Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 33 - Jangan Berbohong!
Gilang sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar. Melihat sosok Gilang, membuat Naomi seketika tertunduk. Ia tidak berani beradu tatap dengan mata Gilang yang kini fokus menatap wajahnya.
Gilang segera memasang kain sarung ke tubuhnya tanpa suara. Ia tak melepaskan pandangan dari wajah Naomi seraya memasang kain sarung.
“Ayo!” Ajak Gilang setelah selesai dengan aktivitasnya.
Naomi mengangguk. Tapi tetap tak mengalihkan pandangan dari sejadah yang saat ini ia tatap. Gilang dibuat heran melihatnya. Kenapa juga Naomi seperti orang ketakutan setiap kali melihat kedua bola matanya.
Sholat berjemaah keduanya pun dimulai. Perasaan Naomi terasa tenang dan nyaman melaksanakan sholat berjemaah dengan suaminya. Tidak Naomi sangka kalau bacaan sholat Gilang semakin fasih saja dan nyaman didengar telinga.
Lima belas menit berlalu, keduanya sudah selesai melaksanakan sholat dan berdoa bersama. Gilang yang kini duduk di depan Naomi mengulurkan tangannya pada Naomi.
Deg
Jantung Naomi berdebar tak karuan menerima uluran tangan Gilang. Untuk pertama kalinya mereka bersalaman dengan kondisi yang sangat nyaman.
“Lain kali tatap mata suamimu kalau sedang bicara.” Kata Gilang saat tangannya terlepas.
Naomi hanya menatap wajah pria itu dengan dahi mengkerut. Dia tidak berniat menjawab perkataan Gilang barusan.
Setelah Gilang menanggalkan sarung dari tubuhnya, Naomi segera merapikan perlengkapan sholat dan tak lupa mengenakan hijabnya. Gilang hanya memperhatikan pergerakan Naomi lewat sudut matanya. Lagi-lagi dia dibuat heran melihat Naomi yang selalu memakai hijab saat berada di dekatnya.
“Kenapa dia datang ke sini segala sih. Aku jadi gak nyaman gini berada dekat dengannya!” Naomi menggerutu dalam hati sembari melirik Gilang yang sedang fokus memainkan ponsel di tangannya.
Karena lidahnya sudah gatal ingin bersuara, membuat Naomi menyuarakan isi hatinya pada Gilang. “Kenapa kamu datang ke sini? Apa maksud kedatangan kamu ke sini? Bukannya biasanya kamu lebih banyak menghabiskan waktu bersama adikmu itu. Seharusnya kan tadi kamu mengantarkannya pulang. Bukannya justru datang ke sini!” Seru Naomi. Kini ia sudah memberanikan diri menatap wajah Gilang yang kini juga menatap ke arah wajahnya.
Gilang kembali dibuat bingung dengan perkataan Naomi. Kenapa istrinya itu suka sekali menyangkutpautkan dirinya dengan Melvina. Padahal, ia merasa kalau sikapnya pada Melvina hanya biasa saja.
“Melvina sudah pulang diantarkan sopir tadi.” Balas Gilang. Memang seharusnya ia yang mengantarkan Melvina pulang sore itu. Namun, setelah membaca pesan dari Naomi yang mengatakan wanita itu pergi ke rumah orang tuanya, membuat Gilang memutuskan untuk meninggalkan Melvina dan menyusul Naomi.
“Oh…” Naomi menjawab seadanya. Dia sudah tidak berselera untuk melanjutkan percakapan di antara mereka. Apa lagi ia tahu jika terlalu banyak bertanya tentang Melvina, jawaban yang diberikan Gilang hanya akan membuat hatinya jadi sakit saja.
Dringg
Suara dering panggilan telefon dari ponsel Naomi membuat pandangan Naomi beralih ke arah ponselnya. Tanpa membuang waktu lama, dia segera mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas dan menempelkannya di daun telinga.
“Halo, Abian.” Mendengar nama Abian disebut oleh Naomi, membuat Gilang segera menajamkan pendengarannya. Tatapan mata Gilang pun nampak sangat tajam menatap wajah Naomi saat ini. Entah mengapa Gilang tidak suka jika istrinya itu berhubungan dengan Abian.
“Mau kemana dia?!” Gilang seketika beranjak dari posisi duduk saat melihat Naomi beranjak pergi menuju balkon sembari melakukan panggilan telefon dengan Abian.
***
Tak tinggal diam begitu saja, Gilang mengikuti pergerakan istrinya itu hingga akhirnya langkahnya terhenti di pintu penghubung balkon dan kamar Naomi.
Meski suasa Naomi terdengar pelan saat berbicara dengan Abian, namun Gilang masih dapat mendengarkan dengan jelas percakapan di antara mereka.
“Baiklah, besok pagi aku bakal datang ke rumah sakit lebih cepat!” Balas Naomi sebelum menutup panggilan telefonnya dengan Abian.
Gilang segera menjauh dari balkon setelah mencuri dengar percakapan Naomi dan Abian. Wajahnya terlihat dingin saat menatap Naomi yang baru saja kembali masuk ke dalam kamar.
“Ayo keluar.” Ajak Naomi setelag melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan sudah saatnya ia dan keluarganya makan malam bersama.
Gilang tak memberikan tanggapan. Dia hanya diam kemudian melangkah keluar dari dalam kamar.
“Ada apa dengannya. Apa dia kesambet lagi?” Tanya Naomi. Rasanya ia sulit sekali untuk membaca isi hati suaminya itu meski mereka sudah menikah.
Kini, Gilang dan Naomi sudah duduk di meja makan. Karena tidak ingin memperlihatkan hubungannya dan Gilang sedang tidak baik-baik saja, Naomi mengambilkan makanan untuk Gilang seperti Mama Jelita yang mengambilkan makanan untuk Papa Noah.
Pergerakan Naomi dan Gilang pun tak luput dari pandangan Nadira. Meski Naomi menunjukkan jika dirinya dan Gilang baik-baik saja, namun Nadira yakin kalau sebenarnya hubungan mereka tidaklah sebaik itu.
Usai makan malam selesai dilangsungkan, Nadira meminta Naura untuk bermain dulu di dalam kamarnya karena ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengan Naomi dan Gilang.
“Apa yang ingin Kak Dira bicarakan?” Tanya Naomi setelah kepergian Naura.
Papa Naoh dan Mama Jelita hanya diam. Mereka membiarkan Nadira yang berbicara pada Naomi dan Gilang.
“Gilang, mengingat kamu dan Naomi baru menikah secara siri, Kakak dan keluarga kamu meminta kamu untuk segera menikahi Naomi kembali agar bukan hanya sah secara agama, tapi secara hukum juga.” Pinta Nadira. Wajahnya kelihatan serius saat berbicara pada Gilang.
Naomi terkesiap. Tidak menyangka kalau Nadira akan mengatakannya secepat itu pada Gilang. Pandangan Naomi pun seketika beralih pada Gilang. Menunggu jawaban dari pria itu. Apakah Gilang akan menuruti keinginan Nadira, atau mencari alasan untuk menolaknya.
“Baik. Sebelumnya aku juga sudah berencana untuk menikahi Naomi kembali dalam waktu dekat ini.” Balas Gilang tegas.
Naomi terperanjat. Menatap wajah Gilang dengan mata melotot. “Apa dia sedang bercanda?” Tanya Naomi dalam hati. Sebelumnya, Naomi berpikir jika Gilang akan mencari alasan untuk menolak permintaan Nadira agar Gilang bisa dengan mudah berpisah dengannya nantinya.
“Baguslah kalau seperti itu. Dengan begitu aku bisa percaya kalau kamu memang mau melanjutkan hidup bersama dengan Naomi.” Kata Nadira.
Gilang hanya diam. Namun dalam hati ia mengiyakan perkataan Nadira. Naomi yang sejak tadi hanya diam dibuat bertanya-tanya dengan alasan Gilang menyetujui dengan mudah permintaan Nadira. Bahkan, Gilang juga berkata sudah berencana untuk menikahinya kembali dalam waktu dekat ini.
“Tidak seharusnya kamu membohongi keluargaku seperti tadi!” Seru Naomi seraya melotot pada Gilang saat keduanya sudah kembali masuk ke dalam kamar. Naomi merasa tidak senang karena merasa Gilang sudah membohongi keluarganya.
“Apa maksud perkataanmu. Siapa yang membohongi keluargamu?” Tanya Gilang.
“Kamu! Kamu bilang kalau kamu sudah berencana untuk menikahiku kembali. Padahal itu hanyalah dusta belaka!” Sentak Naomi.
Gilang menatap tajam kedua bola mata Naomi yang masih melotot pada dirinya.
“Aku tidak pernah berbohong. Aku memang berniat melakukannya. Bahkan aku sudah mengurus administrasi pernikahan kita di kantor urusan agama!” Tegas Gilang.
“Apa?!”
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺