Warisan Gunung

    Rangga tersenyum mendengar ocehan para pengeroyoknya .

    " bersiaplah bila ingin aku membalas!" seru Rangga , kini ia mulai serius,

     "hiaaaat"

     " hiaaat"

Keempatnya dengan penuh nafsu menyerang Rangga

     plak plak

     buk duagh

Dengan gerakan cepat Rangga membalas , ke empatnya tersungkur tak bisa bangun pukulan Rangga membuat tulang mereka ngilu membuat mereka kehilangan daya tempurnya

     wuut

    braaaak

    kraaak

Rangga melesat cepat melihat Balky akan melarikan diri, ia menendang kaki Balky hingga patah ,Rangga benar benar kesal dengan kelakuan Balky .

    " Kamu tahu, Balky bukan keluar dari perguruan Maung Lodaya, tapi di keluarkan, ingat itu, artinya jelas berbeda!" bentak Rangga pada Santoso yang berbaring di tanah.

  " siapa lagi!" teriak Budi, semua menunduk karena yang maju tadi ke empatnya yang paling kuat di antara mereka , mereka berempat saja kalah apalagi yang lain .

     karena tak ada yang maju, Rangga pulang , kang Sa'i juga ikut pulang karena sudah tak ada yang bisa di lihat lagi , pertarungan telah usai setelah di hajar Rangga .

   Rangga terpekur saat sampai di rumah" bagaimana bilang ke mereka yah?" tanya Rangga dalam hati .

    " ah main ke pasar antik aja siapa tahu ada barang yang bermanfaat " ucap Rangga sambil kembali keluar menggunakan motor Silvia.

    Di pasar tengah ,Rangga melihat lihat jejeran pedagang barang antik yang menggelar dagangannya di sepanjang jalan.

     "Ambil sepasang telur itu!" Nagini tiba tiba menyuruh mengambil sepasang telur berwarna putih .

    Rangga mendekat ,ia tak langsung mengambil telur yang di minta Nagini ,tapi ia melihat lihat sepasang keong yang ada di hadapannya.

   " Pak ini apa?" tanya Rangga sopan.

   " oh, itu keong Buntet ,kamu tertarik?" tanya bapak itu sambil mengambil minyak wangi dan piring kaca. dengan hati hati ia mengoleskan pada keduanya, lalu menaruh dalam piring dengan memberi jarak 15 centi meteran.

   Secara ajaib kedua keong Buntet itu saling mendekat dan akhirnya menempel satu sama lain.

      " wah ,bapak bisa sulap " ucap Rangga senang .

     " itu bukan sulap, tapi dari keong Buntet itu sendiri yang saling mendekati sendiri," ucap pedagang itu.

        Rangga mencoba melihat dengan mata batinnya agar tidak salah membeli barang palsu.

       Rangga tersenyum ternyata yang mengandung kekuatan bukan keong Buntet nya tapi minyak yang di oleskan pada keong Buntet itu .

     " Kalau ini apa pak?" Rangga memegang sebuah kayu ukiran yang mengeluarkan energi lumayan besar .

     " oh itu kayu galih Asem, biasa buat bahan gagang kayu dan serotong rokok " jawab bapak itu

      " wah bagus ini buat hiasan" ucap Rangga sambil mengambil sepasang telur yang di minta oleh Nagini tadi, ia berpura pura mencocokan kayu dan kedua telur itu.

      " wah iya , saya kok ga kepikiran kesana yah" penjual itu yang melihat Rangga menyesuaikan telur dan kayu ukiran menjadi barang seni yang bagus .

       " ini berapa pak semuanya?" tanya Rangga

        " itu 2 juta saja semuanya" jawab penjual itu melihat sekilas.

      " mahal amat pak, ini kan telur burung doang " protes Rangga

      " bukan , sembarangan itu telur tokek yang udah jadi batu" ucap penjual itu sedikit sewot.

      " kurangin lah" tawar Rangga , matanya tiba tiba melihat sebuah batu yang mengeluarkan sinar sekejap.

       " ya sudah , ga apa apa tapi saya minta batu ini yah" ucap Rangga mengambil batu sebesar kepalan tangan , bentuknya sangat jelek dengan benjolan di sana sini dan terlihat sedikit berkarat.

    penjual itu melihat sekilas dan mengangguk . dia hanya mengambil batu itu sambil lewat tadinya untuk mengganjal meja lapak, tapi kebesaran ia bermaksud membuangnya namun belum sempat

      Rangga dengan cepat membayar takut penjual itu berubah pikiran.

    sebelum pulang ia membeli gerinda untuk memotong batu itu.

    ” lihat rumah dulu , udah beres apa belum rumah" di tengah perjalanan tiba tiba ia teringat rumahnya yang dalam renovasi.

     " eh mas Rangga, bagaimana apa kamu puas dengan hasilnya" pak Jaelani yang menjadi mandor di sana langsung menyambut Rangga yang datang menengok.

     " pak ini ga salah?" tanya Rangga bingung , karena rumah yang awalnya hanya di renov bagian belakang kini malah di bangun bertingkat

     " ini permintaan pak Rendra mas Rangga , katanya buat kejutan mas Rangga " jawab pak Jaelani

     " ha ha ha , bisa aja pak Rendra dan saya benar benar terkejut jadinya." Rangga tertawa mendengar ucapan pak Jaelani.

     " ha ha ha , tepat berarti ucapan pak Rendra." pak Jaelani ikut tertawa.

     " ini tinggal finishing saja" kemungkinan seminggu lagi beres" lanjut pak Jaelani berkata.

     " wah, hebat bapak ,bisa cepat begitu " puji Rangga melihat cepatnya orang orang pak Jaelani bekerja , mungkin biasa bekerja di proyek besar yang memakai target waktu dan kwalitas membuat para pekerja pak Jaelani terbiasa bekerja cepat dengan hasil yang memuaskan.

       berapa orang semua nya yang bekerja pak ?" tanya Rangga , ia berniat membelikan rokok dan makan siang untuk mereka , kalau di beri uangnya pasti menolak, berbeda dengan di belikan makanan mereka pasti menerima dengan senang hati.

    " ada 9 orang mas ada apa?" tanya pak Jaelani bingung

   " ga apa apa nanya saja " jawab Rangga sambil tersenyum. Rangga memesan fast food untuk 10 orang, dan juga rokok sepuluh bungkus ,dia tak tahu para pekerja merokok apa jadi dia memesan rokok yang sekiranya mereka pasti mau.

    Setelah menunggu beberapa saat , tak lama pesanan Rangga pun datang.

      " nah, pak ayo kita makan bersama" ucap Rangga , sambil memberikan makanan yang baru datang pada pak Jaelani.

      " wah mas Rangga jangan repot repot " ucap pak Jaelani ga enak hati.

     " apanya yang repot pak, kemarin saya , dapet rejeki dari pak Hendi , yah itung itung mencicipi rezeki saya gitu pak" ucap Rangga , pak Jaelani memanggil semua pekerja, mereka Makan dan bercanda.

    Rangga kembali ke kostan , setelah beres makan bersama para pekerja mandor Jaelani . Rangga mencoba melihat lagi batu yang ia dapat , dan juga kayu yang ia beli tadi.

      Rangga mengeluarkan gerinda dan mencoba mengikis kulit batu itu . Sedangkan telur sudah di serap oleh Nagini di alam bawah sadar.

    " Wah, apa ini?" saat kulit batu terkikis energi yang besar keluar dari batu itu, inti batu hanya sebesar kelereng tapi mempunyai energi yang besar.

    " keberuntungan mu sangat besar Rangga , itu batu angkasa, bila di buat senjata maka akan sangat ampuh, hanya saja sayang terlalu kecil, paling bisa di buat cincin atau jarum besar " Nagini yang melihat itu memberitahu apa yang ada di dalam batu.

    " bagaimana cara membuat jarum an atau cincinnya aku ga bisa" ucap Rangga menggeleng

     "bawa kemari biar aku yang membuatkan " ucap Nagini , tak lama inti batu itu menghilang, rangga kini memperhatikan kayu galih asem itu.

    Saat sedang memperhatikan , satu sinar keluar dari dalam tubuh Rangga dan menyinari kotak itu perlahan lahan kotak itu menyusut dan menghilang

    " Kamu yang melakukannya Nagini ?" tanya Rangga heran.

   " bukan , tapi batu mustika Mata Dewa yang melakukannya " terdengar jawaban dari Nagini. Rangga mengangguk pastinya kayu galih asem tadi ada hubungannya dengan Mustika Mata Dewa.