"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Tuduhan Perselingkuhan
Kirana dengan jujur mengatakan pada Seno dan Dokter Heni bahwa ketika di Jepang, ia sengaja menjebak Aldo. Kirana tidak mengatakan perihal orang lain yang membantunya yakni Purba.
Kirana berpikir bahwa semua ini adalah murni kesalahannya. Ia pun tak ingin membawa nama Purba sedikit pun maupun orang lain ke dalam pelik urusan rumah tangganya dengan Aldo.
Satu fakta masa lalu yang tidak diketahui oleh Kirana yakni permasalahan Purba dengan Aldo ketika di Akmil dahulu. Bahkan Kirana tak tau jika Aldo pernah masuk Akmil. Walaupun akhirnya Aldo memutuskan untuk mengundurkan diri.
Tak ada satu orang pun yang menceritakan perihal Aldo yang pernah sekolah di Akmil pada Kirana, baik itu dari keluarga Seno termasuk Aldo sendiri. Bagi Aldo, hal itu tak terlalu penting untuk diceritakan saat dirinya masuk Akmil secara terpaksa karena desakan sang ayah.
Terlebih Aldo tipe introvert yang tak mudah berbagi cerita pribadinya pada siapapun. Terlebih orang yang baru dikenalnya, termasuk Kinara kala itu.
Kirana mengaku tentang kehamilan palsunya agar bisa masuk ke dalam keluarga Seno.
"Maaf, aku udah bohongin papa dan bunda. Hiks..."
"Papa kecewa mendengarnya!" sahut Seno ketus.
"Maaf, Pa. Ki memang salah. Hiks..."
Dokter Heni menggenggam telapak tangan Seno. Ia memberi kode dan berharap sang suami tidak terlalu melampiaskan kekecewaannya pada Kirana karena menantunya itu tengah hamil.
Dokter Heni khawatir Kirana down dan berdampak pada janin yang dikandungnya ke depan. Seno pun paham dan akhirnya ia memilih untuk tak melanjutkan kalimatnya.
"Papa dan Bunda datang ke sini karena ingin menengok calon cucu dan menantu. Jadi urusan niatmu yang kurang baik ketika masuk ke dalam keluarga kami, itu adalah perkara dirimu dengan Tuhan."
Ketiganya berbincang cukup lama. Namun lebih pada perbincangan keluarga terutama tips mengenai wanita hamil.
"Papa dan Bunda pamit dulu. Kalau Ki ada apa-apa, jangan sungkan hubungi kami."
"Iya, Bun."
"Jangan terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak. Ingat di perutmu sekarang ada janin yang harus kamu jaga," tutur Dokter Heni seraya mengelus lembut perut Kirana.
"Makasih banyak, Bun." Kirana mendekap hangat tubuh Dokter Heni.
Entah sejak kapan Kirana begitu menyayangi ibu sambung Aldo tersebut, rasanya sudah seperti ibu kandungnya sendiri.
☘️☘️
Aldo yang masih dilanda kecewa, ia masih tak menemui Kirana hingga tempo usia kandungan menginjak tiga bulan.
"Aku masih yakin kalau itu bukan anakmu, Mas. Lebih baik tes DNA saja biar jelas," saran Hana.
"Terlalu beresiko Han jika harus tes DNA sewaktu hamil,"
"Niat Mbak Kirana udah jahat masuk ke dalam rumah tangga kita penuh kebohongan. Untuk apa dipertahankan rumah tangga seperti itu!"
"Maksudmu?"
"Ceraikan dia setelah melahirkan,"
"Solusi apa itu, Han?" bentak Aldo.
"Dia udah bohongin Mas Aldo dengan sangat fatal! Mas memaafkan dia begitu mudah kah?"
Aldo hanya terdiam dan tak mampu menjawab iya atau tidak. Hatinya memang masih kecewa dengan Kirana, tapi dalam otaknya tak ada terpikirkan sedikit pun soal perceraian. Apalagi Kirana sedang hamil saat ini.
Hana tetap kekeh tak percaya jika benih yang dikandung Kirana adalah benih suaminya.
Walaupun Aldo tak menemuinya secara langsung, Kirana tetap mencoba berkomunikasi pada Aldo dengan mengirim pesan singkat setiap ada jadwal check up kandungan ke dokter atau pun ketika Kirana pergi keluar rumah, wanita itu selalu meminta izin.
Namun pesan itu hanya dibaca oleh Aldo tanpa balasan apapun. Secara materi selama Kirana hamil, ia sama sekali tak kekurangan. Namun, ia sama sekali tak mendapat perhatian atau kasih sayang dari Aldo.
Kirana tak melayangkan protes sama sekali. Ia menjalani kehamilannya dengan ikhlas, walaupun hatinya sedih.
☘️☘️
Petaka tak terduga tiba-tiba terjadi saat kehamilan Kirana menginjak usia tujuh bulan.
Aldo secara diam-diam datang ke rumah Kirana. Saat itu waktu menunjukkan pukul tujuh pagi. Aldo berangkat dari rumah lebih awal dengan berpamitan pada Hana pergi bekerja.
Aldo memang ada jadwal masuk kerja jam sembilan pagi kala itu. Namun ia menyempatkan sejenak ingin melihat Kirana.
Entah mengapa Aldo datang kala itu setelah berbulan-bulan lamanya dirinya tak pernah menjenguk Kirana yang sedang hamil ?
"Mobil siapa itu?" batin Aldo yang terkejut melihat mobil sedan warna hitam terparkir di depan rumah Kirana.
Otomatis Aldo memberikan jarak pada mobilnya agar ia bisa melihat dari kejauhan gerak-gerik yang terjadi.
Menit selanjutnya, Aldo melihat pintu utama terbuka dan Kirana keluar bersama seorang pria berseragam polisi yang diperkirakan Aldo usianya tak jauh beda dengannya.
Aldo tak mendengar jelas percakapan keduanya. Dikarenakan Aldo berada di dalam mobil dan jaraknya juga lumayan dengan rumah Kirana.
Aldo yang masih terkejut melihat hal itu, tak menyadari jika pria berseragam cokelat itu pun telah melesat pergi dari sana.
Saat tersadar, hati Aldo mendadak bergemuruh dahsyat. Hati yang awalnya sudah tenang, kini seketika mendidih panas.
Asumsi liar pun bak bola panas yang menggelinding dalam otaknya hingga ke nadi-nadi daa_rah nya. Trauma masa lalu atas perselingkuhan ibunya dengan Gani Samudera yang sudah dikubur rapat-rapat, seketika mencuat.
Terlebih ucapan Hana selama berbulan-bulan ini masih terngiang jelas dalam benak Aldo bahwa istri pertamanya itu meragukan jika Kirana mengandung benihnya.
Cinta yang terpatri namun masih didustakan, kekecewaan dan trauma masa lalu bercampur jadi satu mengaduk hati Aldo sehingga mengaburkan logika dengan segala kemesraan manis yang pernah dici_cipinya dengan Kirana sebelum ini.
Sayangnya di kediaman Kirana belum terpasang CCTV. Sebab, ia baru menghuni di sana beberapa bulan.
Pagar rumah, Aldo buka secara kasar. Ia melangkah cepat masuk ke dalam rumah.
BRAKK !!
Pintu utama terbuka kencang setelah dibanting kasar oleh Aldo. Sontak hal itu membuat Kirana ter_jingkat.
Langkah kaki Kirana yang hendak masuk ke dalam kamar, langsung berhenti secara otomatis. Ia menoleh cepat ke belakang tubuhnya.
Kirana terkejut mendapati Aldo telah berdiri dengan tatapan tajam di pintu utama rumahnya.
"Al,"
"Kamu selingkuh, Ki ??"
"Enggak, Al." Bantah Kirana.
"BOHONG !!"
"Mana mungkin aku selingkuh, Al. Aku lagi hamil anakmu. Tiap hari aku cuma di rumah dan mual terus. Gak ada kepikiran sedikit pun buat selingkuh," ucap Kirana membantah segala tuduhan dari Aldo.
"Kenapa kamu datang-datang dan langsung menuduhku selingkuh?"
"Siapa polisi yang baru saja keluar dari rumah ini? Apa setiap hari dia datang untuk menghangatkan ranjangmu dan menabur benih di rahim mu?"
PLAKK !!
Sebuah tamparan panas melesat dari cap lima jari Kirana ke pipi Aldo.
Sungguh, Kirana tak menyangka akan ada hari seperti ini. Hari di mana harga dirinya sebagai wanita diinjak dan direndahkan oleh pria yang namanya sudah memenuhi di seluruh relung hatinya karena tuduhan perselingkuhan yang tak mendasar.
Padahal jika Aldo tau isi hatinya, tak ada ruang kosong untuk pria lain. Hati Kirana hanya dipenuhi nama Aldo Bimantara Pamungkas, suaminya. Pria yang beberapa bulan lagi akan bergelar sebagai ayah dari anak yang dikandungnya saat ini.
Kirana melihat jelas kebencian di mata Aldo terhadapnya. Bibir Kirana pun akhirnya terasa kelu dan sudah malas menjelaskan pada Aldo siapa polisi tadi yang datang.
Hati Kirana terlanjur sakit dan kecewa atas tuduhan Aldo tersebut.
"Sebe_jat-be_jat nya diriku, aku bukan wanita murahan seperti tuduhan mu itu! Aku, masih punya harga diri!" bentak Kirana meluapkan kekecewaannya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
siapa ya yg fitnah kirana , kasian kirana yg sabar ya ki😭
kasian bgt bumil di dorong polisi ko gitu ya
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo