Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KOTA PIRAUS
Seperti yang dibicarakan banyak orang, kota Piraus sangat gersang dan panas.Disini bukan hanya terdapat tambang biji besi saja yang menjadi penopang perekonomian kota terbesar kedua setelah ibukota kerajaan Kaleis, masih ada tambang emas, berlian, nikel dan batu bara sehingga lahan tak ada satupun lahan subur disini.
Sejauh mata memandang hanya hamparan putih yang terlihat. Hanya kaktus yang bisa tumbuh dan ditemui disini, itupun hanya ada dibeberapa tempat saja.
Amora bisa merasakan sekeras apa kehidupan yang ada disini. Meski begitu, disini tak ada orang yang kesulitan keuangan karena semua masyarakat yang bekerja di tambang memiliki penghasilan yang besar sehingga berimbas pada sektor ekonomi warga asli kota yang kebanyakan memilih untuk berniaga, dimana semua hal yang mereka jual sangat laris manis disini.
Karena kondisi pasar sangat ramai, Amora pun turun dari atas kudanya, berjalan sambil menuntun Blast disampingnya, melihat hiruk pikuk orang menjajakan barang dagangannya.
Beberapa kali Amora berdecak kagum melihat betapa besarnya pasar di kota Piraus ini. Sebutan sebagai kota kedua setelah ibukota bukanlah isapan jempol, fasilitas disini sangatlah lengkap. Sangat jauh dari kota-kota yang pernah Amora singgahi selama perjalanan.
Krucukkk…
Mencium aneka macam aroma dari beberapa kedai yang ada dipinggir jalan membuat perut Amora berdemo minta diisi.
Setelah puas melihat-lihat, Amora pun masuk kedalam salah satu kedai yang terlihat cukup ramai.
"Lantai satu, satu orang", ujar Amora ketika satu pelayan datang menghampiri.
Dilantai satu, Amora bisa mendengar gosip dan mendapatkan informasi secara gratis dari mencuri dengar percakapan orang lain.
"Apa! Pendaftaran masuk tentara di tutup hari ini! Kenapa?! ", batinnya terkejut.
Tak mendapatkan informasi yang memuaskan, Amora yang tak ingin terlambat mendaftar pun segera menghabiskan makanan yang ada didepannya dengan cepat dan segera naik keatas tubuh Blast dan memacu kudanya menuju tempat dimana barak pasukan Fotia berada.
Saat Amora tiba di meja pendaftaran, suasana sangat lenggang, hanya ada dua tentara disana.
Melihat seseorang datang menggunakan topeng yang menutupi separuh wajahnya, satu petugas yang berjaga menyuruh Amora untuk melepasnya
Begitu topeng dibuka, petugas itu segera mengambil setumpuk kertas dari laci dan langsung membuka selembar demi selembar sambil sesekali melirik kearah Amora.
Setelah memastikan jika gadis didepannya bukanlah buronan yang sedang dicari, diapun segera menyodorkan selembar berkas pendaftaran untuk Amora isi.
Satu orang tentara yang sedari tadi hanya diam sementara rekannya sibuk bekerja, merasa kasihan kepada gadis belia cantik yang ada didepannya.
"Nona, sebaiknya urungkan niat anda ini jika tak ingin terluka lebih dalam", ucapnya dengan ekresi kasihan.
Selama ini, sudah banyak gadis yang mendaftar jadi tentara, dan hampir rata-rata dari merupakan gadis bangsawan yang ingin melihat ketampanan jenderal besar mereka.
Mereka seperti mempertaruhkan keberuntungannya disini. Namun sayangnya, semua gadis itu biasanya akan tumbang pada putaran pertama sehingga kesempatan mereka untuk bertemu dengan jenderal besar Sean bisa dikatakan sangat mustahil karena pria hebat itu baru akan terlihat ketika babak terakhir tes berlangsung.
Amora yang salah paham dan mengira jika tentara paruh baya itu mengkhawatirkan dirinya karena sangat tahu jika pelatihan masuk tentara sangat keraspun berusaha untuk merespon dengan baik.
"Terimakasih atas nasehatnya. Tapi, saya tidak akan mundur!", ujarnya penuh ketegasan.
Jawaban Amora membuat kesalah pahaman semakin dalam. Melihat keteguhan hati gadis yang ad didepannya, tentara paruh baya itu menghembuskan nafas dalam, "Baiklah jika itu keputusanmu, semoga berhasil ", ujarnya dengan ekpresi yang berbanding terbalik dengan ucapan semangat yang dilontarkannya.
Setelah menunjukkan tempat seleksi awal dilaksanakan, setelah punggung Amora menghilang dibalik tembok, rekannya menepuk rekannya yang masih menunjukkan wajah sedih.
"Sudahlah, itu sudah menjadi keputusannya", ujar rekannya menghibur.
Tentara paruh baya itu kembali menghela nafas dalam, " Aku hanya menyayangkan saja, dengan kecantikan dan identitas keluarganya, gadis cantik itu bisa mendapatkan pria baik diluar sana karena kita tahu jika Jenderal sama sekali tak tertarik dengan romantisme", ujarnya penuh kekecewaan.
Tapi dia juga tak bisa mencegah karena didalam sana, sudah ada puluhan gadis yang keras kepala seperti Amora, mencoba peruntungannya hari ini.
Namun sayangnya, apa yang tentara paruh baya itu khawatirkan tak akan terjadi karena Amora bukan gadis lemah. Lagipula, tujuan gadis itu mendaftar menjadi tentara bukan demi Jenderal Besar Sean yang ketampanannya bisa membuat gila banyak kaum hawa namun lebih pada cita-citanya yang ingin menjadi penegak keadilan dan ingin melindungi kerajaan Kaleis ini dari orang-orang jahat yang bisa menghancurkannya.
*****
Sesuai petunjuk petugas didepan, saat ini Amora tengah berada di sebuah lapangan yang telah dipenuhi lautan manusia.
Visualnya yang mengagumkan, ditambah dengan surai hitam kehijauan yang langkah, tentu saja hal itu langsung menarik perhatian banyak orang begitu kakinya melangkah masuk kedalam lapangan.
Para pria memandang kagum terhadapnya sementara gerombolan para gadis menatapnya dengan rasa iri dan sinis akan kesempurnaan yang Amora miliki.
Amora yang sudah seriang mendapatkan beraneka macam tatapan sejak dia masih kecil, tetap abai dan berjalan masuk dengan tenang, membiarkan begitu saja ucapan provokatif yang sengaja dilontarkan dengan keras agar bisa didengarnya, seperti angin lalu.
Fokusnya hanya lulus dalam seleksi pertama ini dan maju ke tahap selanjutnya.
Orang yang ucapannya diabaikan begitu saja oleh Amora merasa kesal, "Lihat saja, di babak pertama aku akan merontokkan semua giginya agar kesombongannya itu lenyap", ujarnya yang direspon acungan jempol dari yang lainnya.
Amora mengabaikan omong kosong itu dan terus berjalan sambil mengamati satu persatu kandidat yang akan jadi saingannya nanti dengan cermat.
Dalam tahap awal ini, dia perlu bermain cerdas agar tak membuang tenaganya dengan sia-sia.
Begitu pintu gerbang didepan mereka terbuka dan satu petugas keluar dan mengumumkan kelompok para kandidat para tentara yang akan dibagi menjadi lima kelompok dimana tiap kelompok berisi empat ratus orang. Dan dari empat ratus orang hanya akan diambil lima puluh orang dari setiap kelompok yang akan lulus seleksi menjadi tentara dan masuk kedalam pasukan Fotia.
Mendaftaran pasukan Fotia tak dibatasi gender dan asal usul para peserta, asalkan sudah berusia empat belas tahun dan setelah nya, mereka bisa mendaftar setelah lolos dalam sepuluh tes seleksi yang diberikan untuk menyaring kandidat terbaik.
Pasukan Fotia tak takut ada musuh kerajaan lain yang menyusup masuk kedalam ketentaraan mereka karena begitu terpilih menjadi tentara, mereka akan langsung melakukan sumpah dengan jiwa mereka jika berkhianat terhadap kerajaan Kaleis maka mereka akan mati mengenaskan.
Sudah banyak korban yang tak percaya dan menganggap sepele sumpah tersebut dan berakhir tewas mengenaskan sehingga tak ada lagi tentara yang berani mengkhianati kerajaan Kaleis begitu mereka bertekad masuk kedalam tentara pasukan Fotia.
Pasukan kuat kerajaan Kaleis yang ditakuti oleh semua orang, terutama dibawah kepimpinan Jenderal besar Sean yang terkenal ganas dan keji dalam menghabisi musuh.
Sudah beberapa dekade, selama militer berada ditangan keluarganya, pasukan Fotia sama sekali tak pernah mengalami kekalahan sehingga wilayah kerajaan Kaleis menjadi yang terluas di dunia.
Bahkan kekaisaran Forteino yang paling berkuasa pun masih kalah luas dan hanya menempati urutan kedua dalam luas wilayah yang berhasil mereka kuasai.
Maka dari itu, begitu elemen cahaya perlahan menghilang dari keturunan mereka yang hanya bisa menjadi rakyat biasa tanpa kekuatan elemen dan hanya mengandalkan kekuatan fisik dan beladiri yang mereka pelajari, ketakutan terbesar mereka adalah kerajaan Kaleis mengetahui hal ini dan mengibarkan bendera perang kepada mereka.
Meski mereka masih memilik banyak jenderal yang memiliki kekuatan cahaya, tapi itu masih belum sebanding dengan kekuatan pasukan Fotia dibawah kepemimpinan jenderal besar Sean Eisenhower.