Citraleka yang sedang berjuang untuk kesembuhan neneknya dikejutkan dengan sebuah penawaran dari seorang pria kaya yang memintanya untuk melahirkan seorang anak untuk pria itu dengan imbalan biaya untuk perawatan neneknya yang sedang menderita penyakit komplikasi.
"Berikan aku seorang anak, maka aku akan membiayai pengobatan nenekmu. " - Davidson fernandez.
Citra tak habis pikir bagaimana bisa seorang pria beristeri yang memiliki image baik bisa mengucapkan kata-kata itu dengan mudah dan akankah ia menerima tawaran sang pria yang memiliki istri seorang supermodel itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 09
Citra dan Arthur bertemu di alun-alun kota, itulah tempat yang citra bagikan pada pria itu. Arthur sudah menunggu di bangku panjang dekat air mancur, suasana menjelang sore terlihat ramai di sana, banyak pejalan kaki ataupun keluarga yang sedang singgah ataupun hanya sekedar ingin menikmati spot- spot bagus yang ada di sana.
Arthur melambaikan tangan saat menyadari kehadiran citra sudah tidak jauh dari nya. Bibir pria yang tahun ini akan mendapatkan gelar sarjana master nya tak lama lagi itu, tampak tersenyum merekah.
"Citra, aku di sini, " katanya sedikit berteriak, Citra yang melihat nya seger menghampiri.
Citra mengukir senyum tipis. "Kamu sudah lebih dulu di sini rupanya. "
"Iya, aku sangat khawatir padamu. Ayo duduk dulu, kau pasti lelah. "
Citra mengangguk, ia duduk di bangku panjang sebelah Arthur. Laki-laki itu tiba-tiba pergi membuat citra terhenyak.
"Mau kemana? "
"Tunggu sebentar, aku akan membeli minuman. Kau pasti haus. "
Citra tersenyum lega, kirain Arthur hendak kemana, ia lantas mengangguk. "Baiklah, " ujarnya kemudian membiarkan Arthur pergi, membeli minuman untuk mereka berdua.
Sambil menunggu Arthur, citra menyapukan pandangan ke sekeliling nya, suasana di sini begitu ceria, ada badut yang sedang bermain dengan anak-anak tak jauh dari nya, melihat mereka membuat citra juga ikut tertawa. Lantas fokusnya beralih pada sebuah keluarga yang seperti nya sedang melakukan piknik di taman ini. Mereka sungguh harmonis, ayah, ibu dan kedua kakak beradik yang lucu- lucu dan akur.
Seketika dia jadi teringat tentang kehidupannya sendiri, andai kecelakaan mobil saat ia berusia lima tahun tidak terjadi pada keluarga nya, saat ini mungkin ia juga sedang bahagia bersama ayah, ibu dan kakak nya. Kecelakaan menabrak pembatas jalan hingga terjun ke dasar jurang itu telah merenggut seluruh anggota keluarga nya, hanya dia yang selamat karena saat itu citra yang masih kecil di titipkan oleh neneknya, dan memang saat itu keluarga nya pergi untuk mengambil raport sekolah sang kakak yang waktu itu masih sekolah dasar, dan dia memilih untuk tak ikut.
Andai jika saat itu Citra memilih ikut juga, akankah dia juga ikut bersama keluarga nya ke alam baka, mungkin dia tidak akan sendiri di dunia yang keras ini? Menggeleng cepat, Citra seketika merutuki pemikiran bodohnya.
"Apa yang kau pikirkan citra, masih ada nenek dan orang-orang yang kau sayangi di dunia ini. " ucapnya dalam hati, lalu kembali tersenyum saat melihat beberapa anak-anak bermain gelembung sabun di dekatnya.
Citra terlalu larut memperhatikan mereka sampai tidak sadar hingga tiba-tiba terasa ada yang dingin menyentuh pipinya, citra seketika terperanjat saat ia menengok, Arthur sudah ada di sampingnya dan menempelkan sebuah minuman kaleng yang dingin ke pipinya.
Tanpa mereka sadari, ada dua pria yang bersembunyi dengan jarak cukup jauh dari mereka, mengarahkan kamera dan memotret setiap interaksi mereka.
"Melamun? " tanya pria itu mengulurkan minuman kaleng padanya.
Citra menerimanya lalu tersenyum kecil. "Hanya memperhatikan anak- anak bermain. " ujarnya.
Arthur duduk kembali di samping nya, mereka kemudian menikmati minuman yang di beli oleh pria itu sambil menikmati senja di atas sana.
Lalu Arthur sengaja mengubah posisi duduknya menghadap gadis di depannya itu. "Citra, aku tidak ingin memaksa mu, tapi ku harap kau menceritakan beberapa padaku, " kata Arthur mulai serius.
Citra menel4an ludahnya terasa berat. Ia berdeham pelan lalu membetulkan posisi duduknya. Sadar, tidak mungkin ia menceritakan hal yang sebenarnya terjadi padanya, Citra mencoba merangkai skenario di otak nya, merasa bersalah karena harus membohongi pria yang selalu membantu nya itu, namun Citra juga tidak memiliki pilihan lain.
"Maaf jika membuat mu khawatir, Arthur. Kemarin nenek sudah di pindahkan ke Central feudal hospital. "
"Wah, Central feudal hospital? ku dengar itu adalah rumah sakit ternama di kota ini! "
"Benarkah? " Citra tersenyum, dia tidak tahu tentang itu, syukur lah ternyata tuan Davidson memang benar sungguh-sungguh dan sangat baik dalam merawat neneknya. Dan dia juga bersyukur karena ternyata tanggapan Arthur tidak seperti yang dia pikirkan yang akan marah dengan cerita nya, pria itu justru ikut senang mendengar cerita tentang perkembangan neneknya.
"Iya." angguk Arthur. "Jika nenek mu di situ dia pasti akan mendapatkan perawatan yang lebih baik. "
Citra tersenyum. "Itu juga yang aku harapkan. "
"Tapi dari mana kau mendapatkan biayanya Cit? aku bukan nya ingin menyinggung mu, tapi di rumah sakit yang besar dan ternama itu pasti memerlukan biaya yang enggak sedikit. "
Citra terdiam cukup lama. "Aku... mendapatkan pekerjaan. "
Alis Arthur sedikit mengernyit. "Lalu sekarang kau tinggal di mana? dan panti asuhan, kenapa banyak orang-orang yang tidak di kenal di sana? "
Citra menarik napas, dalam. "Aku tidak bisa menjawab itu sekarang, Ar. "setelahnya ia mengatupkan bibirnya rapat- rapat, tatapan nya meredup enggan mengarah kepada Arthur.
Arthur sendiri terdiam, raut wajahnya terlihat kecewa. Padahal mereka sudah selama itu saling mengenal, namun Citra selalu enggan untuk terbuka padanya, tapi dia juga tidak bisa memaksa untuk saat ini.
"Baiklah, aku akan menunggu hingga kau siap menceritakan nya sendiri padaku nanti."
Mendengar nya, membuat citra mengangkat pandangannya kembali. "Terimakasih Arthur... atas pengertian mu. "
Tapi Arthur tidak menjawab, hal itu membuat Citra merasa tidak enak. "Arthur... " panggilannya dengan lirih.
Pria itu kemudian menoleh kembali pada Citra. "Tidak apa- apa, aku mengerti, " ujarnya kemudian selarik senyum ia berikan.
Lalu tatapan Arthur memandang Citra cukup lekat, lantas tangannya terangkat untuk mengusap kepala gadis itu. "Citra... selama ini aku sudah menganggap mu sebagai adikku sendiri, aku hanya memohon satu padaku, tolong anggap keberadaan ku ada dalam hidup mu, bergantung lah padaku, aku tidak akan keberatan. "
Citra merasa sangat terharu, kata demi kata yang keluar dari mulut Arthur bagaikan puisi menenangkan di telinga citra.
"Terimakasih. Terimakasih untuk kebaikan mu selama ini Arthur. "
Arthur tersenyum, "Sudah jangan menangis. Nanti orang- orang mengira aku yang ngapa- ngapain kamu, " katanya berkelakar, membuat Citra tertawa, lantas ia mengusap air matanya yang sempat terjatuh.
"Baiklah, jadi untuk menjenguk nenek? "
Citra mengangguk, semangat. "Jadi! "
"Oke, lets go! " Arthur berujar tak kalah semangat, mereka kemudian dan bersiap- siap untuk pergi.
"Oh ya, tadi kamu kesini naik apa? "
"Aku naik ojek online tadi. "
Arthur mengangguk- angguk. "Baiklah, kalau begitu kita berangkat bersama ya. Kita pergi pakai mobil ku. "
Citra mengangguk,lalu mereka berjalan bersama menuju parkiran.
Sementara dua pria yang menjadi mata- mata utusan Marlon atas perintah David, segera bangkit dan keluar dari persembunyian.
"Kita harus mengikuti mereka. "
Rekan salah satunya mengangguk. "Tapi kita kirimkan bukti fotonya dulu pada tuan. "
Mereka lantas mengangguk bersama, dan mengirimkan foto yang mereka ambil pada Marlon.
Sementara di sisi lain, sudah tiba di mansion utama, para pelayan berjejer di depan untuk menyambut nya,pak Joseph segera menghampiri nya.
"Di mana nyonya? " tanya Davidson, suaranya terdengar gusar namun tidak di pungkiri ada nada kekhawatiran di sana.
"Nyonya ada di dalam tuan, beliau ... terus memanggil anda. "
****
di tunggu up nya
🙏🙏🙏
di ceraikan oleh David
dan Citra hamil...
lanjut thor ceritanya
suka sama Flo...
dilema
akankah Citra
langsung Hamidun
dengan sekali tendang...
lanjut thor ceritanya
si tunggu up nya