NovelToon NovelToon
Gigoloku Bossku

Gigoloku Bossku

Status: tamat
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Cinta Terlarang / Menikah dengan Kerabat Mantan / Tamat
Popularitas:822.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

“Satu malam, satu kesalahan … tapi justru mengikat takdir yang tak bisa dihindari.”

Elena yang sakit hati akibat pengkhianat suaminya. Mencoba membalas dendam dengan mencari pelampiasan ke klub malam.

Dia menghabiskan waktu bersama pria yang dia anggap gigolo. Hanya untuk kesenangan dan dilupakan dalam satu malam.

Tapi bagaimana jadinya jika pria itu muncul lagi dalam hidup Elena bukan sebagai teman tidur tapi sebagai bos barunya di kantor. Dan yang lebih mengejutkan bagi Elena, ternyata Axel adalah sepupu dari suaminya Aldy.

Axel tahu betul siapa Elena dan malam yang telah mereka habiskan bersama. Elena yang ingin melupakan semua tak bisa menghindari pertemuan yang tak terduga ini.

Axel lalu berusaha menarik Elena dalam permainan yang lebih berbahaya, bukan hanya sekedar teman tidur berstatus gigolo.

Apakah Elena akan menerima permainan Axel sebagai media balas dendam pada suaminya ataukah akan ada harapan yang lain dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Empat Belas

"Kenapa aku memikirkan Aldi. Dia pasti juga akan bersenang-senang dengan Lisa. Aku hanya menunggu waktu yang tepat saja untuk memutuskan bercerai!" seru Elena dalam hatinya.

Mobil melaju mulus di jalan tol. Elena duduk di kursi penumpang, menatap jalanan yang seperti tak ada ujungnya. Ia meremas jemari di pangkuannya, berusaha menenangkan detak jantung yang masih kacau. Perasaan campur aduk. Antara kesal karena Aldi tadi bersikap seperti itu, dan … entah, ada sedikit rasa bersalah karena ia meninggalkan rumah dalam keadaan emosi.

Suara Axel memecah keheningan.

“Kenapa mata kamu bengkak gitu? Semalam nangis, ya?”

Elena langsung menoleh cepat, menatap Axel yang duduk dengan santai seolah pertanyaannya biasa saja. “Nggak, kok,” jawab Elena cepat. “Aku cuma … lagi alergi. Mungkin karena debu.”

Axel mengangkat alis, setengah tak percaya. “Alergi?”

“Iya,” Elena mengangguk mantap. “Kadang kalau kecapekan mataku bisa bengkak sendiri.”

Axel hanya mengangguk, tidak bertanya lebih jauh. Tapi entah kenapa, tatapan pria itu membuat Elena gelisah. Seakan Axel tahu dia berbohong. Seakan Axel bisa membaca kalau semalam Elena menangis cukup lama di kamar tamu.

Mobil kembali hening. Elena memalingkan wajah ke luar jendela, berusaha mengusir bayangan Aldi dari kepalanya. Namun makin ia mencoba lupa, makin jelas ingatan semalam. Wajah Aldi yang marah. Ucapannya yang melarang. Dan … Lisa. Nama itu seperti duri yang menancap dalam-dalam di dadanya.

"Jika saja kamu tak mengkhianati aku, Mas. Mungkin aku akan bersedia melepaskan posisi saat ini. Aku bahkan mau resign. Tapi, sudah cukup semua pengorbananku selama ini. Berjuang sendiri itu lelah, capek dan bosan!" seru Elena dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai. Begitu sampai di bandara, Axel segera turun dan mengambil koper Elena dari bagasi. Dia meminta supir kantor segera kembali. “Ayo. Check-in dulu,” ujar Axel singkat dengan Elena.

Elena mengangguk, mengikuti langkah Axel yang tegap dan percaya diri. Ia sempat melirik sekitar, memastikan tak ada rekan kantor lain yang ikut. Benar. Hanya mereka berdua. Rasanya sedikit canggung, tapi ia mencoba bersikap profesional.

Di ruang tunggu bandara, mereka duduk bersebelahan. Elena sibuk dengan ponselnya, pura-pura membaca email. Padahal pikirannya tidak fokus. Axel duduk tenang sambil membuka laptop tipisnya, mengetik sesuatu dengan cepat. Dia bertanya dalam hati, apa sebenarnya yang pria itu inginkan darinya.

"Tak mungkin dia menginginkan aku seperti yang dia katakan. Pasti Axel hanya ingin membalas perbuatanku yang mengira dia seorang gigolo. Lagi pula, kenapa malam itu aku bisa salah orang ya?" tanya Elena dalam hatinya.

Ketika panggilan boarding terdengar, Axel menutup laptop. “Ayo,” ajak Axel dengan lembut.

Mereka berjalan menuju pesawat. Begitu duduk di kursi, Elena langsung menarik napas panjang. Perjalanan ini pasti melelahkan, pikirnya. Apalagi semalam ia hampir tidak tidur sama sekali.

Tak lama setelah pesawat lepas landas, rasa kantuk menyerang. Elena mencoba bertahan, tapi matanya terasa berat. Tanpa sadar, kepalanya miring, dan akhirnya bersandar ke kursi. Namun karena guncangan kecil pesawat, kepalanya tergeser hingga nyaris menempel pada bahu Axel.

Axel menoleh sekilas. Melihat Elena yang tertidur dengan wajah lelah, ia sempat ragu. Tapi akhirnya ia meraih kepala Elena perlahan dan menyandarkannya di dadanya.

“Tidurlah yang nyenyak,” gumam Axel pelan, hampir tak terdengar. Dengan lembut dia mengecup pucuk kepala wanita itu.

Perjalanan udara berlangsung sekitar satu setengah jam. Selama itu, Elena terlelap. Napasnya teratur, wajahnya terlihat tenang. Axel diam saja, menatap jendela. Tapi sesekali matanya melirik ke bawah, ke wajah Elena yang tertidur di dadanya. Ada sesuatu yang terasa aneh di dadanya. Perasaan yang tak mau ia akui.

“Elena …,” panggil Axel dengan suara berat itu memanggil lembut.

Elena menggeliat kecil. Matanya terbuka perlahan. Ia terkejut mendapati dirinya masih bersandar di dada Axel. Seketika ia bangun tegak.

“A-aku … maaf! Aku ketiduran,” ucapnya buru-buru, wajahnya memerah.

Axel hanya mengangguk santai. “Nggak apa. Kamu kelihatan kecapekan.”

Elena menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang panas. Perasaan canggung langsung menyergap. Untung saja mereka sudah hampir sampai. Tak lama kemudian pesawat mendarat.

Di bandara tujuan, Axel dengan sigap memimpin jalan. Elena hanya mengikutinya dari belakang, masih mencoba menenangkan diri. Setiap kali mengingat posisi tadi di pesawat, jantungnya berdebar tak karuan.

Mereka langsung naik mobil yang sudah disiapkan perusahaan untuk menuju hotel. Perjalanan cukup singkat, hanya sekitar 20 menit. Begitu sampai di lobi hotel, Elena sempat melongo melihat tempat itu. Hotelnya mewah, interiornya elegan. Jauh di atas ekspektasinya.

“Kita check-in dulu,” ucap Axel.

Di meja resepsionis, Axel berbicara sebentar dengan staf hotel. Elena berdiri di samping, menunggu. Tapi, kemudian ia mendengar kalimat yang membuatnya menoleh cepat.

“Maaf Pak, kamar yang sesuai permintaan hanya tersisa satu,” ujar staf hotel.

Elena menatap Axel dengan mata membesar. “Satu kamar?” bisiknya.

Axel menoleh sebentar, wajahnya tetap datar. “Iya. Santai aja, aku nggak akan ganggu kamu. Kita cuma butuh tempat istirahat dan kerja. Lagipula, daripada kita pisah-pisah hotel, nanti repot kalau harus koordinasi. Kita juga sudah pernah satu kamar. Bahkan kita pernah berhubungan hingga beberapa ronde," bisik Axel.

Wajah Elena memerah menahan malu mendengar ucapan pria itu. Dia menggigit bibir. Ia ingin protes, tapi tidak menemukan alasan yang cukup kuat. Lagi pula ini benar-benar urusan kantor. Tidak mungkin ia membuat ribut hanya karena soal kamar.

Mereka naik lift bersama. Suasana di dalam lift terasa aneh. Elena berdiri agak menjauh, memeluk tas kecilnya. Axel berdiri santai, tangan di saku. Tak ada yang bicara. Hanya suara musik lembut dari speaker lift.

Begitu pintu lift terbuka, mereka berjalan menuju kamar. Axel membuka pintu dengan kartu.

“Masuklah,” katanya singkat.

Elena melangkah masuk. Matanya langsung tertuju pada ruangan yang luas dengan satu ranjang besar di tengah. Ia berhenti di ambang pintu, menatap ranjang itu lama.

“Kamu … yakin kita harus sekamar?” suaranya hampir berbisik.

Axel menoleh, menatapnya. “Kamu takut? Sudah aku katakan, kita pernah melakukannya. Kenapa sekarang kamu ragu?"

Elena mendengus, meski wajahnya merah. “Bukan takut. Cuma ….”

Axel mengangkat bahu. “Cuma apa?"

"Tak ada ...," jawab Elena singkat.

"Kamu takut nanti kecanduan lagi dengan tubuhku ini? Takut tak mau lepas dari pelukanku lagi?" tanya Axel dengan wajah jahil.

Elena menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas panjang. “Siapa yang takut. Kamu yang harus hati-hati. Nanti kamu tak bisa lupa dengan wajahku yang manis dan imut ini!"

Axel tersenyum melihat wajah kesal Elena. Dia merasa senang kalau wanita itu cemberut.

Elena melangkah masuk dan menaruh kopernya di sisi lain kamar. Tapi dalam hati, ia tak bisa membohongi diri. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Bagaimana ia bisa tenang jika harus sekamar dengan Axel?

Elena duduk di tepi ranjang, dengan menunduk. Matanya menatap lantai. Perasaannya berkecamuk.

Di balik punggungnya, Axel berdiri sambil melepas jas, menggantungnya di lemari. Suasana kamar mendadak sunyi. Hanya terdengar detak jantung Elena sendiri yang makin kencang.

Saat Elena mengangkat wajah dia terkejut melihat Axel yang telah bertelan'jang dada.

"Astaga ...," pekik Elena.

**

Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih.

1
Wahab Abdi
Trharu bgt d part ini😭

Ya.. Gmn pun asal usulnya axel nmanya seorg ibu psti mnyayangi dg tulus
Wahab Abdi
Seneng di part ini. Krna mreka bangkit brsama
Wahab Abdi
Pak surya ini bnr2 batu ya.. Klo bnr anak kndungnya adalah elena, ksian bgt dy
Punya bpk kyk batu
Wahab Abdi
Bu ratna ini prempuan loo
Tp kok gt amat sesama prempuan
Mella Jati
model cowoknya chen si nama aslinya❤
si abang ganteng 😍
Wahab Abdi
Gak jelas di.. Selingkuh tp g mau d cerai istrinya
Lah maumu gmn? Punya 2 wanita gituu
Eti Alifa
nyesek setiap baca perselingkuhan tapi disayangkan knp mlh mengikuti selingkuh dan pergi ke club malam.
ZARINA JAHYA
TERBAIK
Nor hasliza Ishak
♥️♥️♥️
Marina Tarigan
miris kali nasip kalian berdua lisa Aldi dari awal hidup kalian amburadul akhirnya juga amburadul semoga kedepannya nasipmu dan perangaimu bisa berubah ke lebih baik
Marina Tarigan
wah lisa memang sdh dasar kamu nganga terus sm pria manapun aneh banget kamu jd perempuan beberapa kali ayah tirimu melakukan hal bejat pdmu nasipmu penuh najis
Marina Tarigan
panak adopsi lebih berguna dp anak saudara axel sampai diusir dgn kasar dari rmhnya untung Elena dan Axel orangnya sangat baik
Marina Tarigan
pak suria sdj mebgusir Axel dari rumah
Marina Tarigan
penhhianat dihianati bagus deh sakit kan Aldi kelakuanmu berbalik padamu dlm segala hal
Marina Tarigan
anak diperut lisa bukan anak Aldi tapi pacar gelap Lisa kamu mandul Aldi rasaim kamu selalu Elena
Marina Tarigan
kerja Aldi selama ini kan ugal2an korupsi dan main perempuan utak udang masa bisa menang pokirannya hanya idtri orsnh lain aneh
Marina Tarigan
pergi saja
axel kalau memang kamu anak adopsi pantas papa suria tdk mengerti perasaanmu Elena sanhhup dari nol
Marina Tarigan
good thour
Marina Tarigan
gimana itu pak Suria kamu telah menghina Elena begitu kasar dan dia tdk membawa uang yg kamu tinggalkan dam pergi meninghalkan suaminya Axel
Marina Tarigan
tenang tenang zAxel pasti membongkar kebenarannya lisa sdh dipecat Axel tdk mudah dikalahkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!