Sovia dan Angga baru menikah beberapa Minggu, ayah Angga kemudian menikah dengan seorang wanita yang usianya sana seperti Angga. pernikahan Sovia di penuhi kebahagiaan, namun setahun setelah itu tiba-tiba banyak kejadian yang mencurigakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sofia kecewa
Angga langsung pergi tanpa mengatakan apapun, Sofia menatap sang suami yang langsung pergi tanpa berucap. Sofia dan Erna saling menatap satu sama lain, mereka tidak bersuara namun tatapan mata mereka bisa mengatakan kalau mereka benar-benar sangat kecewa.
"Iya mbak, kenapa mas Angga tiba-tiba pergi tanpa berucap sepatah kata pun? dan yang lebih parah lagi dulu kan dia selalu membenci nyonya Inggrid, tapi kenapa setelah mereka bekerja satu perusahaan mas Angga sekarang malah terlihat dekat dengan nyonya Inggrid." ucap Erna.
Sofia tidak berkata apapun, dia juga ingin mengatakan seperti yang dikatakan oleh Erna. dalam hati Sofia benar-benar merasa kecewa dengan sikap yang ditunjukkan oleh angka sekarang. namun apalah daya karena Sofia tidak bisa melakukan apapun dia masih belum bisa berjalan bahkan dia juga tidak bisa melayani Angga sebagai seorang istri.
Angga dan Inggris sudah pergi ke perusahaan menggunakan satu mobil, mereka berangkat bersama. sikap Angga kepada Inggris sekarang sudah berubah kalau dulu dia benar-benar tidak suka dengan Inggrid tapi sekarang entah mengapa Angga seolah sudah melupakan kebenciannya itu.
Di rumah Adi nampak pria tua itu berjalan ke ruang makan, dia melihat ruang makan kosong tanpa ada siapapun titik di mana tuan Adi dan nyonya Inggris tanya adik kepada Wati. "Tuan Angga sama nyonya Inggrid sudah pergi bekerja, tuan. Sedangkan kalau tuan mau tanya nyonya Sofia, nyonya Sofia sudah ada di kebun bersama dengan Erna." jawab Wati.
"Ya sudah panggil Sofia kemari, biar dia makan bersamaku." pinta Adi.
Wati akhirnya pergi ke kebun belakang rumah untuk memanggil Sofia seperti yang diminta oleh Adi. Erna mendorong kursi roda Sofia dan membawanya ke ruang makan, di sana Adi sudah menunggu Sofia. "Kamu sudah makan Sofia?" tanya Adi.
"Belum Ayah." jawab Sofia.
"Ya sudah, ayo kita makan bersama. Ayah ingin ditemani seseorang." kata Adi.
Sofia makan bersama dengan ayah mertuanya, tak ada suara yang keluar dari mulut Adi ataupun Sofia. Walaupun Adi berusaha untuk mengajak bicara Sofia, namun Sofia hanya mengangguk atau menggelengkan kepalanya.
"Sofia sering-seringlah berbincang-bincang dengan ayah, ayah benar-benar sangat kesepian. Kamu tahu kan semenjak ibumu bekerja di perusahaan dia tidak ada waktu untuk berbicara denganku." ucap Adi.
Sofia yang hendak mengunyah makanan itu dia nampak terdiam, ternyata Ayah mertuanya dan dia nasibnya sama saja. "Ya tidak mungkin Ayah, Ayah tau sendiri kan aku ini tidak bisa jalan, kalau naik ke lantai 2 bagaimana caranya?" Sofia yang melihat ayah mertuanya nampak sedikit murung. Dia berusaha untuk mencairkan suasana, mendengar pembicara perkataan Sofia Adi nampak tersenyum.
Entah mengapa terkadang Adi lupa kalau Sofia tidak bisa berjalan, padahal dulu Adi selalu bermanja kepada menantunya itu, jika dia ingin makan sesuatu pasti Adi menelpon Sofia dan memintanya untuk membuatkan makanan kesukaannya.
"Sebenarnya ayah rindu dengan masakan yang dulu kamu masakan buat ayah, dulu kamu sering membuatkan ayah makanan yang biasa di masakan oleh mendiang istriku. Masakan yang kamu buat rasanya begitu sama." kata Adi.
Sofia tidak ingin Ayah mertuanya juga ikut merasakan kegetiran, dia berusaha untuk sebisa mungkin membuat Ayah mertuanya kondisinya lebih baik karena menurut dokter akhir-akhir ini Adi sering sakit-sakitan.
"Ya sudah kalau begitu Ayah pergi ke kebun belakang, kita bincang-bincang sama si mbok dan Erna, biasanya kalau aku sedih mereka berdua yang selalu bersamaku ayah." jawab Sofia.
Sofia merasakan ada seseorang yang bisa memperhatikannya, walaupun Adi sering sakit-sakitan entah mengapa semenjak menikah. Sering sekali Adi sakit bahkan dia sering keluar masuk rumah sakit. Hari ini Angga menelepon Sofia, dia bilang dia akan pergi bekerja di luar kota untuk beberapa hari. Kabar mendadak itu membuat Sofia memikirkan sesuatu yang jelek, entah mengapa Sofia berpikir apakah mungkin suaminya sedang berselingkuh atau dia benar-benar bekerja. Pemikiran Sofia mulai berputar, dia berusaha untuk menenangkan hatinya, tapi bagaimanapun Sofia tidak bisa.
Malam itu Angga dan Inggrid pergi ke Bandung untuk bertamu salah satu klien, di salah satu villa di puncak mereka berdua sedang membahas beberapa bisnis.
"Kalian ini pasangan yang begitu sempurna, satu nyata cantik satunya tampan. Kalian ini membuat kami iri." ucap salah satu pengusaha.
Mendengar itu Inggrid nampak tersenyum, dia begitu senang ketika banyak pengusaha mengira kalau dia adalah istri dari Angga. "Maaf tuan kemal, dia bukan istri saya, dia dan saya hanyalah sebatas karyawan perusahaan." sangga Angga.
"Benarkah? aku kira kalian itu pasangan, apalagi yang aku dengar kamu sudah punya istri, jadi aku kira Inggris ini istrimu." ucap salah satu pengusaha kembali.
Inggrid tersenyum pahit ketika Angga menyangkal kalau dirinya adalah istrinya, karena memang betul dia bukan istrinya melainkan ibu tirinya. "Ya ampun pria ini benar-benar sangat menjengkelkan, harusnya dia mengiyakan saja apa perkataan mereka. Kan lebih baik aku normal dan sempurna daripada istrinya yang cacat itu, kalau dia mau mengajaknya ke pesta atau kemanapun apa tidak memalukan." gumam Inggrid dalam hati yang kemudian meminum segelas jus apel yang ada di mejanya.
"Baiklah kalau begitu, besok kita lanjutkan pembicaraan mengenai beberapa proyek perusahaan. Kalian silakan beristirahat dahulu karena saya juga harus beristirahat." ucap kemal yang kemudian meninggalkan Inggrid dan Angga.
Setelah itu Angga pergi menuju kamarnya, sedangkan Ingrid malah dia berjalan mengikuti Angga.
"Angga." panggil Inggrid.
Angga menghentikan langkah kakinya, menatap ibu tirinya yang dari tadi terus mengikutinya. "Ada apa?" jawab Angga.
"Kamu mau ke mana?" tanya Inggrid.
"Tentu saja aku mau ke kamar, aku mau " menelpon istriku." kata Angga.
"Kenapa harus ditelepon? biarkan saja, kan tadi kamu sudah bilang ke dia kalau kamu sedang keluar, jadi ngapain juga harus telepon dia lagi?" tanya Inggris.
"Memangnya kamu mau apa?" tanya Angga.
"Aku lapar, ayo kita cari makan. Kamu tahu kan pekerjaan ini menguras otak dan tenaga, Jadi aku mau kamu mengajakku jalan-jalan keluar tempat ini." jawab Inggrid.
Sebenarnya Angga memang juga lapar, mau tidak mau dia mengurungkan niatnya untuk menelepon Sofia malah dia keluar bersama Inggrid. Mereka berjalan-jalan di sekitar villa tempat mereka mencari makanan sebagai pengganjal perut, karena tadi Angga memang belum makan apapun. Ketika Angga dan Sofia pergi ke suatu tempat, secara diam-diam Inggrid memotret kebersamaan mereka.
Wanita licik itu memang sengaja melakukannya, karena dia ingin mengunggah di sosial media mengenai kebersamaannya dengan Angga. "Setelah pria tua bangka itu mati aku akan melanjutkan hidupku bersama Angga, lihat saja aku akan bahagia aku akan menjadi istri dari pengusaha Angga Wijaya." gumam Inggrid dalam hati yang kemudian menarik tangan Angga dan bermanja padanya.
Angga yang mendapatkan perlakuan itu nampak dia sedikit risih, dia menarik tangannya kemudian memasukkan ke saku celananya. Sedangkan Inggrid dia terus menempel seperti lem prangko kepada Angga.
"Bisakah kamu berjalan sendiri?"
"Tidak bisa." jawab Inggrid.
"Bisakah kamu menjaga jarak denganku? kalau seperti ini terus mereka kira kamu itu istriku." kata Angga.
"Ya biarin saja, memangnya kenapa kamu malu punya istri aku? kan aku lebih cantik dan aku ini lebih sempurna daripada si cacat Sofia itu." ujar Inggrid.
*Bersambung*
terima kasih atas dukungannya semoga kalian senang dengan novelku ini. jangan lupa baca novelku yang lain.
*istri barbar bos mafia*
*My sugar Daddy.
*Sugar baby tuan muda lumpuh*