawab, "gue mau traktir elo, karena tadi elo berhasil jawab pertanyaan dari bapak butar-butar."
"Betul itu, baru kali ini kelas kita ada yang bisa jawab. Biasanya sih semuanya pada tekor," sahut cewek yang bangkunya didepan Azmi.
"Kita belom kenalan, kan. Gue jesika," tambah cewek itu lagi menyodorkan tangannya untuk berjabat, Azmi menggapainya.
"Gue sandra," ucap cewek disampingnya melambaikan tangan keatas dan disahut oleh Azmi.
"Kenalan udahan, sekarang waktunya makan," ujar Beny yang langsung menatap Azmi.
"Elo mau makan apa?" tanyanya pada gadis tersebut.
"Mie ayam aja," jawab Azmi, bersamaan dengan itu ponselnya berdering.
Azmi merogohnya, sebelum mengangkatnya ia melirik pada teman-temannya lalu menjauhkan diri karena yang menghubungi bukanlah orang asing. Sementara empat orang itu mulai memesan mie ayam yang berada tak jauh dari mereka berada. Selain makanan mereka juga memesan minumannya.
Didekat dinding Azmi menggeser tombol hijaunya untuk menerima panggilan tersebut.
"Ada apa sih, Pak?" tanya Azmi tanpa menyapanya terlebih dahulu.
"Assalamu'alaikum dulu," sahut suara pria disebrang sana.
"Wa'alaikum salam," jawabnya dengan ketus.
"Ke ruangan aku sekarang, kamu belum makan, kan." ucap Athar yang berada diruangannya.
"Gak mau, ah. Nanti bapak ganti celana aku lagi dengan paksa," tolak Azmi.
"Jangan aneh-aneh! Nanti aku dimarahi ibumu, dia disini sekarang,"
Mata Azmi melotot, untuk apa ibunya kekampus? Perasaannya tak ada apa-apa, masalah pun tak ada. Dari TK sampai SMA ibunya tak pernah datang malah ayahnya yang selalu hadir ketika dipanggil ke sekolah.
Ia paham betul karena ibunya selalu minder ketika ada panggilan dari sekolah, sehingga ia terbiasa. Namun sekarang, apa mungkin ibunya mau datang? Alasannya apa?
Azmi berpikir positif mungkin karena ayahnya sudah tak ada dan mereka sudah tinggal terpisah, makanya ibunya datang kekampusnya.
"Ya udah, tunggu!" jawab Azmi akhirnya.
Ia mendekati meja yang sudah terhidang mie ayam plus dengan minuman segarnya, tetapi ia tak bisa membiarkan ibunya. Ia pun mengambil tas ranselnya yang berada diatas meja dekat mie ayam.
"Sorry, aku ada urusan buru-buru ini," ujar Azmi yang langsung pergi dengan cepat.
"Loh, makanannya gimana?" tanya Beny sembari menunjuk pada makanan yang sudah siap dinikmati.
"Makan aja!" teriak Azmi tanpa menoleh.
"Masa gue makan dua mangkuk," ujar Beny menatap satu persatu temannya.
"Bagus biar elo gemukan," Sandra yang nyaut sambil tertawa.
....
Azmi melihat ke sekitarnya, apakah aman dan sepi? Sebelum akhirnya masuk kedalam ruangan pak Athar, tanpa mengetuk tanpa salam ia langsung duduk tanpa dipersilahkan. Athar menggelangkan kepalanya pelan, istrinya ini kalau sudah sering ketemu gak ada canggung emang.
Azmi melihat setiap sudut ruangan itu, tak ada sosok yang dimaksud oleh dosennya. Ia merasa telah dibohongi padahal sudah berlarian ia datang keruangan tersebut.
"Bapak bohong,kan. Katanya ada uma, mana? Gak ada siapapun selain anda," Azmi menggerutu.
"Aku gak bohong dia ada disini, ini," pak Athar menyodorkan hp-nya yang bergambar Azmi dan umanya saat ijab kabul selesai.
"Itu cuma gambar, pak." Azmi makin geram.
"Iya gambar uma kamu, sudah jangan keselan. Mending kita makan dulu, kamu pasti sudah laper," ajak Athar, ia membuka kotak berbahan kertas tersebut dimeja kerjanya.
Dari logo dusnya Azmi tahu isinya apa, yakni makanan jepang yang berada ditoko kedai yang tak jauh dari kampus. Meski sering melewatinya saat kekampus ia belum mencoba makanan disana.
Aroma makanan dalam kotak itu tercium mengudara, membuat cacing didalam perutnya meronta-ronta untuk segera mengambilnya. Ia menelan ludahnya sangat menggiurkan sekali dan ingin segera melahapnya.
Athar memberikan sumpitnya satu pada Azmi, agar mereka segera menikmatinya. Mereka makan dengan tenang, karena rasanya sangat enak Azmi memakannya dengan lahap sushi yang bertoping abon sapi itu dan juga daging yang bersaus hitam lezat tersebut.
"Enak," ucapnya dengan mulut penuh makanan.
Athar yang melihatnya menyunggingkan senyum yang samar, disaat itu juga ia melihat ada sisa saus yang menempel disudut bibir istrinya.
"Sebentar, ada saus," kata Athar yang menyodorkan tangannya mengusap sudut bibir Azmi yang diam.
Azmi menyadari itu, segera ia meraih jempol kanan yang digunakan Athar untuk membersihkan sudut bibirnya, ia memasukkannya pada mulutnya dan ia hisap dengan kuat agar sausnya hilang.
Azmi tersenyum, "Sayang kalo dibuang, Pak." ucapnya dengan polosnya dan kembali menikmati makanannya.
Athar hanya diam melebarkan matanya, ia lihat jempol kananya yang dihisap oleh istrinya. Apa Azmi sepolos itu?
Bukan karena kotor atau jijik tapi sialnya ia bisa merasakan hisapan mulut Azmi yang hangat, membuatnya merasakan gelenyar aneh yang membuat jantungnya kian berdebar.
"Kenapa bapak diem bae? Ayo makan lagi, pak! Ini enak banget!" ujar Azmi kala melihat Athar yang diam membatu.
"Ah, iya," jawabnya sembari melirik Azmi.
Tadi pagi bibir mereka yang bersentuhan, sekarang jempolnya dapat hisapan, nanti apalagi?
Athar tersenyum samar, berpikir bahwa rumah tangganya dengan Azmi akan berjalan dengan baik. Ya, ia berharap begitu, seharusnya memang begitu, karena ibunya sudah menanti cucu dari anak satu-satunya. Maka dari itu beliau gercep menjodohkannya dengan wanita yang menurutnya cocok.
....
"Alhamdulilah ...." Azmi mengusap perutnya yang kenyang, badannya bersandar pada kursi yang didudukinya saking penuhnya isi perutnya sekarang.
Tok tok tok
Suara ketukan terdengar membuyarkan mereka, pasutri itu saling tatap. Azmi menggelengkan kepalanya, ia belum siap ketahuan bahwa dirinya adalah istri pak Athar.
Lalu, ia harus bagaimana?