Ratu Maharani, gadis 17 tahun yang terkenal bandel di sekolahnya, dengan keempat sahabatnya menghabiskan waktu bolos sekolah dengan bermain "Truth or Dare" di sebuah kafe. Saat giliran Ratu, ia memilih Dare sebuah ide jahil muncul dari salah satu sahabatnya membuat Ratu mau tidak mau harus melakukan tantangan tersebut.
Mau tahu kisah Ratu selanjutnya? langsung baca aja ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Semoga Ratu memaafkanku," bisiknya lirih, sebelum akhirnya dari balik tembok, munculah tiga sosok gadis berseragam SMA Garuda.
Nathan langsung mengenali Ratu di antara dua temannya. Rambutnya yang panjang tergerai indah, kontras dengan seragam putih abu-abu yang dikenakannya. Ratu, Ica dan Della kini sudah berada di atas pagar tembok siap untuk melompat kebawah.
Namun, mata Ratu seketika melotot tak percaya saat menangkap sosok Nathan sudah menunggunya di atas motor. Gerakannya terhenti, dan matanya memancarkan keterkejutan tapi tak lama tersenyum penuh arti.
"Nathan?" gumam Ratu lirih, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Kedua sahabat Ratu, Ica dan Della, ikut berhenti dan menatap Nathan dengan tatapan menyelidik. Mereka tampak penasaran dengan kehadiran pria tampan yang tiba-tiba muncul di belakang sekolah mereka.
Nathan turun dari motor Ratu dan berjalan mendekat. Senyum tipis menghiasi bibirnya, mencoba mencairkan suasana yang terasa sedikit tegang.
"Hai, Ratu," sapanya lembut, berusaha menyembunyikan kegugupan yang masih melanda dirinya.
Ratu membalas tatapan Nathan dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Ngapain lo di sini?" tanya Ratu akhirnya, memecah keheningan di antara mereka. Nada bicaranya terdengar datar, namun Nathan bisa merasakan sedikit ketegangan di dalamnya.
"Aku ... aku cuma pengen ketemu kamu," jawab Nathan dengan nada lembut, berharap Ratu tidak salah paham dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Ia mencoba menatap Ratu dengan tulus, menyampaikan perasaannya yang sebenarnya.
Ratu mendengus sinis, memalingkan wajahnya dari Nathan.
"Nggak perlu. Nggak ada yang perlu dibicarain," ucapnya ketus, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang mulai menyelimuti hatinya, dan dengan susah payah menahan tawanya, dalam hati bersorak riang berhasil mengerjai Nathan.
"Aku pengen lihat sejauh mana usahanya," gumam Ratu dalam hati.
Ica dan Della saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi antara Ratu dan Nathan. Mereka memutuskan untuk memberi ruang bagi keduanya untuk berbicara, dan memilih untuk menghindar.
"Ehem ... Rat, kita duluan ya," ucap Ica sambil menarik tangan Della cepat, lalu tersenyum singkat pada Nathan.
Ratu hanya mengangguk singkat, tanpa menoleh ke arah kedua sahabatnya. Ia masih fokus menatap Nathan dengan tatapan dingin.
Setelah Ica dan Della pergi, suasana di antara Nathan dan Ratu menjadi semakin canggung. Hanya suara angin dan dedaunan yang bergesekan yang terdengar di sekitar mereka.
Nathan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Sungguh ia lebih baik menerbangkan pesawat tempur dibandingkan harus membujuk Ratu yang marah.
Nathan tahu bahwa tak mudah menyakinkan Ratu sedangkan ia ingin segera berbaikan dengan Ratu.
"Ratu, please, dengerin aku dulu," mohon Nathan dengan nada yang lebih serius. Ia ingin menjelaskan semuanya kepada Ratu, agar gadis itu mengerti dan mau memaafkannya.
Ratu terdiam sejenak, tampak ragu untuk menjawab. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan gejolak yang berkecamuk di dalam hatinya. Sebenarnya, ia tidak marah, ia hanya sedikit kesal semalam, dan ia mengerti bahwa Nathan memang sedang capek dan ngantuk sehingga ia tidak memeriksa siapa yang meneleponnya.
Namun, melihat Nathan sangat serius untuk meminta maaf jadi ia ingin melanjutkan drama merajuknya.
"Apa yang mau lo jelasin?" tanya Ratu akhirnya, dengan nada yang sedikit melunak. Ia masih berusaha untuk bersikap cuek dengan tidak menatap Nathan, namun matanya mencuri-curi pandang ke arah pria itu.
Nathan tersenyum tipis, merasa sedikit lega mendengar jawaban Ratu. Ia tahu bahwa ini adalah awal yang baik.dan ia tidak akan menyia-nyiakannya.
"Semuanya," jawab Nathan dengan tegas. "Aku pengen jelasin semuanya, biar kamu nggak salah paham sama aku."
Nathan melangkah mendekat ke arah Ratu, namun gadis itu mundur selangkah, menjaga jarak di antara mereka. Ratu benar-benar memainkan perannya dengan begitu sempurna. Nathan menghentikan langkahnya, menghormati keputusan Ratu.
"Aku tahu, aku salah karena tidak memastikan dulu semalam, itu karena aku sudah sangat lelah dan mengantuk, sungguh jika aku tahu sebelumnya itu kamu , aku tak akan mungkin berkata ketus," jelas Nathan jujur dengan nada menyesal.
"Dan maaf mungkin aku datang di waktu yang tidak tepat, tapi aku nggak bisa diem aja. Aku nggak bisa biarin kamu salah paham terus sama aku." lanjutnya.
Nathan menatap Ratu dengan tatapan tulus, berharap gadis itu bisa melihat kejujuran di matanya. Ia benar-benar ingin memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.
"Aku sayang sama kamu, Ratu. Aku nggak mau kehilangan kamu," ucap Nathan dengan nada lirih, mengungkapkan perasaannya yang kesekian kalinya.
Ratu terdiam mendengar pengakuan Nathan. Jantungnya berdegup kencang, dan pipinya terasa memanas. Ia berusaha untuk tetap tenang, dan mempertahankan dramanya. Namun hatinya bergejolak hebat. Kata-kata Nathan terasa begitu tulus dan menyentuh hatinya. Mulutnya sudah ingin menjawabnya namun Nathan masuk melanjutkan ucapannya.
"Aku tahu aku salah. Aku minta maaf," lanju Nathan dengan tulus. "Aku nggak bermaksud buat nyakitin perasaan kamu, sungguh."
Ratu masih diam ia masih menunggu momen yang tepat untuk mengakhiri drama ini, jika ia sebenarnya tidak marah dan ia sudah memaafkan Nathan.
Nathan menghela napas panjang melihat Ratu masih diam tanpa komentar. Ia mulai menjelaskan semuanya kepada Ratu. Ia juga menceritakan tentang Lisa yang nekat masuk ke kamarnya tanpa ada yang ia tutupi sedikitpun dari Ratu.
Ratu yang awalnya sudah siap membongkar dramanya, kini mendadak kesal benarkan saat mendengar cerita tentang lisa, tapi bukan untuk Nathan tepatnya Lisa.
"Ternyata si ulat bulu, sudah sangat nekat, ini tidak bisa di biarin," gumam Ratu dalam hati, tanpa sadar ia menggenggam tangannya dengan kuat.
"Sepertinya kita harus mempercepat pernikahan kita," ucap Ratu tiba-tiba.
Seketika Nathan membolakan matanya tak percaya, mendengar ucapan Ratu. Yang menurutnya mustahil apalagi yang ia pikir Ratu masih marah sama dirinya.
"Kamu, bilang apa tadi?" tanya Nathan memastikan pendengarannya.
"Kita percepat pernikahan kita!" ulang Ratu yakin sambil menatap Nathan dengan senyum manisnya.
Nathan mematung di tempat masih mencoba mencerna kata-kata Ratu dengan ekspresi bingung, sekaligus terkejut.
Sungguh pikirannya masih ngebleng, dengan jawaban Ratu yang di luar ekspektasinya, ia yang sebelumnya hanya ingin di maafkan Ratu, kini malah mendapat ajakan menikah secepatnya dari Ratu. Nathan merasa ia sedang bermimpi saat ini.
"Kenapa, apa kamu berubah pikiran sekarang?" tanya Ratu yang melihat Nathan yang masih mematung di tempat.
"Tidak," jawab Nathan cepat, ia takut jika Ratu berubah pikiran.
haiiisss ganggu aja......😁