NovelToon NovelToon
Pacarku Seorang Idola

Pacarku Seorang Idola

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / BTS
Popularitas:543
Nilai: 5
Nama Author: Lilis Kim

Na Jasmine tidak pernah menyangka jika dirinya yang seorang pengantar ayam goreng bisa menjadi pacar dan begitu dicintai oleh seorang Kim Taehyung, member boy group terkenal yang mendunia. Cobaan pun datang menghantam kisah cinta mereka saat mantan kekasih Taehyung yang merupakan aktris terkenal, mengacau cinta romantis keduanya. bagaimana kelanjutan kisah cinta dari dua insan berbeda dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilis Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Accident

Hari ini dengan sangat terburu-buru, Jasmine mengayuh sepedanya menuju restoran chiken family. Ia harus absen di jam satu lewat empat lima, sedangkan sekarang waktu menujukan pukul satu tiga puluh lima.

Semalam Jasmine tidur jam dua karena keasyikan mengobrol dengan Kim Taehyung via telepon, sedangkan di jam lima, ia harus melakukan pekerjaan sampingannya menjadi pengantar susu. Karena hanya tidur sebanyak tiga jam, Jasmine memutuskan untuk tidur di jam sepuluh. Niat hati ia hanya tidur sejam. Namun, ia malah tidur selama kurang lebih 3 jam.

Jalanan yang sepi membuat Jasmine menyebrang tanpa melihat kanan dan kiri. Naas. Belum juga sampai disebrang, sebuah mobil datang dari arah kiri. Karena pengendara mobil tidak dapat mengerem sepenuhnya, Jasmine pun terpental sehingga menyebabkan luka lecet cukup besar di paha kanan bagian samping serta lengan dan sikutnya karena bergesek dengan aspal. Pelak sepeda bagian depan Jasmine bengkok.

Seorang pemuda berusia dua puluhan keatas, keluar dari mobil dan menghampiri jasmine. "Kenapa nyebrang gak lihat kanan kiri?" Pria itu membimbing Jasmine berdiri.

"Maaf, Mas, saya buru-buru," ujar Jasmine sambil menahan perih.

"Iya, sih buru-buru, tapi pikirin keselamatan jugalah. Untung saya masih sempat ngerem. coba aja enggak, kamu bisa saja mati," ujar pria itu frontal tanpa filter.

"Sekali lagi saya minta maaf." Jasmine sangat merasa tidak enak.

Lelaki itu menghela napas. "Ya udah lah, ayo, sekarang kita kerumah sakit buat ngobatin luka kamu," ujarnya datar.

"Gak usah, Mas, saya gak apa-apa kok."

Lelaki itu mengerutkan keningnya. "Gak apa-apa gimana? Parah itu lukanya." Terdengar kekesalan di suaranya.

"Tapi saya takut terlambat kerja."

Lelaki itu mendengkus dingin. "Memangnya, masih bisa kerja dengan kondisi seperti itu?" Jasmine hanya diam, sebenarnya lukanya sedang nyut-nyutan hebat saat ini.

"Gini aja, setelah dari rumah sakit saya akan mengantarmu ke tempat kerja, lalu menjelaskan tentang kecelakaan ini kepada atasanmu, bagaimana?"

Jasmine mengangguk setuju. Lalu dengan bantuan lelaki itu, ia berjalan ke mobil. Ketika di dalam mobil gadis itu teringat akan sepedanya yang bentuknya terlihat seperti barang layak buang.

"Tunggu dulu, Mas," ujar Jasmine ketika lelaki itu menghidupkan mesin mobil.

"Kenapa?" Dia menatap Jasmine malas.

"Sebentar, ya, Mas, saya mau menitipkan sepeda saya." Ketika Jasmine hendak membuka pintu, lelaki itu menahannya.

"Kamu disini saja, biar saya yang menitipkan sepedamu." Lelaki itu turun dari mobil dengan ekspresi wajah yang datar.

Dari dalam mobil, Jasmine memperhatikan langkah lelaki itu. Jujur saja Jasmine merasa sangat bersalah. Cara bicara dan ekspresi lelaki itu seolah mengatakan kalau Jasmine merepotkan.

"Maaf, ya, Mas ngerepotin," kata Jasmine setelah lelaki itu kembali ke mobil dan memasang sabuk pengaman.

"Hem." Jawaban singkat, ditambah exspresi yang sangat datar membuat Jasmine menjadi sebal sendiri. lalu lelaki itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. Tidak lama sang pengendara masuk ke halaman rumah sakit yang cukup besar.

"Apa tidak berlebihan?" ujar Jasmine saat lelaki itu memarkirkan mobilnya, "di klinik juga gak apa kok, Mas."

"Gak apa-apa. Toh udah terlanjur kesini kan?" Lelaki itu mengambil kemeja flanel di jok belakang. "Pakai ini, buat nutupin paha kamu." Ia memberikan kemeja tersebut kepada Jasmine. Gadis itu pun langsung mengikat kemeja itu di pinggangnya, dengan posisi yang dapat menutupi pahanya yang terluka dan terekspos.

Lelaki itu keluar dan mengitari mobil. Ia membukakan pintu untuk Jasmine. Mendapatkan perlakuan seperti itu Jasmine agak tersanjung sekaligus canggung.

"Ma-makasih, Mas," katanya setelah berhasil turun dari mobil dengan bantuan lelaki itu.

"Hem." Lelaki itu kembali menutup pintu mobil. "Masih bisa jalan?" tanya lelaki itu perhatian.

"Pelan pelan aja sih bisa."

"Oh oke, kalau gitu biar saya bantu bopong." Lelaki itu menawarkan diri.

Jasmine menolak tawaran lelaki itu. Keduanya pun berjalan beriringan menuju pintu masuk rumah sakit. Karena jalannya yang jadi lambat, Jasmine melirik lelaki itu untuk melihat apakah lelaki itu kesal karena harus berjalan pelan. Namun, ekspresi lelaki itu hanya datar. Mungkin ekspresi datarnya, sudah bawaan pabrik, pikir Jasmine.

Sesampainya di dalam rumah sakit, lelaki itu langsung menghampiri perawat yang bertugas menerima pasien. Lelaki itu menanyakan nama Jasmine untuk mendaftar sebagai pasien. Setelahnya, bersama seorang perawat, ia diajak ke ruangan dokter.

Lelaki itu menunggu di luar ruangan tempat Jasmine masuk tadi. Tidak lama Jasmine keluar. Gadis itu membawa sebuah kertas berisi resep obat yang nantinya akan ditebus di apotek rumah sakit.

"Sudah selesai?"

"Iya."

"Di apain aja tadi?"

"Dibersihkan aja, sih, lukanya, sama disuntik."

Lelaki itu mengangguk paham. "Itu resep obat?" tanyanya melihat kertas yang cukup tebal ditangan Jasmine.

"Iya, Mas.'

"Sini biar saya lihat resepnya."

Setelah Jasmine memberikan resep obat tersebut, lelaki tersebut langsung bangkit dari duduknya. "Kamu duduk aja, saya mau Nebus obat dulu." Sebelum lelaki itu beranjak, Jasmine menahan langkahnya.

"Biar saya saja Mas yang nebus obatnya ke apotek. Saya punya uang kok."

"Gak apa-apa, ini juga bagian dari tanggung jawab saya," ujarnya lelaki itu datar.

"Tapi, sepertinya obat di rumah sakit ini mahal-mahal. didekat rumah saya ada kok, apotek yang murah, antibiotik nya cuma sepuluh ribu," bisik Jasmine.

Lelaki itu mengerutkan keningnya, kemudian membaca isi kertas itu. Ia tidak bisa membaca tulisan itu. "Kamu bisa baca tulisan dokter?" Mungkin saja Jasmine seorang apoteker, pikir lelaki itu.

Jasmine mendengkus kecil. "Mana bisa, sih, Mas. Yang bisa baca kan cuma apoteker dan suster."

Lelaki itu mendadak kesal. "Ya saya juga tau," katanya kesal, "tapi kenapa kamu bisa bilang antibiotik?"

"Karena antibiotik bisa meredakan nyeri habis kecelakaan, Mas," jawab Jasmine.

"Tau dari mana?"

"Dulu, waktu saya kecelakaan dokter di desa saya dulu menyuruh untuk membeli antibiotik di apotek. Katanya itu bisa mengatasi rasa sakit akibat kecelakaan," jawab Jasmine antusias.

Keantusiasan Jasmine membuat lelaki itu tergoda untuk menjahili gadis itu. "Memangnya dokter itu gak punya antibiotik, sampai nyuruh kamu beli antibiotik di apotek?"

"Antibiotik dokter itu habis katanya," ujar Jasmine polos.

"Kenapa bisa habis?"

"Pasti karena pasien lainlah."

"Memangnya pasiennya ada berapa?"

"Man–" Jasmine tersadar jika dirinya kini tengah dijahili oleh lelaki di depannya itu. "Mas menjahili saya, ya?" tanyanya sebal. Jasmine menggembungkan pipinya hingga membuatnya tampak menggemaskan.

Lelaki itu terkekeh kecil. "Sorry, sorry," katanya, "Yaudah. kamu duduk aja! Gak masalah obat nya mahal. Yang penting ini adalah tanggung jawab saya." Ia masih menyisakan kekehan di suarakannya.

"Tap.."

Lelaki itu meletakan jari telunjuk di depan bibirnya. "Diam dan duduk saja okey!" ujarnya yang kini memasang wajah serius nan dingin. Lelaki itu pergi meninggalkan Jasmine yang duduk.

Cukup lama, akhirnya lelaki itu kembali dengan membawa plastik yang berisi obat. Ia memberikan plastik berisi obat itu kepada Jasmine.

"Berapa harga semua obatnya, Mas?" tanya Jasmine ingin tau.

Lelaki itu merogoh telpon di sakunya."Gak perlu tau," ujarnya, "obatnya mahal." Ia menelfon seseorang. Jasmine menahan kesal karena merasa diremehkan.

"Hallo, Hyung, kau bisa ke rumah sakit universitas hankuk gak? ujar lelaki itu saat teleponnya tersambung.

"Kenapa kau bisa ada di sana?" jawab seseorang dari dalam telepon.

"Aku nggak sengaja menabrak seseorang. kau bisa urusin ini buatku, kan?" ujarnya.

"Ah, aku ini ada-ada saja. Ya sudah, aku on the way kesana."

"Oke, kutunggu, ya." Setelah mematikan sambungan teleponnya lelaki memandang Jasmine. "Saya tadi bicara sama manager saya. Kamu bisa hubungin saya lewat beliau jika terjadi masalah di kemudian hari dengan luka kamu."

"Lukanya juga nggak terlalu parah, kok, Mas," ujar Jasmine.

"Ya siapa tau aja."

Jasmine mengangguk.

Setelahnya mereka saling diam sambil menunggu manejernya, lelaki itu memainkan ponselnya. Melihat hal itu Jasmine teringat akan ponselnya. Akankah benda itu masih baik-baik saja? Saat mengambil ponsel, ia bernapas lega karena ponselnya masih baik-baik saja.

Tidak lama menejer lelaki itu datang. Ketika menyadari kedatangan lelaki berusia 30an itu, Jasmine berhenti bermain ponsel.

Sang menejer langsung memarahi lelaki yang menabrak Jasmine itu. "Bisa-bisanya kau menabrak orang. Kalau media sampai tahu, bisa habis kau!" Kemudian lelaki itu memandang Jasmine. Ia tersenyum sopan.

Ketika Jasmine hendak berdiri, menejer lelaki itu langsung melarang. "Atas nama Yoongi saya minta maaf."

Jasmine tersenyum kecil. "Sebenarnya ini salah saya yang tidak melihat kanan kiri."

Menejer itu terkekeh kecil. "Tidak masalahlah itu," katanya, "Oh, ya, apa Nona berencana untuk menceritakan ini ke media sosial?"

"Tentu saja tidak."

Sang menejer menghela napas lega. "syukurlah kalau begitu.

*boy with luv*

1
Itha Fitra
kebanyakan nama,jd bingung 😕
Itha Fitra
orng ganteng mah bebas,walau blm mandi
Itha Fitra
mn visual taehyung n Jungkook
Lilies suryani: nanti. /Smile/
total 1 replies
Rania Venus Aurora
halo bininya taehyung
Lilies suryani: halo juga, kakak ipar.
Lilies suryani: halo juga, kakak ipar.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!