NovelToon NovelToon
Ibu Kos Ku

Ibu Kos Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aak ganz

roni, seorang pemuda tampan dari desa terpencil memutuskan untuk merantau ke kota besar demi melanjutkan pendidikannya.

dengan semangat dan tekat yang kuat iya menjelajahi kota yang sama sekali asing baginya untuk mencari tempat tinggal yang sesuai. setelah berbagai usaha dia menemukan sebuah kos sederhana yang di kelola oleh seorang janda muda.

sang pemilik kos seorang wanita penuh pesona dengan keanggunan yang memancar, dia mulai tertarik terhadap roni dari pesona dan keramahan alaminya, kehidupan di kos itupun lebih dari sekedar rutinitas, ketika hubungan mereka perlahan berkembang di luar batasan antara pemilik dan penyewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9

Setelah selesai, Roni baru menyadari bahwa Miya sudah tertidur. Hanya terdengar suara napasnya yang teratur. Roni bangkit dari tempat tidur, meraih selimut, dan menutupi tubuh Miya dengan hati-hati. Ia melihat sekitar tempat tidur yang berantakan, lalu menggelengkan kepala sambil berjalan keluar kamar untuk beristirahat di sofa. Begitu tubuhnya menyentuh sofa, ia langsung tertidur lelap.

Keesokan paginya, setelah selesai sarapan, Bobi mengantar Roni pulang. “Bob, nggak masuk dulu?” tawar Roni. “Lain kali saja. Aku masih ada urusan. Kau istirahatlah dulu. Nanti aku kabari kalau sudah waktunya kamu bekerja,” jawab Bobi. “Baiklah, hati-hati di jalan,” balas Roni sebelum masuk ke dalam rumah.

Setelah membuka gerbang perlahan, Roni berjalan menuju pintu rumah Maya. Namun, baru saja ia sampai di depan pintu, ia mendengar teriakan dari dalam rumah. Suara itu membuat Roni segera masuk.

“Maya! Kenapa kamu teriak? Bukankah kau bilang kau merindukanku? Aku juga merindukanmu. Apa salahnya kita melakukannya sekali saja...” ucap seorang pria, yang ternyata adalah mantan suami Maya, Anton.

“Kau gila, ya?! Kita sudah bercerai, Anton. Tolong lepaskan aku! Aku tidak mau!” teriak Maya sambil berusaha menolak. Tapi Anton tak semudah itu melepaskannya. Ia menahan tangan Maya dengan paksa sambil mencoba menciumnya.

Anton datang ke rumah Maya dengan niat yang sudah jelas. Ia mengaku merindukan tubuh mantan istrinya itu, meskipun ia memiliki istri sah. Entah mengapa, bayangan tubuh Maya selalu menghantui pikirannya, apalagi setelah melihat Maya baru keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk.

“Maya, kenapa kamu terkejut begitu?” tanya Anton dengan nada tenang, walau pandangannya jelas-jelas menelusuri tubuh Maya. “Tidak... aku hanya tidak menyangka kamu datang. Ada apa?” jawab Maya gugup.

“Aku hanya ingin berkunjung. Walaupun kita sudah bercerai, tak salah kan kalau aku mampir sebentar?” ucap Anton dengan nada basa-basi. Pandangannya tetap terpaku pada tubuh Maya, terutama betisnya yang terlihat jelas di bawah handuk.

“Tidak apa-apa kau datang, tapi bukankah kau sudah punya istri? Lebih baik kau tak usah ke sini lagi. Aku tidak mau istrimu salah paham,” jawab Maya sambil menjaga jarak. “Tenang saja, dia tidak tahu. Dan walaupun tahu, aku yang akan menjelaskannya,” ujar Anton, mencoba menenangkan.

Maya mengangguk pelan, lalu berkata, “Baiklah. Tunggu sebentar. Aku mau ganti baju dulu.” Ia melangkah menuju kamarnya, tapi tiba-tiba Anton menarik tubuhnya dari belakang.

“Tidak usah pakai baju, Maya. Lagipula, nanti kau harus membukanya lagi untukku,” bisik Anton sambil mencium leher Maya.

“Anton! Lepaskan aku! Apa yang kamu lakukan?!” seru Maya, panik dan terkejut. Ia mencoba melepaskan diri, tapi Anton semakin mempererat pelukannya.

“Maya, aku tahu kau juga merindukan ini. Aku jujur merindukan tubuhmu,” ucap Anton seraya mencoba menarik handuk yang menutupi tubuh Maya.

“Anton, lepaskan! Dasar sialan!” teriak Maya, semakin keras.

Saat Anton hendak membuka resleting celananya, tiba-tiba Roni masuk ke dalam rumah. Pemandangan itu membuat Roni marah. “Sial! Lepaskan dia! Dasar gila, apa yang kau lakukan?!” teriak Roni sambil menarik tubuh Anton dengan kasar.

Tanpa pikir panjang, Roni melayangkan pukulan keras ke wajah Anton, membuat hidungnya langsung berdarah.

Anton tentu saja terkejut. Ia tidak menyangka ada orang yang masuk ke rumah Maya. Harusnya tadi ia mengunci pintu, tapi kini semuanya sudah terlambat. Ia hanya bisa menahan diri setelah mendapat pukulan dari Roni.

“Siapa kau?! Berani sekali masuk sembarangan dan menuduhku macam-macam!” hardik Anton, meski nada suaranya terdengar sedikit gentar.

“Siapa aku tidak penting! Yang penting, kau mencoba menodai orang seenaknya! Dasar tidak tahu diri!” balas Roni dengan nada tegas. Ia belum tahu bahwa Anton adalah mantan suami Maya.

Anton mencoba bersikap tenang dan menjawab, “Aku mantan suaminya! Kami saling menginginkan, jadi kau tidak usah ikut campur. Sekarang pergi dari sini sebelum aku kehilangan kesabaran!” ucapnya dengan enteng.

Roni tertawa sinis. “Oh, jadi kau mantan suaminya? Memangnya kenapa kalau kau mantan? Kau kan hanya sekadar mantan, tidak punya hak atas dirinya lagi! Bukankah tadi dia jelas-jelas menolakmu? Dan kau masih memaksanya? Kalau kau tidak segera pergi, aku akan teriak biar semua orang tahu perbuatan bejatmu!” ancam Roni tanpa ragu.

Anton yang semula bersikap santai, kini mulai takut. Ia melangkah mundur, mencoba menghindari keributan lebih lanjut. “Awas kau ya! Aku tandai wajahmu!” katanya dengan nada geram sambil melangkah pergi.

“Kalau perlu, kau catat atau lukis wajahku! Dasar sialan!” balas Roni, sedikit pun tidak gentar dengan ancaman Anton.

Setelah Anton pergi, Roni mendekati Maya yang masih terduduk di lantai. Ia membantu merapikan handuk Maya yang hampir terlepas. Roni melihat Maya menangis terisak-isak, terlihat begitu trauma dengan kejadian yang baru saja terjadi.

“Sudah, Mbak. Dia sudah pergi. Sekarang Mbak tenang, ya,” kata Roni, mencoba menenangkan Maya.

Maya langsung masuk ke dalam pelukan Roni, tubuhnya masih bergetar dan air matanya terus mengalir. “Terima kasih ya. Kalau kamu tidak datang tadi, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan padaku. Aku takut sekali...” ucap Maya dengan suara terputus-putus di tengah tangisannya.

Roni memeluk Maya erat sambil membelai lembut punggungnya. “Sudah, Mbak. Tidak akan terjadi apa-apa lagi. Saya pastikan itu. Sekarang jangan menangis lagi, oke?” katanya lembut, berusaha menenangkan Maya.

Beberapa saat kemudian, suasana mulai mencair. Maya berhenti menangis dan mencoba tersenyum meskipun wajahnya masih tampak cemas. Namun, tiba-tiba Maya teringat sesuatu. Wajahnya kembali berubah menjadi khawatir.

“Roni... Anton pasti akan datang mencarimu. Dia bukan orang sembarangan. Dia punya banyak teman preman di sekitar sini. Akan lebih baik kalau kamu pergi saja dari sini,” ucap Maya, suaranya terdengar penuh kekhawatiran.

Roni menggeleng pelan dan tersenyum tipis. “Saya sama sekali tidak takut, Mbak. Mau dia polisi kek, preman kek, gangster kek, saya tidak peduli. Yang saya takutkan cuma satu, kalau sampai Mbak kenapa-kenapa,” ujar Roni dengan nada penuh keyakinan.

“Tapi dia benar-benar berbahaya, Roni. Kamu tidak mengerti...” Maya mencoba memperingatkan lagi.

“Saya tidak peduli, Mbak. Intinya, saya tidak takut,” tegas Roni dengan percaya diri.

Mendengar jawaban itu, Maya kembali memeluk Roni. Kali ini, ia merasa benar-benar nyaman dan aman dalam pelukan pria itu. Semua rasa takutnya seakan sirna.

“Oh iya, Mbak. Maaf baru pulang sekarang. Semalam saya menginap di rumah Bobi,” ucap Roni sambil mencoba mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak lagi terasa menegangkan.

"Satu malam tanpa disentuh olehmu rasanya tersiksa sekali. Aku tidak mau lagi kalau harus ditinggal lama-lama," ujar Mbak Maya dengan nada menggoda. Entah mengapa, setiap kali bersama Roni, ada saja dorongan dalam dirinya untuk selalu dekat, bahkan menginginkan hal yang lebih intim.

"Mbak ada-ada saja, ah. Lain kali coba biasakan, ya. Siapa tahu besok malah Mbak yang sibuk atau mungkin aku. Iya sudah, kalau Mbak kangen, nanti malam saja. Kan Roni sudah pulang," jawab Roni dengan santai. Ia memahami arah pembicaraan Mbak Maya, yang jelas ingin menggoda dan mengajaknya saat itu juga. Namun, karena rasa lelah dan kantuk akibat malam sebelumnya bersama Miya, Roni hanya menjanjikan waktu untuk nanti malam.

"Baiklah, aku tunggu nanti malam. Aku selalu ingat, loh, janjimu yang ingin melakukannya berjam-jam denganku," goda Mbak Maya sambil tertawa kecil dengan nada genit. Dalam hati, Roni sempat berpikir bahwa kalau saja dirinya tidak sedang kelelahan, mungkin ia sudah menanggapi godaan itu sekarang juga.

"Baiklah, Mbak, terserah nanti saja ya. Oh iya, aku masih mengantuk nih, Mbak. Izin istirahat dulu, boleh?" tanya Roni dengan mata yang terlihat mulai berat menahan kantuk.

"Boleh, sana tidur di kamar Mbak. Mbak kayaknya mau pergi ke rumah sakit sebentar, mencatat stok obat yang sudah habis," jawab Mbak Maya sambil tersenyum.

"Baiklah, Mbak. Hati-hati ya. Roni tidur dulu," ucap Roni singkat sebelum ia beranjak menuju kamar.

Mbak Maya hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Wajahnya tampak kembali ceria, terutama karena kehadiran Roni yang kini kembali ke rumah. Bagi Mbak Maya, keberadaan Roni menjadi sumber semangat, meskipun ia bukanlah sosok suami yang resmi.

Setiap kali bersama Roni, Mbak Maya selalu menikmati momen mereka tanpa ada rasa penyesalan sedikit pun. Ia merasa beruntung karena profesinya sebagai seorang perawat memungkinkannya untuk mengontrol agar dirinya tidak hamil. Bahkan, ia sudah memberitahukan hal itu kepada Roni, agar Roni tidak khawatir atau merasa harus menahan diri setiap kali mereka bersama.

Dengan perasaan ringan, Mbak Maya berangkat menggunakan mobilnya, masih dengan senyuman di wajahnya. Ia sengaja menyembunyikan fakta bahwa kamar kos yang kosong untuk ditempati Roni sebenarnya sudah tersedia. Sebab, ia masih ingin agar Roni tetap tidur bersamanya setiap malam, sesuatu yang kini sudah menjadi kebiasaannya. Bahkan, ia rela mencari penghuni baru untuk kamar kos tersebut, agar Roni tidak tergoda untuk pindah ke sana.

Namun, saat mobil Mbak Maya hendak keluar dari gang, tiba-tiba sekelompok preman menghadang di depannya...

1
Mardelis
hal bisa, pasti putuss ditengah, jejejejje
Mardelis
roni roni, baik tapi mental kurang baik, heheheeh
Godoy Angie
Asik banget!
Aak Gaming: terus ikutin ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!