Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Alvian mengecek sedang mengecek beberapa laporan bulanan yang di kirim dari berbagai cabang.
Dirinya sedang menahan rasa lapar karena sedikit lagi pekerjaannya akan segera selesai.
"Sayang... Serius sekali kerjanya?" sapa Riana seraya bergelayut manja di pundak Alvian.
"Eh, tumben kamu datang tanpa memberi kabar dulu?" tanya Alvian seraya mengukir senyum.
Rasa lelah yang sejak tadi Alvian rasakan seketika sirna setelah bertemu dengan sang pujaan hati.
"Aku memang sengaja ingin memberikan kejutan untukmu," jawab Riana seraya menyodorkan kotak makanan.
"Ini kamu yang masak?" pekik Alvian kaget.
"Tentu saja bukan, aku mana bisa memasak. Nanti kuku aku rusak dan tidak cantik lagi," jawab Riana manja.
"Ah iya, untuk apa repot-repot memasak kalau bisa beli?" ucap Alvian sambil membuka kotak makanan tersebut dengan penuh rasa bahagia.
"Pelan-pelan makanya, Sayang. Kamu terlihat seperti orang yang belum makan," ucap Riana, membantu Alvian membuka kotak makanan yang dibawanya.
"Aku memang belum makan, tadi pagi aku baru saja pindah ke rumah baru," jawab Alvian.
"Wah, enak dong bisa berduaan dengan istri, menikmati bulan madu," sindir Riana.
"Kamu cemburu ya? Tapi tenang saja aku dan Aylin tidur di kamar berbeda kok. Masa iya kamu meragukan kesetiaanku?" jawab Alvian seraya mengangkat dagu perempuan cantik itu.
"Iya, aku percaya," ucap Riana dengan ekspresi sedikit murung.
"Setelah ini kamu mau kemana?" tanya Alvian di sela mengunyah makanannya.
"Aku mau belanja keperluan untuk Kakakku yang di penjara, kasihan sekali dia, tapi aku juga tidak berani menjenguk secara langsung karena takut aku akan dicurigai," jawab Riana manja.
"Benar sekali, kamu minta saja saudaramu yang lain agar aman. Tapi lain kali jangan bertindak sembrono. Walaupun Aylin menyebalkan tapi dia bukan orang jahat," bujuk Alvian.
"Sudahlah, aku malas mendengarkan kamu memuji wanita lain," sergah Riana dengan bibir mengerucut.
"Begitu saja marah. Bagaimana kalau aku yang mengantarmu? Sekalian shopping?" tawar Alvian dengan tatapan menggoda.
"Baiklah, kali ini aku maafkan, ayo cepat makannya, setelah itu kita berangkat," jawab Riana antusias.
Setelah selesai makan, mereka berdua langsung berangkat.
Namun, saat di perjalanan Alvian melihat istrinya sedang bersama dengan Rika yang membuatnya seketika menghentikan laju mobil.
"Loh, kenapa malah berhenti di sini? Ini kan pasar tradisional?" tanya Riana heran.
"Kamu tunggu di sini sebentar!" jawab Alvian dengan raut wajah serius.
Alvian segera keluar dari mobil lalu melangkah lebar ke arah Aylin.
"Oh, jadi diam-diam kamu malah berduaan di sini ya?" ucap Alvian dengan tatapan tajam.
"Berduaan bagaimana sih, Mas? Belanjaanku sangat banyak dan aku tidak bisa membawanya sendiri pakai motor. Kebetulan ada Pak Riko lewat, jadi aku sekalian minta tolong mengantarkan beberapa barang ini," jawab Aylin masih berusaha untuk sopan.
"Alah, memang dasarnya saja kamu perempuan ganjen, kamu kan bisa meminta bantuan orang lain!" sergah Alvian tak mau kalah.
"Maaf, tapi sebagai suami kenapa kamu membiarkan istrimu belanja sebanyak ini sendirian dan malah menemani perempuan lain?" sela Riko melirik ke arah Riana yang baru saja turun dari mobil.
"Ini bukan urusanmu!" jawab Alvian ketus.
"Sebagai lelaki sejati kamu tidak boleh egois, kamu harus bisa memprioritaskan mana yang menjadi tangung jawab kamu!" balas Riko kali ini lebih tegas.
"Kenapa kamu jadi ikut campur urusanku? Atau jangan-jangan kamu menyukai istriku?" tuduh Alvian.
Aylin merasa sangat malu, sebab orang-orang disekitar mereka mulai mengalihkan pandangannya pada mereka.
"Sudahlah jangan ribut-ribut di sini, malu di dengar orang! " sela Aylin.
"Alvian, jika kamu tidak mau aku ikut campur lebih baik sekarang kamu antarkan istrimu pulang!" titah Riko.
"Mana bisa, aku sedang mengantar Riana," tolak Alvian.
"Kalau kamu mengabaikan istrimu dan memilih wanita lain, jadi jangan marah kalau istrimu diperhatikan oleh pria lain juga!" balas Riko tajam.
Alvian merasa sangat kesal, karena Riko terus saja menyudutkannya.
Sedangkan ia sendiri tak ingin harga dirinya terinjak-injak seperti itu. Akhirnya dengan terpaksa Alvian mengalah.
"Riana, maaf aku tidak bisa menemanimu belanja. Lain kali saja ya," bujuk Alvian merasa tidak enak pada kekasihnya.
Riana kembali mengerucutkan bibirnya, ia merasa tak rela, karena dalam benaknya sudah di penuhi oleh tas keluaran terbaru dari merk ternama.
"Dari pada Aylin mengadu pada Papa, nanti kita akan semakin dipersulit untuk bertemu," bisik Alvian.
Riana akhirnya hanya bisa pasrah, sambil tersenyum manis ia melambaikan tangan pada kekasihnya tanpa mempedulikan kehadiran Aylin.
Setelah membantu Riana mencari taksi, Alvian segera masuk ke dalam mobil.
"Ayo bawa barang belanjaan kamu ke mobilku! Biar aku saja yang mengantarmu pulang!" perintah Alvian berubah ketus.
Aylin hanya bisa patuh, memindahkan barang-barang miliknya dari mobil Riko ke mobil suaminya tanpa di bantu Alvian sama sekali.
Riko bahkan sampai mengelengkan kepalanya melihat sikap Alvian yang seolah tidak perduli, pria itu nekat untuk membantu Aylin.
"Lebih baik kamu pulang lebih dulu pakai motor kamu, biar barang-barang ini aku yang pindahkan ke mobil suamimu karena matahari sudah mulai terik," pinta Riko.
"Tidak usah, Pak Riko. Aku sudah terlalu banyak merepotkan Bapak dan nanti malah membuat Pak Riko kena marah Alvian," tolak Aylin secara halus.
"Ini sudah hampir siang dan matahari sangat terik, kamu pulang saja lebih dulu tidak perlu memikirkan suamimu yang egois itu! Kalau dia berani kurang ajar aku akan melawan," bujuk Riko.
Setelah beberapa kali diyakinkan, Aylin akhirnya pulang dengan mengendarai sepeda motor milik nyameninggalkan dua pria itu.
Alvian semakin naik pitam, dia turun dari mobil dan memindahkan barang itu sendiri yang sudah masuk di bagasi mobil Riko.
"Jangan ikut campur urusanku!" ucap Alvian sengit.
"Alvian, tidakkah kamu merasa bersalah pada istrimu? Dia adalah amanah yang Allah titipkan padamu. Jika tidak kamu jaga dengan baik kamu akan berdosa!" gertak Riko.
"Lalu apa urusannya denganmu? Jujur saja kalau kamu menyukai dia kan? Kalau begitu minta saja Aylin bercerai denganku, lalu kalian berdua menikah!" sentak Alvian.
"Astagfirullah, malang sekali Aylin menikah denganmu," gumam Riko seraya berlalu pergi meninggalkan Alvian seorang diri.
Alvian sendiri juga masuk ke dalam mobilnya lagi lalu melajukan mobilnya menuju rumah.
"Kalian itu munafik, sok alim sok suci tapi dibelakangku memiliki hubungan terlarang!" gerutu Alvian.
Alvian semakin menambah kecepatan mobilnya, dia ingin segera meluapkan segala amarahnya pada sang istri yang dianggapnya murahan.
Sesampainya di rumah Alvian membanting guci yang berada di atas lemari ruang tengah.
Prang!!!!
"Aylin, keluar kamu!" teriak Alvian.
"Ada apa sih, Mas Alvian? Bukannya aku sudah mengatakan, kalau marah jangan melampiaskan pada barang-barang yang tidak bersalah!" jawab Aylin mencoba bersabar.
"Kamu ini tidak tahu diri! Sudah aku bilang jangan dekat-dekat dengan Riko. Kalau sampai tetangga dan orang tuaku tahu bagaimana?" Bentak Alvian dengan tangan yang terkepal erat hingga urat-uratnya menonjol keluar.
************
************
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼