Di balik nama Alysa Kirana Putri, tersembunyi tiga kepribadian yang mencerminkan luka dan pencariannya akan kebebasan. Siapakah "Putri," anak ceria yang selalu tersenyum, namun menyembunyikan ribuan cerita tak terucapkan? Apa yang disembunyikan "Kirana," sosok pemberontak yang melawan bukan untuk menang, tetapi untuk bertahan dari tekanan? Dan bagaimana "Alysa," jiwa yang diam, berjalan dalam bayang-bayang dan bisu menghadapi dunia yang tak pernah memberinya ruang?
Ketika tuntutan orang tua, perundungan, dan trauma menguasai hidupnya, Alysa menghadapi teka-teki terbesar: apakah ia mampu keluar dari kepompong harapan dan luka menjadi kupu-kupu yang bebas? Atau akankah ia tetap terjebak dalam tekanan yang terus menjeratnya? Semua jawabannya tersembunyi dalam jejak langkah hidupnya, di antara tiga kepribadian yang saling bertaut namun tak pernah menyatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garni Bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam yang mencekik
Aku sudah dirumah, tubuhku terlalu lelah untuk bergerak, pikiranku terlalu penuh untuk berpikir jernih. Aku berjalan melewati ruang tamu tanpa bicara, langsung menuju kamar dan mengunci pintu.
Sakit kepala ini semakin menusuk.
Aku melempar tas ke lantai, lalu menjatuhkan diri ke kasur. Napasku berat, dadaku terasa sesak. Aku ingin tidur, ingin istirahat, ingin menghilang sejenak dari semua ini.
Aku memasang earphone, membiarkan musik memenuhi kepalaku. Suara penyanyi yang biasanya menenangkan kini hanya terdengar seperti gema yang jauh. Aku menatap langit-langit kamar, tapi yang kulihat hanyalah bayangan kejadian hari ini.
Tawa mereka.
Sorakan yang menyebut namaku dan Alif.
Aku menggigit bibir, mencoba menekan perasaan yang tiba-tiba naik ke permukaan.
Kenapa ini tidak pernah berhenti?
Kenapa aku harus selalu jadi bahan tertawaan?
Kenapa aku tidak bisa tenang, bahkan untuk satu hari saja?
Aku menarik napas dalam, tapi udara terasa terlalu berat. Tanganku gemetar. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya, seakan ingin keluar dari dadaku.
Aku mencoba duduk, tapi tubuhku menolak.
Aku mencoba bernapas lebih dalam, tapi dada ini semakin sesak.
Tiba-tiba, aku merasa tenggelam.
...
Di tengah kepanikanku, ponselku bergetar.
Aku tidak langsung melihatnya. Tanganku masih gemetar, pikiranku masih kabur. Butuh beberapa detik sebelum akhirnya aku meraihnya dan menatap layar.
Dua pesan masuk.
Dari nomor tak dikenal.
[Nomor Tidak Dikenal]
"Sayang"
"Aku tau kamu gak salah, jadi jangan khawatir lagi okey.."
Anda
"Jangan panggil-panggil saya sayang!"
"Anda itu siapa sebenarnya?"
"Mau anda apa hah!"
Darahku membeku.
Satu pesan lagi.
Alif
"Alysa, aku minta maaf. Tapi tolong selamatin aku! Setelah itu aku janji gak akan aku ganggu kamu lagi."
Aku mengerutkan kening. Jari-jariku masih gemetar saat aku membuka chat Alif.
Alif
"Gue gak tahu ini siapa, tapi dia dateng ke rumah aku!"
"Dia matiin putus aliran listrik dirumah. Dia tahu aku sendirian."
"Dia ngetik ini di chat: Jangan ganggu pacar gue, atau lo bakal tahu akibatnya."
Aku duduk tegak, rasa sesak di dadaku semakin dalam.
"Siapa pacar lo?" aku membaca pesan Alif.
Dan kemudian ada satu jawaban dari orang itu.
[Nomor tak dikenal]
"Alysa."
Aku merasakan dingin menjalar ke seluruh tubuhku.
Jari-jariku membeku di atas layar.
Aku tidak bisa bernapas.
Aku tidak tahu siapa dia.
Aku tidak tahu kenapa dia melakukan ini.
Tapi satu hal yang pasti-
Dia tidak hanya memperhatikanku.
Dia juga mengancam orang-orang di sekitarku.
Dan itu berarti, ini belum berakhir.
Aku langsung memblokir nomor Alif dan nomor tak dikenal itu.
...
Tanganku masih gemetar saat kutekan tombol blokir.
Pertama untuk nomor tak dikenal itu.
Lalu untuk Alif.
Aku tidak peduli. Aku tidak ingin tahu apa yang terjadi padanya. Aku hanya ingin semua ini berhenti.
Tapi meskipun aku sudah memblokir mereka, rasa takut itu tidak pergi.
Siapa dia?
Kenapa dia begitu yakin bahwa aku miliknya?
Aku menggigit bibir, menekan perasaan takut yang semakin besar. Tidak, aku tidak boleh tenggelam dalam pikiran ini. Aku harus tidur. Aku harus istirahat.
Aku memejamkan mata.
Tapi rasa sesak di dadaku tidak hilang.
...
Ketika aku bangun, tubuhku masih terasa berat. Demamku belum sepenuhnya turun, dan kepalaku masih berdenyut pelan.
Aku menatap ponselku. Tidak ada pesan baru.
Untuk sesaat, aku merasa lega.
Tapi perasaan itu tidak bertahan lama.
Saat aku membuka kunci layar, ada satu notifikasi yang membuat jantungku hampir berhenti.
[1 permintaan pesan dari nomor tidak dikenal]
Aku menelan ludah.
Tanganku gemetar saat aku menekan ikon chat itu.
[Nomor Tidak Dikenal]
"Sayang,"
"Kenapa nomor aku kamu blokir!"
Aku langsung menutup chat itu.
Dadaku terasa sesak lagi.
Aku sudah memblokirnya semalam. Kenapa dia masih bisa menghubungiku?
Apakah dia menggunakan nomor baru?
Apakah dia... seseorang yang kukenal?
Aku ingin menangis.
Aku ingin berteriak.
Tapi yang bisa kulakukan hanya duduk diam, menatap layar ponsel yang kini terasa seperti bom waktu.
Aku sadar satu hal.
Aku bisa memblokirnya berkali-kali.
Tapi dia tidak akan berhenti.
Dan yap, dia terus-terusan mengganti dengan nomor baru.
Bahkan beberapa kali juga mencoba untuk berpura-pura menjadi seakan orang yang berbeda.