"Ihh... Panas Mas!"
"Sebentar lagi juga dingin, nikmatin aja."
Adelia mengalami insiden yang hampir merenggut nyawanya karena kecerobohan seseorang, bukannya mendapatkan ganti rugi Adelia malah mendapatkan calon suami.
"Kamu enggak perlu khawatir, aku akan bertanggungjawab. Bapakku Penghulu kamu tenang saja."
Maksudnya apa, memangnya kenapa kalau bapaknya pria ini seorang penghulu? kan Adelia hanya butuh ganti rugi bukan calon suami.
"Kenapa, ada yang aneh ya sama saya? Kenapa ngeliatin terus?"
"Kenapa, emangnya gak boleh dilihat gitu?"
"Ck, kalau kamu ngeliatin kayak gitu 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨, 𝙠𝙪𝙢𝙖𝙝𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙪𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙗𝙤𝙜𝙤𝙝, 𝙨𝙖𝙝𝙖 𝙣𝙪 𝙧𝙚𝙠 𝙣𝙜𝙖𝙝𝙖𝙡𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CABE Bab 20
Adelia meremas jari-jarinya yang terasa dingin, kedua matanya terus saja menatap lurus kedepan. Sepanjang perjalanan menuju kediaman orang tua angkatnya Adelia banyak diam, sesekali menanggapi ucapan Bunda Cis atau remaja cantik yang tengah duduk di dekatnya.
Itu adalah Araina, putri tunggal dari calon adik ipanya dan suaminya. Remaja cantik ini begitu cerewet terus saja berbicara membuat suasana di dalam mobil lebih hidup, Adelia tidak terganggu dia malah cukup terhibur dengan adanya Ara.
Ekor matanya diam-diam melirik kearah kursi penumpang yang berdampingan dengan sopir, disana ada Azkha yang terlihat tenang dan berpenampilan sangat berbeda.
Laki-laki itu memangkas habis jambangnya merapikan sedikit rambutnya yang tidak terlalu panjang menjadi lebih klimis. Jujur Adelia sempat tidak percaya dibuatnya, penampilan Azkha jauh lebih muda dan segar padahal cuma pangkas rambut serta jambangnya.
Dia sendiri tidak banyak memoles wajah, hanya makeup natural yang Adelia aplikasikan pada wajah cantiknya. Gaun pilihan calon ibu mertuanya juga sangat pas melekat indah ditubuhnya, seperti sudah terukur dengan baik.
Hingga tidak lama akhirnya mereka sampai di sebuah perumahan elite yang beberapa puluh tahun ini ditempati oleh Adelia, tiga mobil keluarga Azkha masuk kedalam gerbang saat pintu besi itu dibuka oleh satpam.
"Aku udah ngasih tahu Amelia sebelumnya, enggak apa-apa kan Bun? Takutnya kedatangan kita malah buat mereka terkejut nanti." Ucap Adelia saat mobil yang ditumpanginya berhenti di halaman rumah tersebut.
Adelia menggulirkan matanya pada Bunda Cia, menatap perempuan berhijab itu dengan tatapan dalam. Banyak persoalan berkecamuk di dalam pikirannya sekarang, Adelia takut dia takut kalau orang tua angkatnya tidak mau menyambut baik kedatangan keluarga Azkha.
"Kamu sudah benar Sayang, kita memang harus ngasih tau pemilik rumah dulu sebelum bertamu." Sahut Bunda Cia seraya menyentuh tangan Adelia yang terasa dingin, calon menantunya ini pasti sedang gugup sekarang atau khawatir.
Setelah pembicaraan singkat itu mereka akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil, anggota keluarga lainnya sudah mengeluarkan banyak barang bawaan yang akan mereka berikan pada keluarga angkat Adelia.
Mobil box di belakang penuh dengan seserahan, barang-barang dan makanan begitu banyak hingga mereka butuh banyak orang untuk menurunkannya nanti.
Azkha mendekat pada Adelia dan Bunda Cia, dia merapihkan kemeja batik dan kopiah yang dikenakannya. Masih dengan ekspresi tenang dia tersenyum pada Adelia yang terlihat terus saja merangkul lengan Bundanya.
Disini anaknya siapa sih? Dirinya atau Adelia?
Kenapa Azkha malah merasa seperti bapak-bapak yang hendak melamar seseorang untuk anaknya, bukan dia yang melamar. Calon istrinya ikut bersama mereka, itu yang membuat lamaran ini berbeda.
Ayah Alkan memimpin, dia berdampingan dengan Azkha dan Bunda Cia. Sementara Adelia masih digandeng oleh calon Ibu mertuanya, Bunda Cia tidak melepaskannya begitu saja.
Bahkan Ara juga ikut mendampingi, remaja bergaun biru itu ikut menggenggam tangan calon tantenya, berjalan pelan menuju sebuah rumah bertingkat dua yang terlihat sepi.
Tapi tidak lama pintu rumah itu terbuka menampilkan seorang laki-laki paruh baya yang begitu terkejut akan kedatangan mereka di tempat ini. Dari kejauhan keluarga Azkha bisa melihat bagaimana reaksi laki-laki yang mereka yakini sebagai tuan rumah ini.
Laki-laki itu hanya memakai pakaian santai, tidak terlihat ingin menyambut kedatangan rombongan keluarga Azkha. Tidak lama dua orang perempuan menyusul, ekspresi mereka sama tapi salah satunya terlihat salah tingkah dan benar-benar terkejut.
"Assalamualaikum, Pak Hermanto dan keluarga." Sapa Ayah Alkan dengan nada bersahabat, masih sama seperti dulu begitu soft spoken dan ramah.
"Wa-Waalaikumsallam," Sahut Hermanto ter gugup. Bagaimana tidak ter gugup kalau saat ini didepan pintu rumahnya ada banyak orang, bukan hanya orang tapi juga barang-barang bawaan mereka.
"I-ini, ini ada apa ya? Kenapa ramai-ramai kerumah saya? Kalian mau apa, Adelia ini maksudnya apa?" Hermanto kembali bersuara, menyorot pada Adelia yang masih belum bersuara.
"Aku udah ngasih tahu Amelia, apa Amelia enggak ngasih tahu kalian?" Ucap Adelia dengan mata tertuju pada adik angkatnya yang terlihat mundur menyembunyikan diri di balik punggung Herlina ibunya.
Dibelakangnya ada Raka suaminya yang juga terlihat bingung dengan kedatangan keluarga Azkha hari ini ke kediaman Hermanto.
Hermanto sendiri tidak tahu harus mengatakan apa karena memang dia tidak tahu menahu soal kedatangan orang-orang ini ke rumahnya, Amelia tidak mengatakan apapun sebelumnya.
"Kalau begitu silahkan masuk, kita bicarakan di dalam maksud kedatangan kalian kerumah saya!" Ucap Hermanto seraya membuka pintu rumahnya lebar, dia menyambut kedatangan para tamunya dengan berat karena memang tidak memiliki persiapan apapun sebelumnya.
Ekor matanya melirik pada Amelia, dia tengah mencari kebenaran dari putri kandungnya tersebut mengenai ucapan anak angkatnya tadi.
Kenapa Amelia tidak mengatakan hal ini kalau memang Adelia sudah memberitahu akan kedatangan orang-orang ini?
Azkha melirik pada Adelia yang terus saja menatap punggung saudara angkatnya dengan tajam, posisi mereka sekarang berdekatan karena Bunda Cia sudah terlebih dahulu berjalan menyusul Ayah Alkan.
"Enggak apa-apa, semuanya akan berjalan dengan lancar." Bisik Azkha pada Adelia, dia tahu kalau calon istrinya ini tengah kesal karena Amelia tidak mengatakan pada Hermanto mengenai kedatangan keluarganya.
"Aku malu Mas, aku enggak enak sama Bunda sama Ayah sama keluarga kamu, kedatangan mereka enggak dianggap. Seharusnya kita enggak usah-,"
"Ssttt... Enggak apa-apa, mereka pasti memaklumi. Mereka tahu gimana posisi kamu dirumah ini." Ucap Azkha dengan nada pelan, dia melirik pada keluarganya yang saat ini berada di belakang.
Shaka mengacungkan ibu jarinya padanya menandakan kalau mereka baik-baik saja walaupun tidak disambut baik oleh keluarga angkat Adelia.
"Mereka baik-baik saja, udah jangan nangis ya." Bujuk Azkha saat melihat air mata Adelia mulai menggenang. Perempuan cantik itu tidak bisa menahan tangisannya, dia benar-benar merasa nelangsa dan kasihan pada keluarga Azkha.
Tidak ada sambutan dan keramahan padahal kedatangan mereka memiliki niat baik, ingin mempersunting dirinya dengan meminta izin pada keluarga angkatnya yang selama ini tidak menganggapmu ada.
"𝙈𝙖𝙖𝙛𝙞𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙮𝙖 𝙈𝙖𝙨, 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙚𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨, 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙚𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨," 𝙐𝙟𝙖𝙧 𝘼𝙙𝙚𝙡𝙞𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙝𝙖𝙩𝙞𝙣𝙮𝙖.
bener ga tuh bahasa sundanya, kak def zeyeeennnnnkkk?
wong solo ajar basa Sunda gegara novel kakak nih /Grin//Grin//Grin/
MasyaaAllah... bang azkha bener² bkin neng adel klepek² n bkin kita yg baca jadi pgn diklepekin juga /Drool//Drool//Drool//Drool/
hadeeuuuuhhhh, si ameledung. jadi orang kok isinya cuman iriiii mulu ama orang lain /Hammer//Hammer//Hammer/
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪🏃🏃🏃
trs jd artis deh....
wahhh... Ais bakalan jd Mama Artis donk..
🤭🤭🤣🤣🤣🏃🏃🏃🏃🏃
hati hati loh...tidur jadi gk nyenyak..hidup jadi GK tentram nnti klu dengki 😁