NovelToon NovelToon
Anak Yang Tidak Diakui

Anak Yang Tidak Diakui

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:145.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

MOHON MAAF
TAHAP REVISI
Pernikahan siri antara Nirmala Wongso dan juga Seno Aji Prakoso membuahkan hasil seorang anak laki-laki yang tidak pernah diakui oleh Seno, karena ia takut keluarga besarnya akan tahu tentang aibnya yang diam-diam menikahi gadis pelayan di club malam.

Setelah dinyatakan hamil oleh dokter Seno mulai berubah dan menyuruh Nirmala untuk menggugurkan kandungannya jika masih tetap ingin menjadi istrinya.

Namun Nirmala memilih jalan untuk mempertahankan buah hati dan meninggalkan kemewahannya bersama dengan Seno.

Penasaran?? ikuti jalan kisah Nirmala yang penuh dengan lika-liku kehidupan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Beberapa tahun kemudian....

Di pagi ini suasana langit begitu cerah membentang di atas lapangan upacara. Deretan taruna berdiri tegap dalam seragam kebesaran, dada mereka dihiasi tanda kebanggaan hasil perjuangan empat tahun panjang di Akademi Militer.

Alaska berdiri di barisan tengah. Seragam putihnya begitu rapi, sepatu hitamnya berkilat, dan di pundaknya kini tersemat tanda pangkat baru. Letnan Dua.

Komando berdiri tegap diatas mimbar kecil di depan barisan para taruna yang sudah siap untuk dilantik. Suara komando menggema lantang, “Pelantikan perwira pertama TNI Angkatan Darat, dimulai!”

Ucapnya yang langsung di sambut dengan dentuman drum band yang mengiringi, sementara langkah tegas para perwira baru membawa suasana menjadi sakral. Alaska mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, menahan gejolak dalam dada. Sekilas ia teringat perjalanan panjangnya, malam penuh hujan ketika ia mendorong gerobak membawa ibunya, hari-hari keras di lapangan latihan, cemoohan yang pernah ia terima, hingga kini semua terbayar lunas.

Saat namanya dipanggil, Alaska melangkah maju. Kakinya menghentak tanah dengan pasti. Ia menerima pedang kehormatan dari tangan perwira senior, simbol bahwa kini ia bukan lagi taruna, melainkan tentara sejati yang siap mengabdi pada negara.

Di kejauhan, ia sempat menangkap sosok ibunya yang duduk di bangku undangan. Wajah Nirmala tampak lebih tua dan pucat, namun senyumnya hangat, penuh kebanggaan. Matanya berkaca-kaca melihat putra kecilnya kini berdiri gagah sebagai perwira.

  "Anakku, mimpimu sudah kau gapai Nak, selamat! Ibu bangga memilikimu," ucapnya dengan air mata yang sudah lolos membasahi pipinya.

Sementara Alaska masih menatap sosok paruh baya itu dari kejauhan. Dadanya bergemuruh, namun ia tetap menahan tegak. Hanya satu kalimat yang bergaung di hatinya:

"Bu, janji Laska sudah ku tepati. Aku sudah jadi tentara, untukmu."

Tepuk tangan bergemuruh saat upacara berakhir. Hari ini, Alaska resmi memulai babak baru hidupnya, bukan lagi sebagai bocah kecil di desa, melainkan sebagai Letnan Dua Alaska Wongso, perwira muda TNI AD, siap menghadapi tugas dan ujian yang jauh lebih besar di medan nyata.

  Semua orang tua, mulai menghampiri anak mereka masing-masing, saat ini Nirmala mulai ada dihadapan sang, anak niat hati ia ingin memeluk tubuh tegap itu, namun tubuh Alaska langsung menunduk, mencium kakinya, semua perjuangan yang ia pertaruhkan kini berakhir manis dengan sebuah pangkat yang ia bawa untuk sang ibu.

 "Ibu terima kasih banyak," satu kata itu yang pertama kali keluar dari mulutnya.

  "Sudah Nak, berdiri dulu," pinta Nirmala.

  Saat ini Alaska berdiri tegap dihadapan ibunya, matanya mulai berkaca-kaca menahan rasa haru.

  "Anakku," ucap Nirmala sambil menangis di dalam dekapan sang anak yang kini sudah berhasil meraih mimpinya. "Kamu sudah berhasil Nak," imbuhnya di selah-selah Isak tangisnya.

  "Jangan menangis ya Bu, aku sudah membawa hasil jerih payahku untuk Ibu, pangkat ini untukmu, tanpa usaha dan kerja kerasmu, mana mungkin anak desa sepertiku bisa masuk ke dunia militer Bu, empat tahun sudah aku lewati di Akademi militer ini, tidak mudah bagiku untuk melalui semuanya tanpa dukungan dan doamu," sahut Alaska dengan bangga ia menyuarakan itu.

  ☘️☘️☘️☘️

Setelah menghadiri acara pelantikan putranya, Nirmala memutuskan untuk langsung pulang ke desa. Anak semata wayangnya sempat mencegah, memohon agar ia tinggal beberapa hari di rumah dinasnya, karena dua hari lagi sang anak baru mendapat jatah libur. Namun wanita paruh baya itu merasa sungkan, ia tidak ingin merepotkan. Lagipula, ia sudah terbiasa hidup sendiri.

Bus angkutan kota yang ia naiki kini melaju meninggalkan gedung megah tempat pelantikan tadi berlangsung. Di kursi belakang dekat jendela, Nirmala bersandar, sesekali mengusap air mata yang tak henti jatuh sejak tadi. Tangisan itu bukan hanya bahagia, tetapi juga haru dan bangga. Semua perjuangan bertahun-tahun, semua luka yang ia simpan rapat, seolah terbayar melihat putranya berdiri tegak dengan seragam kehormatan.

Namun, kebahagiaan itu berbaur dengan getir. Di balik senyum, ada luka lama yang mendesak keluar. Kota ini, tempat bus melintas, menyimpan kenangan pahit. Kenangan tentang seorang pria yang pernah ia cintai sepenuh hati, lalu mengusirnya di saat ia sedang mengandung.

Nirmala buru-buru menunduk, menarik ujung kerudungnya ke dada. Ia tidak ingin larut. Namun tiba-tiba laju bus berguncang keras. Badan para penumpang terhentak, sebagian berteriak panik.

“Aaaaah!” seru mereka hampir serentak.

“Aduh! Kepalaku terbentur!” keluh seorang bapak.

“Pak supir, ini gimana sih! Kok tiba-tiba berhenti di tengah jalan?” protes seorang ibu muda.

Supir hanya menoleh singkat, wajahnya cemas. “Ibu-ibu, bapak-bapak, mohon sabar ya. Kami cek dulu. Ban kayaknya bermasalah,” katanya sambil memberi isyarat pada kernet.

Beberapa menit kemudian, hasilnya jelas: ban bocor parah. Bus tidak bisa melanjutkan perjalanan. Dengan berat hati para penumpang diminta turun. Suara keluhan dan omelan terdengar di mana-mana.

Nirmala ikut melangkah pelan, menjejak aspal panas. Perjalanan ke desanya masih jauh, ia harus menunggu bus lain. Duduk di pinggir jalan dekat sebuah minimarket, ia menghela napas panjang. Ujung rok dan kerudungnya mulai berdebu.

“Ya Allah… kenapa harus berhenti di sini,” gumamnya, lirih namun penuh keluhan.

Ia melirik jam tangan butut yang melingkar di pergelangan. Jarumnya seakan berjalan lambat. Jalanan lengang, hanya sesekali motor melintas dengan suara berisik. Nirmala meremas ujung kerudungnya, mencoba menahan rasa jengkel dan cemas. “Kalau gini terus, bisa-bisa aku sampai rumah malam nanti,” bisiknya.

☘️☘️☘️☘️

Di seberang jalan, sebuah restoran mewah berdiri dengan dinding kaca bening. Dari dalam, seorang pria berjas biru tua melangkah keluar sambil menempelkan ponsel di telinganya. Wajahnya serius, suaranya tegas memberi arahan pada lawan bicara. Setelah percakapan usai, ia memasukkan ponsel ke saku jas.

Langkahnya sempat terhenti. Tatapannya tersedot ke arah kerumunan kecil di tepi jalan. Di sana, seorang wanita duduk menunduk, kerudungnya lusuh, wajahnya letih. Mata pria itu melebar. Dadanya bergetar.

“Tuan, ayo masuk mobil,” ajak asistennya, Rafa.

Namun pria itu tidak bergeming. Matanya terpaku. “Rafa… lihat wanita di depan minimarket itu.”

Rafa menoleh, lalu nyaris tercekat. “Yang pakai baju krem itu, Tuan? Bukannya… itu…?”

“Iya, Fa,” sahut pria itu, suaranya berat. “Itu memang dia. Nirmala.”

Nama itu meluncur dari bibirnya dengan getir. Dua puluh dua tahun berlalu, tapi ia masih mengenali wajah itu. Wajah yang dulu ia usir dengan tega, padahal sedang mengandung darah dagingnya.

“Tuan, apa yang harus kita lakukan?” Rafa bertanya hati-hati.

Seno, nama pria itu, menghela napas. Ada kilatan ragu di matanya. “Aku… hanya ingin tahu reaksinya kalau aku menghampiri dia.

Sebelum Rafa sempat mencegah, Seno sudah menyeberang. Langkahnya mantap, meski jantungnya berdentum tak karuan.

☘️☘️☘️☘️

Nirmala yang tengah menunduk tiba-tiba merasa gelisah. Ada bisikan aneh di telinganya. Ia mendongak dan tubuhnya membeku. Sosok yang tak pernah ia duga berdiri hanya beberapa langkah darinya.

“Mas… Seno…” suaranya tercekat.

Dunia seakan berhenti berputar. Nafasnya tercekat, jemarinya gemetar. Ingin rasanya bangkit dan menjauh, tetapi tangan kokoh Seno sudah lebih dulu mencekal lengannya.

“Nirmala…” panggil Seno, suara itu masih sama seperti dulu, tegas namun bergetar.

“Lepas.” Nirmala menepis kasar, matanya berkilat. “Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa.”

“Aku tahu. Tapi izinkan aku bicara.”

Nirmala menggeleng cepat, kerongkongannya tercekat. “Tidak ada waktu. Aku tidak ingin mendengar apa-apa darimu.”

Seno menahan napas, menatap tajam, seolah berusaha menembus benteng di hadapan. “Kamu masih marah padaku?” tanyanya pelan.

Pertanyaan itu seperti bensin yang menyiram bara. Wajah Nirmala memerah, matanya berkilat. “Kau tanya aku masih marah? Seno… sampai kiamat pun luka ini tidak akan hilang! Kau usir aku saat mengandung, kau injak harga diriku, lalu sekarang dengan polosnya kau bertanya apakah aku masih marah?”

Suara Nirmala meninggi, membuat beberapa penumpang yang menunggu bus ikut melirik.

Seno mencoba bertahan. “Aku hanya… dulu kita sama-sama tahu, statusmu.....”

“Cukup!” potong Nirmala lantang. Air matanya akhirnya jatuh. “Aku tahu aku hanya istri siri. Aku tahu posisiku lemah. Tapi kau tahu, Seno? Aku tetap seorang ibu! Tidak ada status apa pun yang bisa membuatku tega membunuh darah dagingku sendiri!” Napasnya tersengal. Dada naik turun.

Seno menunduk, wajahnya muram. “Nirmala…” ia mencoba mendekat, tetapi wanita itu mundur selangkah.

“Jangan panggil namaku dengan suara itu.” Nirmala mengangkat dagu, suaranya bergetar namun tegas. “Hari ini aku baru saja menghadiri pelantikan putraku. Anak yang kau sebut tak punya hak. Anak yang kau tinggalkan. Dan tahukah kau, Seno? Dia berhasil. Dia berdiri tegak tanpa sedikit pun bantuanmu.”

Kata-kata itu menampar keras. Wajah Seno kaku, jemarinya mengepal. Ia ingin bicara, tapi lidahnya kelu.

“Aku tidak akan pernah membiarkan anakku bertemu denganmu,” lanjut Nirmala, matanya berkilat. “Harga diri anakku jauh lebih berharga daripada citra yang kau jaga mati-matian.”

Hening sejenak. Jalan raya tetap ramai, tapi bagi keduanya dunia seperti berhenti.

Seno menatapnya dengan sorot yang sulit terbaca. Namun Nirmala sudah berbalik, meninggalkan pria yang dulu pernah menjadi seluruh hidupnya. Langkahnya tegak, meski air mata jatuh di sepanjang jalan.

Secepat mungkin langkah kaki Nirmala mulai menjauh meninggalkan Seno yang masih mematung, menatapnya penuh dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

  Selama 22 tahun ini Seno bersembunyi dibalik nama besar keluarganya, dan juga keluarga kecilnya sendiri yang jauh dari kabar miring, dan hubungannya bersama Nirmala merupakan rahasia besarnya yang ia sembunyikan dari siapapun.

  "Aku punya alasan tersendiri Nirmala, untuk tidak mengakui darah dagingku, kalau saja dunia tahu, pasti hidupmu tidak akan setenang ini," ucapnya sambil menatap tubuh wanita yang dulu pernah mengisi kekosongan hatinya.

 Seno berbalik arah, namun perkataan dari asistennya mulai menghentikan langkahnya. "Tuan apa sebaiknya kita kejar saja Ibu Nirmala," ucap Rafa.

  "Tidak usah, biar anak buahku yang lain saja yang akan mengikutinya," ucapnya dengan langkah gontai.

Seno menyeberang jalan yang dipadati kendaraan, setiap langkahnya terasa berat meski tubuhnya tampak mantap. Setibanya di sisi mobil, ia membuka pintu dan duduk di kursi, napasnya masih tersengal. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya berputar di kepala, sungguh cerobohnya dirinya, mengeluarkan kata-kata yang sudah pastinya menyakiti hati Nirmala.

  Tapi dia berbuat seperti itu, bukan tanpa alasan, karena ia tahu hidupnya dipenuhi banyak masalah, andai saja Nirmala mau diajak bicara baik-baik pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.

  'Aku tahu kesalahanku ini tidak termaafkan, bahkan dipertemuan kita setelah beberapa tahun aku masih belum bisa merangkul mu,' batinnya berkecamuk.

Mobil masih terus melaju, menerobos jalanan yang ramai kendaraan, di sepanjang jalan sedari tadi hati dan pikirannya tidak bisa tenang pasalnya ia terlalu bodoh mengungkit luka lama yang dulu pernah ia torehkan kepada seorang wanita.

   "Rafa ..."Panggil Seno kepada asistennya itu.

  "Iya Tuan," sahut Rafa.

  "Kira-kira perkataan ku tadi keterlaluan atau tidak?" tanyanya dengan penuh penyesalan.

  Rafa hanya bisa menatap wajah sesal bosnya, ia tahu yang dilakukan bosnya teramat menyakitkan, tapi dibalik itu ada alasan tersendiri, mungkin untuk saat ini hanya Seno saja yang bisa memahami tentang keadaan ini.

  "Kalau versi Ibu Nirmala anda sangat keterlaluan Tuan, dan kalau versi anda sendiri sebenarnya anda sedang menjaga," jawab Rafa dengan dua versi.

  Seno terdiam tatapannya muram, seketika tangannya mulai menekan-nekan pelipisnya yang terasa pening. "Aku memang keterlaluan dan brengsek, sejak Nirmala keluar dari rumahku 22 tahu yang lalu aku tidak pernah sekali pun menengok," ucapnya dengan nada sesal.

  "Bagaimana mau menengok mencari pun Anda tidak pernah," sahut Rafa.

  Seketika Seno mendongakkan pandangannya terhadap Rafa yang sudah berani berbicara seperti itu, namun apa yang diucap oleh asistennya itu benar adanya dia adalah sosok ayah yang sangat brengsek.

Bersambung . ..

1
Bak Mis
semoga Alaska bisa memaafkan ayahnya
khadizah thea
pingin Airin dan Alaska ke jenjang nikah
Ani Basiati
lanjut thor
Bak Mis
kalau ingin hidup nya lebih baik tenang kedepan nya maafin aja
Bak Mis
akhirnya pulang selamat walaupun ada yg luka "
Bak Mis
lanjut lagi
Bak Mis
lanjut
Bak Mis
semoga berhasil dan pulang dgn selamat
Bak Mis
semoga berhasil dan balik utuh buat keluarga nya
Bak Mis
semoga slalu bahagia kalian berdua
🌸ReeN🌸
kakak mu luka alula, tolong bantu alaska
🌸ReeN🌸
semiga alaska selamat, ngrti juga kl di daerah konflik gitu ya
Ani Basiati: lanjut thor
total 2 replies
jekey
😭😭😭😭😭
juwita
jgn" ada campur tangan Sadewa tugas Alaska
🌸ReeN🌸
semangat airin, alaska pasti baik2 aja
🌸ReeN🌸
semoga gak ada apa2 ya ditempst tugasnya alaska
🌸ReeN🌸
semangat alaska....hati2 takutnya pak sadewa bertinda ke airin pas kamu gak ada
Bak Mis
kalau gitu udah nikah kan aja mereka berdua,gak usah banyak bertele "nya, entar bosan cerita nya yg itu"aja'
🅰️Rion bee 🐝
" almarhum "apa seno sudah meninggal ???
🅰️Rion bee 🐝: ouhh okey kirain beneran meninggal karna gk kuat ngadepin kenyataan 😄
total 2 replies
Les Tary
Alaska Airin semoga hub lancar jaya😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!