Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Hari pertama bekerja lagi
Farhan akhirnya memutuskan meninggalkan kerumunan warga. Dia pulang ke rumah dengan membawa serta api kemarahan yang membara dan terasa semakin menggelegak di dalam dadanya, sehingga membuatnya sulit untuk menenangkan diri."
"Sial...! Kur*ng *jar sekali mereka itu berani mengomentari hidupku." Farhan mengepalkan tangan kanannya lalu meninju telapak tangan kirinya dengan kuat.
"Warga di sini memang tidak tahu diri. Mereka seenaknya saja menghakimi orang lain," kata Farhan dengan kesal.
"Memang mereka pikir hidupnya lebih baik dariku, apa?" Farhan tertawa sinis
"Mereka tidak tahu apa-apa tentang aku dan Rinjani," sambungnya sambil terus berjalan menuju rumahnya.
"Aku akan membuktikan kepada mereka bahwa aku tidak bisa dihentikan. Aku akan terus melangkah, tidak peduli apa yang mereka katakan." Mata Farhan berkilat seakan dipenuhi oleh kobaran api yang menyala.
"Loh, kok?" Bu Haryani tampak bengong melihat Farhan kembali pulang ke rumah.
"Eh, kamu kenapa pulang lagi, Han? Memang kerja baktinya sudah selesai?" tanyanya selanjutnya.
"Aku tidak tahan mendengar komentar-komentar mereka, Bu," kata Farhan dengan wajah kesal.
"Jadi aku memutuskan untuk pulang saja," lanjutnya seraya melangkah masuk ke dalam rumah. Dia akan bersiap karena hari ini dia ada janji dengan Rinjani.
Bu Haryani hanya bisa menghela napas lelah. Tak tahu lagi harus bicara apa. Ia menggelengkan kepalanya lalu kembali ke dapur.
*
Setelah menempuh perjalanan panjang menaiki bus dan dilanjutkan pula dengan ojek, akhirnya Reza dan Dhea tiba di perkebunan ketika hari menjelang sore. Kedatangan mereka disambut oleh Agus serta Bagas dengan senyuman lebar dan hangat.
Namun, keduanya juga tampak bingung dan dalam hati bertanya-tanya mengapa Reza membawa anaknya turut serta.
"Dhea, sayang. Kenalkan ini Pak Agus dan Pak Bagas. Mereka berdua teman ayah. Ayo, salim," kata Reza dengan lembut.
Dhea mengikuti perintah ayahnya dan menyalami kedua pria tersebut dengan sopan.
Agus dan Bagas menyambutnya sembari tersenyum hangat, mencoba memberikan rasa nyaman kepada gadis kecil itu agar tidak merasa takut kepada mereka.
"Aku pikir kamu nggak ke sini lagi, Za? Soalnya kamu lama banget di Jawa," komentar Agus dengan rasa penasaran, seolah ingin memancing Reza untuk bercerita.
"Panjang ceritanya, Bro," jawab Reza sambil menghela napas berat.
Bagas mengernyitkan kening bingung, tetapi tidak berani mendesak Reza untuk bercerita lebih lanjut.
Pada akhirnya, tanpa diminta Reza menceritakan kisah pernikahannya yang berakhir dengan perceraian. Dia juga menjelaskan secara jujur bahwa adiknya sendirilah yang menjadi penyebab utama kehancuran rumah tangganya.
"Aku turut prihatin ya, Za," kata Agus berempati.
"Yang sabar ya, Bro" ujar Bagas seraya menepuk bahu Reza.
"Terima kasih," balas Reza.
"Lalu harta gono-gini bagaimana?" tanya Agus kepo.
"Tidak ada harta gono-gini, karena aku telah meruntuhkan rumahku sendiri." Jawaban Reza membuat Agus dan Bagas terkejut dan saling beradu pandang.
"Serius kamu, Za?" tanya keduanya serempak.
"Iya, itu karena aku tidak rela dan tidak ridho, rumah yang aku bangun dengan susah payah dan bermandi keringat, ditempati oleh mereka begitu saja," jawab Reza.
"Kalau mereka ingin memiliki rumah, ya harus membangun sendiri dari nol kayak aku. Bukan tinggal menempati dengan seenaknya," imbuhnya dengan wajah mengeras.
Agus dan Bagas pun akhirnya mengangguk, seakan mengerti apa yang dirasakan oleh Reza. Mereka bahkan merasa takjub dengan cara berpikir Reza yang menurut mereka sangat cerdik.
Obrolan berlanjut di malam hari, ketika Dhea sudah tertidur. Mereka bertiga duduk di teras bersama karyawan yang lain, sembari menikmati secangkir kopi, dan berbincang tentang berbagai hal.
Suasana yang hangat dan nyaman membuat mereka merasa seperti dulu lagi, ketika masih sering berkumpul dan berbagi cerita.
*
Keesokan harinya, Reza bangun pagi lalu memasak sarapan sederhana. Setelah selesai, dia membangunkan Dhea dan menyuruhnya mandi. Hari ini, Reza berencana membawa Dhea ke tempat kerjanya untuk meminta izin kepada Marisa-bosnya.
Dhea tampak senang dan antusias saat mengikuti Reza berjalan di jalanan setapak menuju kantor. Gadis kecil itu penasaran dengan lingkungan baru. Reza senang melihat Dhea bahagia. Sambil bergandengan tangan mereka segera menemui Marisa untuk meminta izin membawa Dhea ke tempat kerja.
"Ayah, apa bosnya Ayah orang yang baik?" tanya Dhea sambil menatap ayahnya.
"Apakah dia tinggi, besar, perutnya buncit, dan..." Dhea tampak berpikir sambil menyentuh dagu dengan ujung jari telunjuknya. "berkumis tebal?" tambahnya seraya menyipitkan mata karena silau matahari pagi.
Reza tidak bisa menahan tawanya. "Hahahaha... Sayang, bos ayah itu seorang wanita..."
Tapi sebelum Reza bisa melanjutkan ucapannya, Dhea langsung menyelanya dengan cepat, "Hahhh, apa dia seorang yang cantik?"
Reza menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang lucu. Dia mengacak rambut sang anak dengan gemas. "Nanti Dhea bisa lihat sendiri. Apa dia seorang yang cantik menurut Dhea atau tidak."
"Iiih, Ayah. Apa dia lebih cantik dari ibu?" Dhea tampak cemberut.
Reza berhenti dan menatap Dhea dengan pandangan dalam. "Bagi ayah... Dhea paling cantik di antara yang cantik," jawabnya sambil tersenyum teduh.
"Yeee...Dhea yang paling cantik!" seru Dhea sembari melepaskan pegangan tangannya lalu melompat-lompat kegirangan hanya karena dikatakan cantik oleh ayahnya.
Setiba di kantor Marisa, Reza menghela napas panjang lalu masuk ke dalam sambil menggandeng Dhea.
"Selamat pagi, Mbak. Saya ingin bertemu dengan Bu Marisa," kata Reza.
"Selamat pagi, Pak Reza. Silakan, Ibu Marisa ada di dalam," sahut sekretaris tersebut sambil menunjuk ke arah ruangan Marisa.
Reza mengangguk, lalu memimpin Dhea masuk ke ruangan Marisa.
"Selamat pagi, Bu Marisa," sapa Reza sambil menganggukkan kepalanya.
"Selamat pagi, Mas Reza. Kapan Anda datang?" tanya Marisa tetapi matanya menatap Dhea yang berdiri di samping Reza.
"Kemarin sore, Bu," jawab Reza. "begini, Bu." Reza tampak ragu mengutarakan maksudnya.
Marisa yang tanggap langsung bertanya, "Ada apa ya, Mas? Ada yang bisa saya bantu?"
"Katakan saja, jangan ragu," desak Marisa.
"Saya ingin meminta izin, Bu," kata Reza. "Saya ingin membawa anak saya ini ke tempat kerja. Sementara ini saya belum memiliki seseorang untuk mengasuhnya, dan saya khawatir jika meninggalkannya sendirian di mess," sambungnya.
Marisa menatap Dhea dengan senyum. "Hei, cantik. Siapa namanya?" sapa Marisa ramah sambil tersenyum hangat.
"Dhea, Tante," jawab Dhea seraya meraih tangan Marisa dan menciumnya takzim.
Marisa tampak tertegun, tetapi juga merasa senang, melihat sikap Dhea yang menurutnya sangat manis dan sopan. Ia sungguh terkesan, sehingga tanpa ragu Marisa pun memberikan ijinnya.
"Baiklah. Saya mengizinkan Anda membawa Dhea ke tempat kerja. Tapi, pastikan Anda menjaga keselamatannya dan tidak mengganggu pekerjaan, ya?" kata Marisa.
"Terima kasih, Bu! Terima kasih atas kebaikan Anda," kata Reza dengan rasa lega.
"Sama-sama, Mas Reza. Saya senang bisa membantu," jawab Marisa sambil tersenyum.
Reza mengangguk lalu keluar dari ruangan Marisa, sambil menggandeng tangan Dhea. Dia merasa lega satu masalah telah terselesaikan dan dia berjanji akan bekerja lebih giat lagi sebagai ucapan terima kasihnya kepada Marisa.
Reza siap menghadapi hari kerja yang baru dengan semangat dan motivasi yang lebih tinggi.
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂