Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick, .
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Frederic, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrik.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpihak
"Nah! Karena itu kita akan menjadi teman selama-lamanya. Kamu harus berjanji, apapun yang terjadi tidak akan melukaiku. Harus janji!" Grisela tersenyum, menghindari takdir kematian adalah tujuannya. Tinggal dengan villain? Tentu saja sudah pasti pria ini yang akan membunuhnya, walaupun tidak tertulis jelas di novel, tentang apa dan siapa yang membunuh Grisela.
"Tidak mungkin aku yang akan mati dapat melukaimu." Killian menghela napas, mengaitkan kelingking nya, mengecap stempel janji menggunakan jari jempol.
"Kenapa kamu yakin akan mati?" Grisela menghela napas kasar, sama sekali tidak terlihat anak kurus ini ketika dewasa nanti, akan menghancurkan seluruh kekaisaran.
"Karena... bukankah hidup menyakitkan?" Tanya Killian berusaha tersenyum."Bagaimana seperti burung yang tidak punya sayap untuk terbang."
"Apa dokter keluarga mengatakannya?" Tanya Grisela lagi.
Tidak ada jawaban, tapi memang samar Grisela mendengar percakapan, Killian akan mati sebelum mencapai usia dewasa. Rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh karena tidak bisa mengendalikan mana yang terlalu besar.
"Ka... kalau mati bukankah tidak akan terasa sakit lagi?" Tanya Killian padanya.
"Memang, tapi tidak ada yang menjamin surga dan neraka itu ada. Jika tidak ada maka kematian hanya kegelapan bukan? Sendirian tidak dapat bicara dengan siapapun. Kamu berani?" Grisela bertanya balik.
Dengan cepat anak laki-laki itu menggeleng. Kemudian kembali berbaring dengan posisi tangan dan kaki terentang, menatap ke arah langit-langit kamar.
Bruk!
Grisela ikut berbaring dengan posisi tengkurap di samping Killian. Wajah menghadap kasur, kemudian kembali menoleh ke arah Killian.
"Mau bermain di luar?" Tanya Grisela.
"Apa boleh?" Killian bertanya antusias.
"Tentu saja, jika diam-diam." Grisela terkekeh.
***
Teh hangat berada di ruangan, sementara jendela terbuka. Mungkin pelayan mengira kedua anak ini menikmati tea time berdua dalam ruangan.
Padahal aslinya? Killian berlari, menggunakan pakaian tebal. Napasnya tersengal-sengal, melempar bola salju ke arah Grisela.
Bug!
Anak perempuan itu terjatuh, diselingi dengan tawa Killian. Tapi, ada yang aneh, Grisela tidak bangkit sama sekali. Dengan cepat Killian bergerak mendekat. Mengguncang-guncang tubuhnya merasa cemas.
"Grisela! Bangun!" Ucapnya bingung harus bagaimana.
Grisela membuka matanya, kemudian tertawa, menjatuhkan Killian sekali gerakan, membuat mereka berdua berbaring di atas salju.
Udara begitu dingin menusuk saat itu. Dua orang anak yang tertawa, tidak tau apa yang akan terjadi setelahnya.
"Kita lomba membuat boneka salju." Killian berlari, melakukan hal yang selama ini tidak dapat dilakukannya.
Sepasang boneka salju dengan hidung yang terbuat dari wortel. Mungkin ini akan menjadi kenangan yang indah bukan.
"Killian, bagaimana jika kita buat topinya dari---" Kalimat Grisela terhenti, menatap Killian yang berbaring di atas salju."Pasti membalas leluconku." Gumamnya.
Grisela melangkah mendekat, namun ada yang aneh. Napas Killian tidak teratur, tubuhnya dingin, tapi bukan udara dingin yang biasa. Seperti es?
"Sakit..." Tangisan Killian terdengar samar.
"Dimana yang sakit?" Tanya Grisela panik.
Tidak ada jawaban anak laki-laki itu bahkan kesulitan untuk kembali menangis, akibat menahan rasa sakitnya.
Berlari memanggil pelayan, mengira tidak akan seburuk ini. Air mata Grisela mengalir, Killian tidak seburuk yang dirinya kira. Apa dia akan mati? Bagaimana jika Killian mati?
***
Ledakan mana, itulah yang terjadi. Grisela hanya dapat melihat dari luar, beberapa pendeta menggunakan kekuatan sucinya. Tapi gerakan energi di sekitar Killian benar-benar tidak terkontrol. Udara dingin berputar di sekelilingnya yang telah dipindahkan ke tempat tidur.
"Sakit..." Jeritan tangisan anak laki-laki itu kembali terdengar. Samar Grisela melihatnya dari celah pintu kamar yang terbuka. Mata merah yang begitu cantik itu mengeluarkan darah, menatap padanya. Anak laki-laki yang berusaha mengangkat tangannya. Seakan berkata agar Grisela berada di sampingnya.
"Lebih baik dia mati..." Gumam Duchess Matilda Frederick, lebih tepatnya Duchess saat ini, selaku ibu tiri Killian. Mengingat Duchess sebelumnya yang merupakan ibu kandung Killian telah tiada.
Grisela membulatkan matanya, tangannya gemetar. Matilda, tersenyum mengusap pucuk kepala Grisela."Grisela sayang, kamu tidak salah. Sering-seringlah bermain di luar dengan Killian..."
Napas Grisela tidak teratur. Jadi berbeda dari rumor jika Duchess Matilda Frederic menyayangi Killian? Apa tanpa sengaja dirinya menjadi tangan yang membunuh anak ini.
Grisela menepis tangan Matilda, memasuki kamar walaupun dihalangi. Dirinya berdiri di samping Killian yang tengah berbaring. Tidak peduli hawa dingin di sekitarnya. Memegang jemari tangan Killian.
Anak laki-laki dengan wajah pucat pasi, darah masih mengalir melalui matanya."Terimakasih sudah menemaniku. Kenangan yang indah..."
"Kamu takut dengan kematian kan? Berjuanglah aku mohon, kita adalah teman! Saat musim semi nanti, kita akan kembali bermain bersama. Ti... tidak berbaring di atas salju. Tapi berbaring di atas rumput." Grisela meneteskan air matanya. Dirinya menjadi penyebab kematian anak ini? Apa akan begitu?
"Nona...nona harus---" Kalimat sang pelayan yang hendak menarik Grisela disela.
"Biarkan saja." Seorang pendeta yang tersenyum ke arahnya. Merasakan ledakan mana, perlahan dapat dikendalikan oleh tubuh. Perubahan fisik, kondisi emosional, segalanya dapat menjadi penyebabnya. Tapi satu yang pasti, aliran mana anak ini yang kacau, perlahan lebih terarah.
***
Pendeta dan dokter telah pergi. Hanya Grisela dan seorang pelayan yang masih berada di dalam ruangan. Menatap ke arah wajah Kilian yang tertidur lelap.
"Apa ini sering terjadi?" Tanya Grisela.
"Aku mendapatkan informasi dari beberapa pelayan. Duke muda (Killian) memang sering mengalami ledakan mana. Karena itu, tubuhnya semakin hari semakin lemah. Sebaiknya nona mengatakan ini pada tuan Count Nicolas (ayah Grisela). Jika seperti ini Duke muda mungkin tidak dapat melewati usia dewasa." Pelayan pribadi bernama Ana itu menunduk. Pelayan pribadi yang memang mengikuti Grisela dari kediaman Count."Sebaiknya nona kembali ke kediaman Count di selatan."
"Ana, tau hal yang paling aku benci?" Tanya anak kecil berwajah manis itu tersenyum.
Tidak ada jawaban dari Ana. Hanya pelayan ini yang mengetahui sifat asli dari nonanya yang berusia 9 tahun. Terlihat manis dari luar, tapi tajam dan berbahaya di dalam.
"Aku membenci ular yang menganggap dirinya lebih hebat daripada aku." Jawaban Grisela, menbuat Ana hanya dapat menghela napas. Ini sudah pasti, tugas dari nonanya lagi.
"Nona berencana tinggal di tempat ini? Nona menyukai Duke muda?" Tanya Ana.
"Aku tidak mungkin menyukai bocah!" Teriak seorang bocah, menunjuk-nunjuk ke arah Killian yang tengah tertidur.
"Nona sediri bocah." Sang pelayan kurang ajar itu mengangkat salah satu alisnya.
"A... aku bukan bocah. Soal tipe, aku menyukai pria yang posesif, terkadang begitu manis, ukuran otot-ototnya harus pas. Ditambah dengan---" Kalimat Grisela disela.
"Nona, itu hal yang tidak pantas diucapkan anak berusia 9 tahun. Jaga martabatmu." Ucap Ana tersenyum.
Benar-benar! Terkadang pelayannya begitu menyebalkan. Tapi hanya orang ini yang dapat dipercaya olehnya. Matanya menatap ke Killian, dirinya tidak dapat membunuh Killian. Jadi mungkin jika melindunginya, suatu hari nanti ketika saatnya tiba, Killian tidak akan membunuhnya.
Wajah Grisela tersenyum."Ana, cek makanan apa saja yang biasa dikonsumsi Duke muda (Killian). Mari kita bermain dengan Duchess..."
makanya killian menghancurkan istana kerajaan.
lugunya annete sampai tdk mengetahui adiknya sendiri serakah sejak kecil dari pertama muncul digubuk bertemu grisella dan killian