NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:235
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Ritual Penjahit Malam Jumat

Dari kegelapan hutan di depan mereka, terdengar suara nyanyian mantra yang sangat ritmis, diiringi oleh suara mesin jahit yang mulai berbunyi secara serempak dari segala penjuru desa. Suara kayu yang beradu dengan jarum logam itu menciptakan irama yang menyiksa gendang telinga, seolah-olah udara sedang dikoyak secara paksa. Aris Mardian melihat ribuan kunang-kunang merah keluar dari celah pepohonan, namun saat mendekat, benda itu ternyata adalah bara api yang menempel pada ujung-ujung jarum terbang.

"Aris, lihat ke tengah lapangan itu, mereka sedang menyiapkan kain mori raksasa untuk membungkus desa ini!" teriak Sekar Wangi sambil menunjuk ke arah pusat keramaian gaib.

"Itu bukan sekadar kain, Sekar, itu adalah potongan kulit dari para penduduk yang sudah mereka kumpulkan selama bertahun-tahun," sahut Aris dengan suara yang bergetar hebat.

Aris menyaksikan pemandangan yang memuakkan ketika belasan sosok berjubah kain kafan duduk melingkar di depan mesin jahit kuno yang terbuat dari tulang manusia. Jemari mereka yang panjang dan hitam bergerak sangat lincah, menyatukan lembaran daging tipis dengan benang yang dipintal dari rambut perawan. Setiap kali jarum menembus lembaran itu, terdengar jeritan lirih dari arah rumah-rumah penduduk yang masih tertutup rapat pintunya.

"Kita harus menghentikan mereka sebelum jahitan terakhir selesai, atau desa ini akan hilang dari peta dunia!" ucap Aris sambil menggenggam serpihan kayu jati.

"Bagaimana caranya? Mereka dilindungi oleh dinding angin yang terbuat dari ribuan jarum berputar!" balas Sekar dengan wajah yang pucat pasi.

Sebagai seorang perancang bangunan, Aris memperhatikan struktur panggung ritual tersebut yang ternyata dibangun di atas urat nadi tanah yang paling lemah. Ia menyadari bahwa mesin jahit utama di tengah lingkaran adalah kunci dari seluruh aliran energi jahat yang sedang bergerak menyelimuti desa. Jika ia bisa merusak poros roda mesin tersebut, maka seluruh jahitan gaib itu akan terurai kembali dan membebaskan jiwa-jiwa yang terperangkap.

"Sekar, gunakan cairan pelarut karatmu untuk mengalihkan perhatian para penjaga di sisi timur panggung," perintah Aris sambil merangkak di antara semak berduri.

"Aku akan mencoba, tapi kamu harus berjanji untuk tidak membiarkan dirimu terjahit ke dalam kain itu, Aris!" jawab Sekar dengan penuh kekhawatiran.

Sekar melemparkan botol ramuan herbalnya ke arah tumpukan benang rambut, menciptakan kepulan asap hijau yang berbau sangat busuk dan menyengat. Para penjahit berjubah itu mendadak berhenti, kepala mereka berputar tiga ratus enam puluh derajat untuk mencari sumber gangguan yang merusak kesucian ritual malam jumat tersebut. Aris memanfaatkan kekacauan singkat itu untuk berlari menuju mesin jahit utama, melompati genangan darah yang mengalir di sekitar kaki panggung.

"Berhenti, wahai keturunan pengkhianat! Darahmu adalah benang terakhir yang kami butuhkan untuk menyempurnakan karya ini!" raung salah satu penjahit dengan suara parau.

"Karya kalian hanyalah tumpukan penderitaan yang harus segera dimusnahkan dari tanah ini!" teriak Aris sambil menghantamkan linggisnya ke arah roda mesin.

Benturan logam itu mengeluarkan percikan api biru yang membakar ujung baju Aris, namun ia tidak memedulikan rasa panas yang mulai merambat ke kulitnya. Mesin jahit itu mengeluarkan suara derit yang memilukan, seolah-olah ada naga besar yang sedang meregang nyawa di bawah tekanan hantaman Aris. Aris melihat benang rambut yang sedang diproses mulai kusut dan melilit lengan para penjahit, menarik mereka masuk ke dalam mekanisme gigi roda yang berputar liar.

"Aris, awas! Benang-benang itu mulai mengejarmu!" pekik Sekar yang berusaha mendekat dengan sisa keberaniannya.

"Jangan mendekat, Sekar! Tempat ini akan meledak karena tekanan energi yang tidak stabil!" balas Aris sambil terus menghantamkan senjatanya.

Tiba-tiba, jarum emas yang patah di dalam pergelangan tangan Aris mulai berdenyut sangat kencang, memancarkan cahaya merah yang menyatu dengan mesin jahit tersebut. Aris merasa seluruh ingatannya tentang rumah tua dan ibunya ditarik keluar secara paksa melalui ujung jarum yang tertanam di dagingnya. Ia melihat bayangan ibunya berdiri di pusat mesin, memegang sebuah gulungan kain yang berisi nama-nama seluruh keturunan keluarga Mardian yang harus dikorbankan.

"Lepaskan mereka, Ibu! Jangan biarkan kutukan ini berlanjut ke generasi berikutnya!" ratap Aris dengan air mata yang mulai bercucuran.

"Sudah terlambat, Nak, jahitan takdir tidak bisa dilepaskan hanya dengan kekuatan fisik semata," bisik bayangan ibunya sebelum akhirnya hancur menjadi serpihan debu hitam.

Ledakan besar terjadi ketika poros mesin jahit itu patah sepenuhnya, melemparkan seluruh peserta ritual ke arah hutan kegelapan yang berada di sekeliling lapangan. Kain mori raksasa yang menutupi langit desa sobek menjadi ribuan potongan kecil yang jatuh seperti salju hitam yang dingin dan mematikan. Aris jatuh tersungkur, merasakan tangannya yang patah mengeluarkan benang-benang rambut yang terus tumbuh dan berdenyut mengikuti irama detak jantungnya sendiri.

"Sekar... tolong aku... benang ini tidak mau berhenti tumbuh..." rintih Aris sambil menatap lengannya yang kini mulai tertutup rambut hitam pekat.

"Tenanglah Aris, aku akan memotongnya menggunakan gunting perak ini, bertahanlah sedikit lagi!" ucap Sekar sambil mencoba menahan pergerakan benang tersebut.

Namun, setiap kali Sekar memotong benang itu, rambut-rambut tersebut justru tumbuh semakin cepat dan mulai merambat menuju leher serta wajah Aris. Dari dalam gulungan kain yang hancur di tengah panggung, muncul sebuah tangan raksasa yang terbuat dari tumpukan jarum-jarum yang saling mengunci satu sama lain. Tangan itu perlahan-lahan mulai menarik tubuh Aris masuk ke dalam tumpukan kain yang sedang berdenyut kencang seperti jantung raksasa yang haus akan darah.

Tangan itu perlahan-lahan mulai menarik tubuh Aris masuk ke dalam tumpukan kain yang sedang berdenyut kencang seperti jantung raksasa yang haus akan darah.

 

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!