NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Bab 9. Sinyal Tubuh dan Kabar dari Jauh

Pagi itu, Sharon terduduk di tepi ranjang sempit kontrakannya, memegangi perut yang terasa mual tanpa sebab. Sudah dua hari terakhir ia bolak-balik ke kamar mandi untuk muntah, terutama di pagi hari. Anehnya, setelah lewat siang, tubuhnya kembali normal seolah tak pernah terjadi apa-apa.

"Apa aku masuk angin?" gumam Sharon, menatap dirinya di cermin kecil di dinding. Wajahnya pucat, dan matanya sedikit sayu, tapi tak tampak benar-benar sakit.

Ia mencoba mengingat makanan terakhir yang ia santap. Tidak ada yang basi. Tidak juga terlalu pedas. Tapi entah kenapa tubuhnya menunjukkan reaksi yang tidak biasa.

"Aneh ... kenapa bisa mual tapi cuma pagi-pagi doang?" Ia mengelus perutnya sambil berpikir. "Apa ini yang disebut sebagai gejala morning sickness?"

Sharon menggeleng cepat, mencoba mengusir pikiran itu meskipun mungkin benar. Tidak, ia tak mau memikirkan kemungkinan itu dulu. Sekarang bukan saatnya panik. Ia harus fokus pada pekerjaannya sebagai asisten manajer di restoran yang baru mempercayainya mengelola urusan operasional. Dirga, sang manajer sekaligus atasannya, cukup tegas, namun profesional dan Sharon tak mau mengecewakannya.

Namun, seiring tubuhnya mulai pulih siang itu, ada hal lain yang lebih mengusik pikirannya—ibunya. Sudah lebih dari dua minggu sejak ia pergi meninggalkan Jakarta dan hingga kini belum bisa pulang menjenguk. Uangnya baru cukup untuk hidup sederhana dan membayar kontrakan bulanan. Tiket pulang belum bisa ia beli, apalagi biaya tambahan untuk perawatan ibunya.

Dengan perasaan tak tenang, Sharon meraih ponsel dan membuka pesan terakhir dari Mischa. Ia mengetik cepat.

Sharon: "Cha, kamu ada waktu nggak? Aku pengin minta tolong cek keadaan ibu."

Beberapa menit kemudian, pesan balasan masuk.

Mischa: "Kebetulan banget, Sha. Mama tadi baru pulang dari rumah Tante Maya. Katanya kondisi beliau makin baik. Udah bisa duduk lama dan sesekali jalan pelan-pelan di dalam rumah."

Sharon langsung menghembuskan napas lega. Ia hampir menangis membaca kabar itu.

Sharon: "Ya Tuhan, aku lega banget, Cha. Aku ngerasa bersalah ninggalin ibu dalam keadaan kayak gitu. Makasih ya. Bilang makasih juga sama Tante Leni."

Mischa: "Tenang, Sha. Tante Maya kuat. Lagian Mama juga jagain dia tiap hari. Lagipula, katanya Tante Maya sering tanya kabar kamu juga. Dia pikir kamu udah mulai betah kerja di luar kota."

Sharon tersenyum tipis. Meski rasa rindu menggigit hatinya, kabar bahwa ibunya baik-baik saja membuat bebannya sedikit berkurang. Ia kemudian berbaring di atas kasur tipisnya, memandangi langit-langit kamar.

"Aku harus kuat," bisiknya pelan. "Demi ibu ... dan demi diriku sendiri."

Ia menatap tangan kirinya yang bertumpu di perutnya. Walau belum tahu pasti apa yang terjadi ke depannya, Sharon tahu satu hal—hidupnya tidak lagi sama. Tapi untuk saat ini, ia memilih menjalani harinya satu per satu.

Dan untuk calon buah hatinya yang sedang tumbuh di dalam perutnya, Sharon akan memperjuangkannya. Bahkan jika itu berarti ia harus bertahan dan berjuang seorang diri.

---

Sudah dua bulan Sharon tinggal di Yogyakarta. Meski awalnya hanya ingin menjauh sementara dari hiruk-pikuk Jakarta dan luka yang menyesakkan, kini ia justru mulai merasa betah. Kota ini menawarkan ketenangan, ritme hidup yang lebih pelan, dan udara yang masih ramah di pagi hari. Rutinitas di restoran pun sudah mulai ia kuasai, dan rekan-rekan kerjanya cukup suportif.

Hari ini adalah hari kontrol kandungannya yang kedua. Sharon sudah menandai tanggalnya sejak seminggu lalu dan tak sabar mendengar perkembangan si kecil dalam rahimnya. Meski mual-mual di pagi hari sudah jarang datang, ia ingin memastikan semuanya baik-baik saja.

Setelah menyelesaikan laporan harian dan menyerahkan berkas ke Dirga, manajer restoran itu menatapnya cukup lama sebelum akhirnya bertanya, “Kamu nggak langsung pulang?”

Sharon menggeleng sambil tersenyum. “Nggak, Pak. Aku mau ke dokter, ada jadwal kontrol.”

“Sendirian?”

“Iya.”

Dirga tampak berpikir sejenak, lalu menggantungkan kunci mobil di jari telunjuknya. “Kebetulan aku juga udah selesai. Mau aku antar?”

Sharon terdiam sejenak, ragu. Tapi membayangkan harus naik ojek online di tengah sore yang mulai gerimis, tawaran itu terdengar terlalu menggoda untuk ditolak.

“Kalau Pak Dirga nggak keberatan … ya, boleh deh,” ucapnya akhirnya.

"Tenang saja. Aku tidak keberatan kok." Dirga menjawab sembari tersenyum.

Mereka berjalan bersama ke parkiran belakang restoran. Mobil hitam Dirga sudah terparkir rapi. Dirga membukakan pintu penumpang depan dengan sopan, membuat Sharon sedikit canggung—ia tak terbiasa diperlakukan begitu oleh seorang pria belakangan ini. Yah, Selin Farel tentunya. Farel memang tipe laki-laki yang sopan, lembut, dan penuh perhatian. Oleh sebab itu, ia kadang masih tak habis pikir kalau laki-laki itu sudah mengkhianatinya.

Selama perjalanan, Sharon dan Dirga lebih banyak diam. Sharon sibuk menatap keluar jendela, menikmati suasana sore Yogyakarta yang damai, sementara Dirga sesekali mencuri pandang ke arah wanita di sampingnya. Ada sesuatu yang berbeda dari Sharon hari ini. Mungkin cara dia menunduk dan memeluk tasnya erat-erat, atau caranya menahan senyum kecil ketika melihat anak kecil melambaikan tangan di pinggir jalan.

"Dokternya di daerah mana?" tanya Dirga akhirnya, memecah keheningan.

“Dekat Malioboro, Pak eh Dirga." Sharon tersenyum kecil karena masih rikuh memanggil nama atasannya tersebut. "Di klinik kecil yang katanya spesialis kandungan. Aku juga belum ke sana sih. Aku cuma dikasi tau Ane karena kakak perempuannya pernah memeriksakan kehamilannya di sana," jelas Sharon.

Dirga mengangguk pelan. “Kamu tinggal sendiri di sini?” tanya Dirga sedikit penasaran. Ia tak perlu menanyakan ke mana suami Sharon sebab itu bukan ranahnya meskipun ada sedikit rasa penasaran dalam dirinya. Terlebih saat melihat status Sharon di kartu identitas yang menyatakan kalau ia masih lajang.

Sharon mengangguk. “Iya. Sewa kamar di rumah kontrakan kecil."

“Berarti kamu ngurus semua sendiri?”

“Ya. Tapi aku senang. Jadi lebih mandiri.”

Dirga tak berkata apa-apa lagi, tapi dalam hatinya muncul kekaguman yang tak bisa dia sembunyikan. Sharon bukan hanya pekerja keras, tapi juga perempuan kuat.

Mobil pun akhirnya berhenti di depan klinik kecil yang dimaksud Sharon. Dirga menoleh.

“Aku tungguin atau kamu pulangnya naik ojek?”

Sharon hendak menolak, tapi Dirga lebih dulu bicara.

“Serius, nggak apa-apa. Aku juga belum buru-buru pulang. Anggap aja sambil lihat suasana kota sore-sore.”

Sharon tersenyum tulus kali ini. “Makasih ya, Dirga. Aku nggak tahu harus balas kebaikan kamu gimana.”

“Gampang. Besok jangan lupa makan siang bareng. Di dapur aja.”

Keduanya tertawa pelan. Lalu Sharon pun turun dari mobil, memasuki klinik dengan hati yang entah kenapa terasa lebih ringan.

Di dalam ruang tunggu, Sharon meletakkan tangan di atas perutnya yang mulai membentuk sedikit lekuk. “Kita baik-baik aja, kan?” bisiknya pelan.

Dan saat namanya dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan, Sharon pun melangkah dengan rasa percaya diri yang tak sama seperti dua bulan lalu.

Bersambung

(Kalo komennya banyak, minimal 50'an, entar malam double up deh. 😁)

1
Yeni Fitriani
dirga kritis keracunan dirawat di rs beberapa hari tpnkow ibhnya dirga gak ada kabarnya
She Jutex MImi
ku pikir dulu bpk reynaldy korban ternyata oh ternyata...
Ely Wilda Rusaily
semangat, wish u lucky
Irma Lianawaty
apa ternyata Nadine anaknya yg dibilang meninggal?
Yeni Fitriani
dimana mana pelakor itu memang iblis
Yeni Fitriani
ah males bgt klO ternyata nadiene adalah adik kandung leon yg diambil curang oleh ayahnya dr ibu mey
Yeni Fitriani
ya udahlah klo emang Sharon msh aja sok menjadi org yg paling tersakiti dan tdk mau memaklumi apa yg dulu terjadi pd lion ya sdh biarkan sj sharon menikah dgn dion tp ambil anak2nya viera dan viero biarlah sharon memiliki anak sendiri dgn dion biar sharon puas.
Yeni Fitriani
dimana mana memang pelakor dan turunannya itu menjijikan.....walupun ibunya dion lebih dulu jd pacar ayahnya lion tp tatap dia adalah pelakor karna merusak pernikahan ibu lion dan ayahnya....ibu lion wlopun bukan pacar dr ayahny dion yp ibu liln adalh istri pertama yg sah dimata agama dan negara dan direstui seliruh keluarga besar ayah lion.
Yeni Fitriani
sebenarnya sharon gak bisa terlalu menyalahkan lion toh dimasa lalu mereka bukan pasangan kekasih mereka hanya adalah dua org asing yg kebetulan malam itu ONS dan wajar klo lion awalnya meragukan anak yg sharon kandung toh stelah 2 bulan sharon menemuinya bisa sj kan klo misal bukan cewek baik2 dlm kurun wkt 2 bulan itu si cewek tidur sm cowok lain lg...jd penolakan lion pd wkt itu cukup utk dimaklumi.
Yeni Fitriani
sebaik apapun dion dia tetaplah anak pelakor dan penghianat pernikahan yg didlm otak dion tersimpn akl licik yg hanya ingin memanfaatkan sharon dan ank2nya utk balas dendam pd lion....pdhal Lion yg sesungguhnya tdklah sejahat yg dipikirkan dion.....apapun yg menimpa dion yg tdk diakui sbg keturunan dr keluarga konglomerat dr pihak ayahnya itu adalah bentuk hukuman dr keegoisan ayah dan ibunya.

seyogyanya seseorang itu klo sdh menikah sah jgn lg main gila sm pacar yg katanya td sangat dia cintai.....sekalipun di menikah karna perjodohan maka jalanilah penukahan itu dgn serius dan baik.
Pcy retno
Hohoho ternyata ini kerjaan mya alda si ani² no simpanan yesss
Yeni Fitriani
kelihatan kan didunia nyata maupun dipernovelan perebut suami org akan sellu merasa dirinya yg paling benar.....aldo ibunya dion menyebut melania ibunya leon sbg wanita licik pdhl alda sendiripun adalah wanita licik.
Yeni Fitriani
dipertanyakan dr mana asalnya gen nadin.....apa dr keegoisan cinta ayah dan ibunya yg tdk munterpisah meskipun ayahnya sdh punya istri yg sah.....wkwkk
Yeni Fitriani
ayahnya Lion ayahnya dion jg ibunya lion dan ibunya dion adalah bentuk nyata dr keegoisan cinta buta.....dan Lion adalah satu2nya korban dr mereka itu.

klo dion mah gak jd korban dia hidup bergelimang bahagia dan berkecukupan harta.
Mellyn Khosta Lhonga
semngt
Pcy retno
Aaahhh puas bgt aku di part ini....aku padamu leon👏👏👏
Noerdien Nanon
seperti ny cerita ny sangat menarik
Noerdien Nanon
masih nyimak
Yeni Fitriani
pling miris sm nasib leon....lahir dr hasil perjodohn yg dipaksakan yg kemudian ditinggal pergi ayahnya utk istri yg ayahnya cintai lalu dirawat oleh ibunya yg tdk benar2 menyayanginya ibunya adalah org yg penuh ambisi dan obsesi ibunya tdk perduli dgn kebahagiaan leon ibunya hanya menjadikan leon sprti boneka yg dia setir bahkan ibunya tega memberi leon obat yg membuat leon sakit gk sembuh2....
Yeni Fitriani
syuka dgn ketegasan leon thdp metha.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!