ELLARA
Brummmmm... brummmmmmm..
Malam itu, langitnya gelap pekat tanpa bintang. Jalan raya yang sepi hanya diterangi lampu-lampu jalan. Tiba-tiba, suara mesin motor menggelegar, memecahkan kesunyian. Gadis berambut panjang, berpakaian hitam, mengendarai motor dengan percaya diri. Di balik helm full facenya, mata gadis itu berkilauan dalam kegelapan, seolah menantang kecepatan. Malam sunyi memang menjadi hal favoritnya karena bisa bebas melaju dengan kecepatan di atas rata rata.
Motor tersebut melaju seperti panah, membelah kegelapan malam. Suara knalpotnya berderak-derak, mengeluarkan nada tinggi yang menusuk telinga. Angin malam mengibaskan rambutnya, membuatnya semakin cantik dan berani.
Gadis itu mengendarai motor dengan gesit dan lincah, seolah-olah menjadi satu dengan mesin. Kecepatannya menakjubkan, membuatnya terbang seperti roket. Lampu-lampu jalan berlalu begitu cepat, seperti kilatan cahaya.
Hingga tidak butuh waktu lama, Gadis itu berhenti di jalan gelap, tak jauh dari rumahnya. Dengan hati-hati, dia mendorong motornya masuk ke perkarangan rumah mewahnya, dan lanjut sampai garasi, menghindari suara mesin yang bisa mengundang perhatian. Langkahnya ringan, seperti kucing malam yang menyelinap.
Sebelum masuk, gadis itu memperhatikan mobil yang juga sudah terparkir di sana.
“Dia pulang,” gumannya pelan.
Lalu, dia mengendap-endap menuju rumah, menghindari langkah yang berisik. Bayangan tubuhnya terlihat samar di dinding, seolah-olah dia seekor hantu malam yang melintas.
Rumahnya yang sunyi menyambutnya dengan keheningan. Lampu lampu juga sudah pada mati, tersisa lampu yang hanya bercahaya temaram.
Dia menghela napas lega, langkah kakinya berjalan cepat hendak ke kamar, tapi seketika lampu di ruang keluarga menyala terang, dan hal itu berhasil membuat gadis cantik itu diam mematung.
...****************...
“Ellara Anindita Copper, berhenti di sana!” Suara berat dan sangat tajam dari seorang pria paruh baya yang tengah duduk melipat tangan di depan dada.
Nama gadis itu Ellara, gadis urakan yang selalu buat pusing orang orang sekitar. Dia terlahir dari keluarga kaya, sangat kaya. Ayahnya, Morgan Copper adalah pengusaha yang memiliki beberapa perusahaan besar.
Tapi kekayaan yang mereka miliki tidak mampu membuat Ellara menjadi anak yang baik dan duduk manis menikmati kekayaan. Dia suka keliaran, bahkan sering balap liar dengan motor kesayangannya yang dia beri nama Brave.
Hal itu terjadi beberapa tahun terkahir, dulu dia anaknya penurut dan ceria. Tapi semenjak pria di depannya berbuat ulah, Ellara menjadi pribadi yang nakal dan selalu melawan.
Gadis itu berusia 17 tahun, empat bulan lagi berusia 18. Dia murid kelas 12 di SMA Harapan Bangsa. Tak jauh beda, di sekolah dia juga selalu berbuat ulah dan membuat guru guru pusing setiap saat.
“Masih berkeliaran di jam segini kamu, mau jadi apa kamu nanti, ELLARA?” suara papa Morgan menggema di ruang keluarga. Dia tidak tahu lagi cara menghadapi putrinya itu. Di bilang baik baik tidak bisa, dan itu selalu membuatnya menjadi tak tahan.
“Apa peduli mu?” lihatlah, dia bahkan menjawab nada tinggi ayahnya hanya dengan kalimat singkat seperti itu.
“Oh satu hal lagi, anda masih ingat rumah Tuan Morgan?” Suara rendah itu terdengar mengintimidasi. Tidak salah, dia mengimbangi pria di depannya itu.
“Jangan tanya papa, yang harus di sidang malam ini itu kamu, Ellara."
"Dengar, seorang gadis tidak baik keluyuran di luar jam segini Ellara, sebenarnya kamu manusia apa batu hah? Kenapa susah sekali di bilangin?" Ujar papa Morgan menatap tajam ke arahnya.
"Pokoknya papa tidak mau tahu, mulai besok, papa tidak ingin lagi melihat dan mendengar tentang hal buruk yang kamu lakukan. Malu Ellara, malu papa setiap hari. Kenapa tidak sehari saja kamu buat papa bangga, kenapa??” panjang lebar pria itu berbicara, hanya senyum sinis yang Ellara tampilkan sebagai bentuk tanggapnya terhadap kalimat itu.
“Cih, serius Anda masih punya urat malu Tuan?" Dengan netral tajam, Ellara memandang pria paruh baya di depannya.
"Sebenarnya sama, saya juga malu pada Anda yang tidak pernah sadar kesalahan Anda sendiri dan lebih memilih menggurui orang lebih dulu."
" Kenapa tidak sehari saja Anda berkaca? Anda menyelam pada hati dan pikiran Anda, tanya kenapa anaknya jadi seperti sekarang ini. Saya rasa jika Anda bisa merenungkan sikap Anda, dengan sendirinya jawaban akan ada.” Jawab Ellara dengan nada formal seperti setiap harinya dia berbicara pada pria itu.
Papa Morgan memijat pangkal hidungnya, berbicara dengan Ellara memang tidak akan pernah selesai. Tidak bisa dia pungkiri kalau darahnya mengalir kental di tubuh Ellara. Watak gadis itu yang keras kepala benar benar turunan darinya.
“Kenapa diam? Anda sudah menyadarinya? Ya sudah, aku ke kam__”
“mas..”
Kalimat Ellara terpotong kala mendengar panggilan itu. Suara tersebut begitu asing di telinganya. Ellara beralih pandang, dia melihat ke arah tangga dimana langkah kaki terdengar jelas memecahkan keheningan malam.
Ellara memicingkan matanya, pandangannya sangat fokus, manik cokelat itu memantau kaki mulus yang satu persatu menuruni anak tangga.
Hingga sampai di anak tangga paling ujung, kaki itu terhenti. Ellara memperhatikan objek di depannya dari ujung kaki hingga kepala.
Seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik dan seksi. Itu bukan mamanya, karena Ellara tidak pernah tinggal dengan sang mama lagi semenjak tujuh tahun terakhir.
Piyama biru laut yang melekat di dalam tubuh wanita itu membuat Ellara tertegun. Di tambah lekukan tubuh di balik piyama tipis itu benar benar mampu membuatnya naik darah.
Wanita paruh baya itu tersenyum lembut, dia melangkah mendekat pada dua anak dan bapak itu yang kini masih berdiri mematung.
Ellara beralih fokus, dia mendongak menatap papa Morgan yang kini hanya diam membisu.
“Apa Anda tidak mau menjelaskan sesuatu?” tanya Ellara dengan kalimat tertahan. Bukan lagi suara tinggi, kali ini suaranya sangat kecil hampir tak terdengar.
“Mas....”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hallo semuanya..
Author kembali lagi dengan cerita baru.
saya berharap, karya ini menjadi teman setia kalian dalam menjelajahi dunia imajinasi.
Selamat membaca..
Salam hangat,
Author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
IamEsthe
Lebih baik pakai garis panjang atas, dibandingkan garis panjang bawah.
"Kenapa diam? Anda sudah menyadarinya? Ya sudah, aku ke kam—"
2025-01-14
0
ChaManda
namanya bagusss bangettt/Heart/
2025-01-04
1
Medeia
tulisannya cantik, tanda bacanya mantul, jadi ga ngos-ngosan bacanya. Semoga aku bisa nyusul kak author yg sukses ini. /Scream/
2025-01-05
1