Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.
Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 - Jangan Pergi
Sudah hampir dua puluh menit Fitri berada di kamar mandi. Dia masih menangis, dia masih merasakan sakitnya apa yang telah Dewa perbuat tadi. Meski Dewa suami sahnya, tetap saja ada rasa sakit dan sedikit trauma dengan apa yang Dewa lakukan tadi.
Fitri merasakan tubunya sudah lumayan segar kembali. Meski masih ada sedikit nyeri di area intinya, tapi Fitri sudah merasa sedikit enakan. Fitri langsung beranjak dari bathub dengan pelan supaya tidak terlalu nyeri. Ia lalu membilas tubuhnya di bawah shower. Setelah dirasa bersih, Fitri mengambil handuk lalu membersihkan tubuhnya dengan handuk dari sisa air yang menempel di kulitnya. Dirasa sudah tidak ada air yang menempel di kulinya, Fitri langsung memakai bathrobe lalu keluar dari kamar mandi.
Fitri keluar dari kamar mandi. Dia melihat kamarnya sudah kembali rapi, sprey dan selimutnya sudah diganti dengan yang baru, dan lebih terkejut lagi, ada satu stel piyama di atas tempat tidurnya. Fitri tahu semua itu Dewa yang melakukannya. Mau siapa lagi, toh di rumahnya hanya ada Dewa dan dirinya saja.
Fitri menatap pantulan tubuhnya di cermin setelah memakai baju yang diambilkan oleh Dewa tadi. Ia melihat leher jenjangnya, banyak sekali bercak merah di lehernya. Ternyata tidak di dada saja yang tadi Fitri lihat saat mandi. Di leher pun ternyata ada.
Fitri mengusap air matanya yang kembali menetes di pipinya. Ia mengingat kejadian tadi, saat Dewa menyetubuhinya dengan kasar, dan entah kenapa Dewa tiba-tiba seperti itu. Padahal saat tadi di tempat makam malam, Dewa baik-baik saja. Masih bicara dengan lembut padanya. Namun saat perjalanan pulang, sikap Dewa berubah sampai tadi saat menyetubuhinya dengan begitu kasar.
“Kamu jahat Dewa!” ucap Fitri lirih dengan terisak.
Meskipun dia sah-sah saja disentuh Dewa, tapi Fitri ingin sentuhan yang lembut dan penuh cinta dari suaminya. Bukan seperti tadi yang Fitri mau. Dewa menyentuhnya dengan begitu kasar. Terlebih suaminya sedikit pun tidak mencintainya.
Ceklek ...
Terdengar suara pintu kamar Fitri terbuka. Fitri melihat ke arah pintu. Dewa masuk dengan membawa nampan yang berisikan segelas susu, roti selai, dan potongan buah pir madu. Tadi Dewa melihat isi kulkas, dan ternyata ada buah pir, lalu megupasnya, dan membuatkan roti selai kacang juga segelas susu untuk Fitri. Dewa tahu Fitri pasti membutuhkan semua itu, apalagi energinya tadi sudah terkuras habis saat dirinya menyentuh Fitri.
“Fit, ini aku bawakan kamu susu dan roti selai. Juga buah pir yang udah aku potong. Dimakan, ya?” ucap Dewa lalu menaruhnya di atas meja kecil yang ada di kamar Fitri.
Fitri hanya diam saja, tidak bicara sedikit pun. Dewa mendekati Fitri yang sedang duduk di tepi ranjang. Lalu Dewa berjongkok di depan Fitri, dia kemudian menggenggam tangan Fitri lalu bersimpuh mencium tangan Fitri yang ada dipangkuan Fitri.
“Maafkan aku, Fit. Sungguh aku minta maaf. Tolong jangan diam, maafkan aku,” ucap Dewa dengan penuh penyesalan dan suara yang serak.
“Kenapa kamu melakukan ini padaku, Dewa? Kenapa?” ucap Fitri dengan terisak.
“Maafkan aku, aku sudah melakukan itu padamu.”
“Aku ingin pulang, Dewa,” ucap Fitri.
“Pulang? Pulang ke mana, Fit?”
“Antar aku ke rumah Bi Ratna. Aku ingin pulang ke sana.”
“Gak, Fit. Kamu di sini saja.”
“Aku menyerah, ceraikan aku, Dewa. Aku gak bisa begini.”
“Gak, Fit! GAK! Aku gak akan menceraikan kamu!” tegas Dewa.
Fitri meringkuk, membelakangi Dewa. Dia kembali menangis. Bagaimana dirinya tidak minta cerai? Dewa saja tidak pernah bisa membuka hatinya?
“Maafkan aku. Aku janji, aku akan perbaik semuanya, Fit. Aku mohon jangan pergi ya, Fit?”
“Untuk apa aku di sini, Dewa? Kalau kamu saja tidak pernah menganggapku? Aku tidak mau jadi pemuasmu saja. Aku ini istrimu, bukan perempuan pemuas nafsumu seperti perempuan di luar sana yang tadi kamu sebut. Aku bukan jal-ang, Dewa! Aku istrimu!” pekik Fitri.
“Aku minta maaf, Fit. Aku minta maaf. Apa pun yang kamu mau akan aku lakukan, asal kamu jangan pergi dari sini, dan jangan meminta cerai dariku. Aku tidak bisa, aku sudah menyentuhmu, Fit. Meski aku salah caranya. Please .... jangan pulang, ya?” ucap Dewa dengan mengusap pungungg Fitri yang sedang membelakanginya.
“Aku mau tidur, silakan kamu keluar, Dewa.”
“Aku akan menemanimu di sini, aku tidur di sofa, aku takut kamu pergi, aku takut kamu kenapa-napa,” ucap Dewa.
“Keluar, Dewa! Aku ingin sendiri!”
“Baiklah, tapi jangan pergi, Fit.”
Dewa akhirnya keluar dari kamar Fitri. Dia benar-benar menyesal dengan apa yang sudah ia perbuat pada Fitri. Dewa terpaksa menarik sofa yang ada di ruang keluarga untuk di taruh di samping kamar Fitri. Dia akan tidur di sofa itu, supaya dia bisa memantau keadaann Fitri, dan tahu Fitri baik-baik saja atau tidak di kamarnya.
^^^
Sementara di tempat lain, Ratu sudah berada di apartemennya. Dia bersama laki-laki yang menjemputnya tadi seusai makan malam. Ratu membuatkan kopi untuk pria itu yang sedang duduk santai di depan TV.
“Ini kopinya, Mas,” ucap Ratu.
“Mas bilang gak usah bikinin kopi, Mas gak pengin lama-lama di sini, bisa bahaya soalnya.”
“Bahaya yang bagaimana, Mas? Sudah jangan macam-macam! Aku ganti baju dulu, Mas!”
“Iya sana bersih-bersih, ganti baju dulu. Mas di sini nunggu kamu.”
Ratu masuk ke kamarnya. Dia membersihkan diri lalu mengganti bajunya dengan baju tidur lengan panjang, dan celana panjang. Setelah itu, dia kembali ke depan untuk menemui tamunya itu yang sedang menikmati secangkir kopi buatannya.
“Sini duduk sini, mas pengin bicara serius sama kamu, Sayang.”
“Serius amat, Mas?”
“Ya memang ini sangat serius.”
“Mau bicara apa, Mas?” tanya Ratu.
“Mas ingin menikahimu,” ucapnya.
Raut wajah ratu berubuh seketika saat laki-laki itu bilang ingin menikahinya. Bagaimana bisa dirinya menikah dengan pria yang statusnya pernah menjadi ayah tirinya, dan dia juga mantan suami dari mama sambungnya sekarang. Ya, Reyfan yang sedang duduk di depan Ratu saat ini. Sekaligus orang yang tadi menjemput Ratu selesai makan malam.
Bagaimana caranya Ratu bicara pada orang tuanya, juga kakak dan adiknya kalau dia akan menikah? Dan yang akan menikahinya itu adalah laki-laki yang pernah membuat sakit hati mama sambungnya, dan papanya? Dua orang yang sangat Ratu sayangi. Ratu tahu ini salah, dia salah sudah menjatuhkan hatinya pada pria berstatus duda itu, yang tak lain mantan suami mama kandungnya, dan mama sambungnya dulu.
“Mas, bagaimana aku bilang sama Papa dan Mama? Juga Kak Dewa dan Putri? Mas tahu kan bagaimana mereka?” ucap Ratu.
“Ya mas tahu, kalau kamu belum siap, Mas akan menunggu kamu siap, Sayang. Mas akan menunggu sampai kapan kamu siap. Mas sayang kamu, Mas cinta sama kamu. Maafkan mas, mas tidak tahu bisa memiliki perasaan sedalam ini sama kamu, Ratu. Mas memang merasa tidak pantas untuk menikahimu, jika melihat masa lalu mas dulu.”
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣
kann tau to rasane coba aja klo bener2 di diemin ma fitri apa g kebakaran jengot