Kembalinya Sang Agen Rahasia
Seorang pria mengenakan pakaian serba hitam tengah mengintai targetnya dengan senapan runduk di tangannya. Matanya terus melihat pada target yang jaraknya tiga ratus meter dari tempatnya berada. Jarinya bersiaga di pelatuk senapan, menunggu instruksi dari sang atasan.
Sementara sang target masih terlihat duduk tenang di kursi santai di dekat kolam renang. Dia sama sekali tidak menyadari bahaya yang mengintai. Pria itu masih berbincang dengan seseorang menggunakan ponselnya. Dia adalah Margo, buronan pemerintah Indonesia. Dia seorang mafia kelas kakap yang membantu pencucian uang dari para koruptor. Selain itu, kelompok Margo juga sering diminta untuk mengeksekusi orang yang menjadi target kliennya. Kasus terakhir, dia terlibat pencucian uang korupsi negara mencapai ratusan milyar rupiah. Selain itu, Margo juga membunuh saksi kunci kasus sebelum melarikan diri.
Margo melarikan diri saat dirinya akan dibawa ke pengadilan untuk menjalani sidang. Anak buahnya menyerang aparat dan berhasil membebaskannya. Pria itu segera keluar dari Indonesia menggunakan jalur laut. Pemerintah segera membentuk tim intelijen khusus untuk memburu Margo. Anggota tim terdiri dari para intelijen yang merangkap menjadi pasukan rahasia penjaga kedamaian tanah air. Saat ini disinyalir Margo hendak menjual rahasia negara pada musuh. Zyan dan anak buahnya diberi perintah menangkap Margo hidup atau mati.
Setelah selama sebulan melacak keberadaan Margo, akhirnya pria itu ditemukan berada di Malta. Pemerintah menugaskan pasukan intelijen khusus menyelesaikan tugasnya. Margo harus dihabisi tanpa kegaduhan dan mereka hanya diberi waktu tiga hari. Negara Malta tidak pernah memberikan ijin pasukan asing melakukan aktivitas militer di negaranya. Kementrian luar negeri harus melobi secara khusus agar mereka diperkenankan menangkap Margo. Otoritas setempat memberikan ijin, namun operasi militer hanya boleh dilakukan secara diam-diam, tanpa menarik perhatian publik dan dalam waktu singkat.
"Target clear!" seru Hafid yang bertindak sebagai sniper pada atasannya.
Di tempat yang tidak terlalu jauh dari kediaman Margo, nampak Zyan, sang pemimpin operasi masih mengawasi keadaan. Rumah milik Margo jauh dari keramaian dan letaknya di atas bukit. Hal ini memudahkan mereka untuk menghabisi pria itu. Baru saja Zyan akan memberikan perintahnya, salah seorang anak buahnya datang.
"Lapor Kapten, informasi terbaru, Margo bukan hanya bertugas mencuci uang hasil korupsi. Tapi dia juga saksi penting kasus tersebut. Dia memegang buku besar aliran dana dan nama-nama orang yang terlibat di dalamnya. Kita harus menangkapnya hidup-hidup."
"Kamu yakin?"
"Yakin, Kapten. Informasi ini didapatkan tim lapangan kita dari sumber terpercaya."
"Target clear! Kita hanya punya waktu sedikit. Sebentar lagi target akan bergerak."
"Hentikan operasi! Kita harus menangkap target hidup-hidup."
"Target clear! Kita harus mengeksekusinya sekarang."
"Misi dibatalkan! Tangkap target hidup-hidup."
Perintah Zyan tidak bisa ditangkap oleh anak buahnya karena sinyal komunikasi mereka terganggu. Zyan segera keluar dari persembunyiannya. Dia berlari menuju tempat di mana anak buahnya berada. Tangannya mencoba melambai memberi tanda pada sang sniper untuk menghentikan aksinya sambil membawa walkie talkie di tangannya.
"Abort mission! Abort mission!" seru Zyan sambil terus berlari.
"Kapten, saya butuh konfirmasi. Target clear, saya akan langsung menembaknya."
"Abort mission!!"
Zyan mempercepat larinya. Alat komunikasi di tangannya sama sekali tidak berguna. Komunikasi mereka terganggu oleh sinyal. Suaranya terdengar putus-putus dan banyak sekali noise atau suara-suara mengganggu.
Sementara itu, Margo beranjak dari duduknya. Dari arah dalam rumah muncul anaknya yang baru berusia sebelas tahun. Anak laki-laki itu berlari menuju Margo. Pria itu berlutut seraya membuka tangannya, hendak menyambut anaknya. Namun tiba-tiba sebuah peluru menembus kepalanya. Sang anak yang terkejut berlari mendekati ayahnya. Lagi-lagi sebuah peluru datang dan menembus belakang kepala anak tersebut.
"Hentikan!" teriak Zyan saat berada di lokasi anak buahnya.
Pria berseragam itu menolehkan kepalanya, namun bersamaan dengan itu sebuah peluru menembus kepalanya. Pria itu ambruk di depan Zyan. Dengan cepat Zyan segera mendekati anak buahnya. Dia memberi perintah melalui walkie talkie dan ternyata sinyal mereka sudah kembali seperti semula.
"Hafid tertembak! Datangi Margo sekarang! Cepat!"
Usai memberi perintahnya, Zyan mengangkat tubuh Hafid lalu membaringkan di pangkuannya. Pria itu terus memanggil nama Hafid. Namun anak buahnya itu sudah tak bernyawa lagi.
"Hafid! Hafid!"
Kepala Zyan menoleh ke kanan dan kiri. Dia melepaskan Hafid dari pangkuannya lalu menyambar senapan runduk yang ada di dekatnya. Pria itu membidik area sekitar, mencari orang yang sudah membunuh anak buahnya. Kemudian matanya menangkap seorang pria berlari sambil membawa senapan runduk di tangannya. Jaraknya cukup jauh, sekitar empat ratus meter. Zyan segera mengokang senjatanya. Dia segera membidik pria tersebut lalu menembaknya tanpa ragu. Tubuh targetnya langsung terjatuh ke tanah.
***
Misi penangkapan Margo berubah kacau. Aksi mereka diketahui oleh kepolisian setempat. Kematian Margo dan anaknya langsung menarik perhatian. Kepolisian Malta segera memburu orang yang sudah membunuh Margo. Media massa memberitakan kematian Margo serta anaknya menjadi berita utama. Mereka menelusuri kejadian sampai akhirnya mendapatkan informasi kalau Margo adalah buronan pemerintah Indonesia.
Kondisi menjadi pelik, Indonesia dianggap melanggar perjanjian yang sudah disepakati. Keduanya memang menyepakati tidak akan ikut campur dengan urusan dalam negeri masing-masing. Ketika Margo pergi ke Malta, pria itu sudah mengubah kewarga negaraannya. Pemerintah Malta menuntut pertanggung jawaban pemerintah Indonesia karena sudah membunuh warga negaranya. Mereka langsung memburu Zyan dan anggota timnya.
Lewat bantuan Sekretaris Badan Intelijen Strategis TNI, akhirnya Zyan dan empat anak buahnya berhasil keluar dari Malta dengan selamat melalui jalur laut. Anggota TNI Angkatan Laut secara khusus menjemput mereka, tentunya secara sembunyi-sembunyi. Mereka terpaksa meninggalkan jenazah Hafid karena sudah dibawa pihak berwenang.
Sesampainya di Indonesia, Zyan dan anggota timnya langsung menjalani penyelidikan. Mereka sudah mengatakan kondisi di lapangan dan informasi yang terlambat mereka terima. Zyan dan empat anak buahnya ditahan di kesatuan dan terus menjalani pemeriksaan. Untuk menghentikan ketegangan dua negara, pemerintah menyebut kalau Hafid menaruh dendam pada Margo dan aksinya kemarin adalah aksi individual dan tidak ada sangkut pautnya dengan pemerintah Indonesia.
Beberapa kali Zyan memukul dinding di depannya. Bukan pemecatannya yang membuat pria itu marah, tapi nama baik Hafid yang dikorbankan. Sebagai agen lapangan yang merangkap sebagai agen intelijen, mereka memang sudah menandatangani perjanjian. Jika gagal melakukan misi, maka pemerintah akan menyangkal mereka dan keberadaannya tidak diakui. Namun tetap saja itu membuatnya sakit hati.
Semua anggota tim tentu saja kecewa dengan keputusan pemerintah. Diam-diam Zyan meminta salah satu koleganya di Malta untuk menyelidiki masalah yang terjadi. Jenazah, Margo, anaknya dan Hafid segera dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi. Namun jasad pria yang berhasil ditembak oleh Zyan tidak ditemukan. Pihak lawan sudah lebih dulu menyingkirkannya.
Seorang pria berseragam loreng berjalan cepat melewati koridor lalu berhenti di depan sebuah ruangan yang dijaga oleh dua orang petugas. Setelah memberi hormat, pria itu segera masuk ke dalam ruangan. Melihat kedatangan orang yang ditunggunya, Zyan segera menghampiri.
"Kapten, ada informasi dari Malta."
"Apa?"
"Peluru yang membunuh Margo, anaknya dan Hafid memiliki kesamaan. Dan peluru itu bukan yang biasa kita gunakan."
"Apa kamu yakin?"
"Yakin. Aku sudah mengirimkan file-nya ke e-mail kapten. Kalian harus berhati-hati. Situasi sedang tidak baik-baik saja. Masalah ini lebih rumit dari yang kita kira dan melibatkan banyak petinggi. Mereka sengaja menyingkirkan Margo agar keterlibatan mereka tidak terendus.
"Brengsek! Lalu bagaimana dengan Hafid?"
"Tenanglah. Dia sudah dimakamkan sesuai permintaan kapten."
"Terima kasih, Alif. Sebaiknya kamu tidak berhubungan lagi dengan kami. Entah mengapa aku merasa kami tidak akan lolos dari kasus ini. Aku tidak mau melibatkanmu."
"Tapi, Kapten."
"Ini perintah!"
"Baik, Kapten."
Pria bernama Alif itu akhirnya pergi meninggalkan ruangan. Kini hanya tinggal Zyan bersama empat orang anak buahnya yang tersisa. Situasi sekarang sangat tidak menguntungkan dan peluru akan berbalik menyerang mereka.
Dua hari lamanya mereka menunggu keputusan akan nasib ke depannya. Hingga akhirnya keputusan itu datang. Semua dipanggil ke ruangan untuk dibacakan keputusan hasil perundingan. Saat mereka tiba, di sana sudah ada Direktur B Bais, Perwira Pembantu Utama B1 sampai B4 dan Komandan Satuan Intelijen Bais. Setelah memberikan hormatnya, kelima orang itu berdiri dalam posisi istirahat sambil mendengarkan keputusan.
Apa yang terjadi di Malta dianggap sebagai kelalaian Tim Intelijen. Mereka tidak mampu menyelesaikan tugas sesuai instruksi, membuat target terbunuh dan memicu ketegangan dua negara. Kelimanya diputuskan di non-aktifkan sebagai agen intelijen sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Jabatan mereka dicopot sementara dan dibebaskan dari semua tugas.
Usai mendengar putusan, kelimanya segera meninggalkan ruangan. Dengan dikawal dua orang petugas, mereka diminta membereskan barang-barang dan mengosongkan loker mereka. Seragam, tanda pengenal dan senjata diserahkan kembali oleh mereka. Kelimanya keluar dari kantor yang selama ini menjadi tempat mereka bertugas.
"Apa rencana kalian?" tanya Zyan pada anak buahnya.
"Aku mau pulang kampung untuk sementara," jawab Deri.
"Aku juga akan pulang ke rumah orang tuaku di Magelang. Untuk sementara waktu menenangkan diri dulu di sana," sambung Yanto.
"Aku akan ke Bandung, membantu mengurus perkebunan orang tua," sahut Yunan.
"Aku tetap di Jakarta, sambil menunggu kepastian tentang status kita," pungkas Ahsan.
"Bagaimana dengan kapten?"
"Aku juga tetap di Jakarta. Aku akan terus menyelidiki soal kasus ini. Bagaimana pun juga aku harus menemukan kebenarannya. Jangan sampai kematian Hafid sia-sia."
"Aku akan membantu Kapten," seru Ahsan.
"Kalau begitu aku juga akan membantu Kapten," putus Yunan yang diikuti oleh Deri dan Yanto.
"Tidak usah. Kalian jalani saja rencana seperti semula. Biar Ahsan saja yang membantuku. Kalau aku membutuhkan bantuan, pasti akan menghubungi kalian."
"Baiklah, tapi kalian berdua harus berhati-hati."
Kepala Zyan mengangguk sambil menepuk pundak Yunan. Kelima orang tersebut memisahkan diri menuju arah berlainan. Zyan menolehkan kepalanya, melihat pada kantor yang sudah enam tahun ini menjadi naungannya.
***
Di sebuah ruangan, nampak enam orang pria tengah berunding membicarakan masalah penting. Mereka terdiri dari petinggi di pemerintahan, BIN dan Bais. Salah satu yang hadir adalah Sekretaris Bais, Mayjen TNI Gantika Gumilang. Mereka sedang membahas kejadian di Malta tempo hari. Dari hasil penyelidikan, mereka mendapat informasi kalau Zyan dan anggotanya sudah membelot. Mereka bekerja sama dengan salah satu mafia yang juga mengincar nyawa Margo. Hal ini diketahui dari peluru yang ditemukan di tubuh Margo dan anaknya berasal dari senjata yang diproduksi oleh kelompok mafia tersebut. Sementara peluru yang berada di tubuh Hafid merupakan peluru dari senjata yang digunakan. Zyan dan anak buahnya. Mereka disinyalir membunuh Hafid demi menghapus jejak keterlibatan mereka.
"Itu tidak mungkin! Informasi itu pasti salah! Aku akan menyelidiki lagi kasus ini," seru Gantika.
Namun protesan itu tidak didengarkan oleh yang lain. Namun pria itu tidak mau menyerah. Dia akan terus menyelidiki kasus ini sampai mendapatkan kebenarannya. Dia ingin membersihkan nama anak buahnya yang dirusak oleh informasi palsu. Setelah rapat berakhir, semua meninggalkan ruangan tersebut, termasuk Gantika.
Hanya tinggal seorang saja yang masih berada di dalam ruangan. Pria itu masih duduk tenang di atas kursinya. Kemudian dia menghubungi orang kepercayaannya.
"Halo.."
"Temukan Zyan dan anak buahnya lalu habisi mereka!"
***
Hai² aku kembali dengan karya baru. Jangan lupa like dan tinggalkan komen kalian ya. Jangan lupa juga klik bintang limanya. Semoga kalian suka, terima kasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
baru baca bab awal udah tegang aja Bun...
wahhh yg nembak Margo dan anaknya juga Hafiz berarti orang yg sama dan sepertinya mereka mafia sealiran Margo yg tidak mau nama2 petinggi yg terlibat pencucian uang bocor.Dan mereka meretas sinyal disana sehingga komunikasi antara Zyan dan anak buahnya kacau.
2025-02-27
5
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Sekilas baca nama Zayn, trus mikir Zayn kan polisi, kenapa jadi agen? eh ga taunya salfok Zyan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
masih awal episode, menyelam dulu biar dapet feelnya 🤭🤭🤭
2025-02-27
5
amma'na Nurul
hmm baru bab awal jantung udah gak aman,... 🧐🧐 saking penasaran,y aku sampai bolak balik ngecek tapi belum ada notif juga, yahh udah sekalian ku cari aja nama othoorr,y dan Alhamdulillah ketemu🤗
2025-02-27
2