NovelToon NovelToon
Di Bawah Aturan Suami Baruku

Di Bawah Aturan Suami Baruku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Konflik etika
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ziafan01

Saat Shima lyra senja seorang dokter berbakat di rumah sakit ternama, menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, dunianya hancur seketika.
Pengkhianatan itu tidak hanya merenggut pernikahannya, tapi juga rumah, nama baik, dan tempat untuk pulang.
Di titik terendah hidupnya, ia menerima tawaran tak masuk akal datang dari Arru Vance CEO miliarder dingin dengan aturan yang tidak bisa dilanggar. Pernikahan kontrak, tanpa cinta, tanpa perasaan. Hanya ada aturan.
Namun, semakin dekat ia dengan Arru, semakin ia sadar bahwa sisi dingin pria itu menyembunyikan rahasia berbahaya dan hati yang mampu merasakan semua yang selama ini ia rindukan.
Ketika pengkhianatan masa lalu kembali muncul dan skandal mengancam segalanya, Shima harus memilih: mengikuti aturan atau mempertaruhkan segalanya demi cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ziafan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA ID CARD

Shima akhirnya menatapnya lagi kali ini dengan senyum tipis yang menusuk.

“Jadi jangan salahkan aku karena masih bisa makan dengan tenang hari ini,” katanya. “Aku hanya berhenti kelaparan… setelah berhenti berharap padamu.”

Arya mundur selangkah. Kata-kata itu lebih menyakitkan daripada tamparan.

Di ambang pintu, ia berhenti.

“Makanan itu dari Arru Vance?” tanyanya rendah.

Shima mengangguk ringan. “Suamiku.”

Satu kata. Tapi cukup untuk meruntuhkan sisa harga diri Arya.

Tanpa menunggu jawaban lagi, Shima kembali fokus pada makan siangnya elegan, tenang, dan sepenuhnya tak lagi berada dalam jangkauan pria yang pernah ia sebut rumah.

Arya tidak langsung pergi.

Ia berdiri beberapa detik di dekat pintu, lalu berbalik dengan rahang mengeras, seolah ada sesuatu yang mengganjal dan harus ia keluarkan entah sekarang, atau tidak pernah sama sekali.

“Semudah itu, ya?” suaranya rendah, getir. “Belum genap seminggu kita resmi bercerai… kau sudah menikah dengan Arru Vance.”

Shima membeku sesaat. Jemarinya yang memegang sendok sedikit bergetar, tapi ia tetap mengangkat wajahnya dengan tenang.

“Apa maksudmu?” tanyanya datar.

Arya mendekat lagi, suaranya kali ini menusuk. “Aku cuma bertanya. Selama ini… apa kau main belakang? Atau karena dia kaya? Miliarder. Pemilik rumah sakit. Segalanya yang…”

“Cukup.”

Satu kata itu keluar lirih, tapi memotong tajam.

Shima berdiri. Matanya mulai berkilat, tapi ia menahan napas, menahan segalanya.

“Jangan rendahkan aku dengan pikiranmu yang sempit,” ucapnya pelan, suaranya bergetar tipis. “Kau berselingkuh. Kau menghancurkan pernikahan kita. Dan sekarang kau berani menuduhku?”

Arya terdiam, tapi tidak mundur.

“Arru Vance tidak membeliku,” lanjut Shima, suaranya makin tegas. “Dia menawariku jalan keluar saat aku tidak punya siapa-siapa, Kami saling mencintai. Kau tahu bedanya?”

Ia menelan ludah. Dadanya terasa sesak, tapi ia memaksa dirinya tetap berdiri.

“Dan satu hal lagi,” katanya, menatap Arya lurus-lurus. “Jangan lupa Arya Rumah sakit ini adalah milik suamiku.”

Arya mengernyit.

“Dan apa yang menjadi milik suamiku,” Shima melanjutkan, suaranya kini dingin, “juga milikku.”

Kata-kata itu seperti pisau.

“Kau tidak berhak mempertanyakan hidupku lagi,” katanya lirih. “Keluar.”

Arya terpaku.

“Keluar dari ruanganku,” ulang Shima, kali ini tanpa getar. “Atau aku akan memastikan kau menyesal pernah masuk ke sini.”

Hening.

Lalu Arya tertawa pendek tertawa orang yang kalah tapi tak mau mengaku.

“Selamat, Shima,” katanya pahit. “Kau benar-benar pandai bertahan.”

Ia berbalik dan melangkah keluar.

PINTU TERBANTING KERAS.

Getarannya merambat ke dinding, ke lantai… ke dada Shima.

Begitu suara itu lenyap, kekuatan di tubuhnya runtuh.

Shima merosot ke lantai, punggungnya bersandar ke meja. Tangannya mencengkeram dada sendiri, napasnya terputus-putus.

“Sakit…" bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

Air mata jatuh tanpa izin. Ia menutup mulutnya, mencoba meredam isak, tapi tubuhnya bergetar hebat.

“Aku capek…” lirihnya. “Aku cuma capek…”

Di ruang lain, jauh dari rumah sakit. Layar besar di dinding ruang kerja Arru menampilkan rekaman hitam-putih. Arru Vance berdiri diam, tangan bersedekap, menatap layar tanpa berkedip. Ia melihat semuanya. Nada suara Arya. Cara Shima menahan tangis. Kalimat yang menusuk. Dan akhirnya… tubuh Shima yang runtuh ke lantai.

Rahang Arru mengeras.

Bukan marah, bukan cemburu.

Melainkan sesuatu yang lebih berbahaya: kepemilikan yang terusik. Ia meraih ponselnya.

“Ethan,” ucapnya pelan, tapi dingin. “Hapus akses Arya ke lantai itu. Efektif sekarang.”

Ia menatap layar sekali lagi Shima yang terisak sendiri.

“Dan siapkan perlindungan tambahan,” lanjutnya. “Mulai hari ini… tidak ada siapa pun yang menyentuh istriku. Bahkan dengan kata-kata.”

Layar dimatikan.

Dan di balik wajah dinginnya, ada keputusan yang telah diambil Arya sudah melangkah terlalu jauh.

***

Malam sudah turun ketika lorong lantai itu kembali sunyi. Lampu-lampu putih memantul dingin di lantai marmer, hanya menyisakan langkah kaki dan suara alat medis yang samar dari kejauhan.

Shima baru saja keluar dari ruangannya ketika melihat pemandangan yang membuatnya berhenti.

Ethan berdiri di depan pintu ruang kerjanya, ditemani dua teknisi berseragam hitam. Salah satu dari mereka tengah membuka panel akses pintu, sementara yang lain memegang tablet dan alat pemindai kartu.

Shima mengernyit.

“Ethan?”

Pria itu menoleh, ekspresinya tenang seperti biasa. “Selamat malam, Nyonya.”

“Kau… kenapa ada di sini?” tanya Shima, suaranya rendah, jelas terkejut. “Apakah pintu ruanganku bermasalah?”

Ethan memberi isyarat kecil pada teknisi untuk melanjutkan pekerjaan, lalu menatap Shima dengan sikap formal.

“Tidak ada kerusakan. Ini hanya penyesuaian.”

“Penyesuaian apa?” Shima semakin bingung.

Ethan menjawab tanpa ragu, suaranya datar tapi tegas.

“Perintah langsung dari Tuan Arru, Nyonya.”

Jantung Shima berdegup sekali pelan tapi berat.

Belum sempat ia bertanya lebih jauh, langkah kaki lain terdengar mendekat. Arya muncul dari ujung lorong, jas dokternya masih rapi, wajahnya menyiratkan rasa ingin tahu yang dibuat-buat.

Ia berhenti tepat di depan mereka.

“Ada apa ini?” tanyanya ringan, seolah tak terjadi apa-apa. “Pintunya rusak, Dok?”

Nada suaranya terlalu santai. Terlalu akrab.

Shima membuka mulut, tapi belum sempat bersuara, Ethan sudah melangkah setengah langkah ke depan memotong kemungkinan itu.

“Bukan rusak,” kata Ethan tenang.

“Tuan Arru memerintahkan penggantian sistem akses pintu ruang kerja Nyonya Vance.”

Arya mengangkat alis. “Maksudnya?”

Ethan menatapnya singkat dingin, profesional, tanpa emosi.

“Mulai malam ini, pintu ini hanya bisa diakses oleh dua ID card.”

Teknisi menempelkan kartu ke panel, layar kecil menyala hijau, lalu berubah biru.

“ID Nyonya Vance,” lanjut Ethan, “dan ID Tuan Arru.”

Udara di lorong itu seketika berubah berat.

Arya tersenyum tipis, senyum yang dipaksakan. “Itu berlebihan. Aku kan hanya..”

“Dokter Arya.”

Suara itu datang dari belakang.

Semua menoleh bersamaan.

Arru berdiri di sana.

Setelan gelapnya rapi, wajahnya datar, sorot matanya tajam seperti biasa. Langkahnya pelan namun penuh tekanan, seolah lorong itu memang miliknya sejak awal.

Ia berhenti di sisi Shima tidak menyentuh, tapi jaraknya cukup dekat untuk menunjukkan kepemilikan.

“Di rumah sakit ini,” ucap Arru tenang, “aku menghargai profesionalisme.”

Tatapannya beralih ke Arya, dingin tanpa amarah.

“Dan profesionalisme tidak termasuk masuk ke ruang kerja istriku tanpa izin.”

Arya menegang. “Tuan Arru, aku hanya…”

“Dokter Arya,” Arru memotong, suaranya tetap rendah. “Status pribadi Anda dengan Nyonya Vance sudah berakhir.”

Ia melirik pintu itu sekilas, lalu kembali menatap Arya.

“Jadi, mulai sekarang… cukup jaga jarak yang pantas.”

Tidak ada ancaman.

Tidak ada teriakan.

Tapi kalimat itu jatuh seperti palu.

Arya terdiam. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal, namun tak satu kata pun keluar. Ia tahu di titik ini, apa pun yang ia ucapkan hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.

Arru lalu menoleh ke Shima. Untuk sepersekian detik, sorot matanya melembut hanya cukup untuk Shima menyadarinya.

“Masuklah,” ucapnya pelan. “Aku tunggu.”

Shima tidak menjawab. Ia hanya mengangguk kecil, menempelkan kartu ID-nya ke panel. Pintu terbuka dengan bunyi halus.

Sebelum melangkah masuk, ia sempat menoleh.

Arya masih berdiri di sana. Terdiam. Terasing.

Dan saat pintu itu tertutup kembali perlahan, pasti Shima tahu satu hal dengan jelas. Arru tahu. Arru selalu tahu.

1
Wita S
kereennnn
Sweet Girl
Siram bensin terus aja...
Sweet Girl
Buat memelihara bangkai di rumah, Laura... mending dibuang aja.
Sweet Girl
Dan bakal kehilangan Dana segar Luuu pada...
Sweet Girl
Asyeeek... beli yang kau mau, Shima...
bikin mereka yg menyakiti melongo.
Sweet Girl
Tunggu tanggal mainnya duo penghianat.
ketawa aja kalian sekarang sepuasnya, sebelum ketawa itu hilang dr mulut kalian.
Sweet Girl
Nah Lu... kapok Lu... sekalian aja seluruh Penghuni rumah sakit denger...
Sweet Girl
Kelihatan sekali yaaaa klo kalian itu bersalah.
Sweet Girl
Ada Gondoruwo🤪
Sweet Girl
Kamu pikir, setelah kau rampas semua nya, Shima bakal gulung tikar...
OOO tentu tidak... dia bakal semakin kaya.
Sweet Girl
Masuklah sang Penguasa 🤣
Sweet Girl
Dan pilihan mu akan menghancurkan mu... ojok seneng disek...
Sweet Girl
Kamu yang berubah nya ugal ugalan Brooo
Sweet Girl
Ndak bahaya ta... pulang sendiri dengan nyetir mobil sendiri?
Sweet Girl
Kok ngulang Tor...???
Sweet Girl
Wes ora perlu ngomong, Ndak onok paedaheee.
Sweet Girl
Naaah gitu dong... semangat membongkar perselingkuhan Suami dan sahabat mu.
Sweet Girl
Musuh dalam selimut, iya.
Sweet Girl
Gayamu Ra... Ra... sok bener.
Sweet Girl
Kamu jangan kebanyakan mikir tho Syma...
mending bergerak, selidiki Arya sama Laura.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!