Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Ayo Bertukar! Aku Ingin Bebas!
Tok... Tok... Tok...
Tiba-tiba saja pintu ruang kerja Shenina terketuk.
Sontak Danzel dan Danver menoleh kearah pintu.
Ceklek. Pintu terbuka.
Ternyata Desy, salah satu karyawan Shenina yang datang membawa minuman dan cemilan untuk Danzel.
"Kenapa kau yang membawa? Shen mana?" tanya Danzel saat Desy sedang meletakkan minuman dan cemilan diatas meja.
"Kak Shen sedang sibuk melayani pelanggan." jawab Desy.
"Oh." Danzel hanya membulatkan mulutnya.
Setelah meletakkan minuman dan cemilan diatas meja, Desy pun keluar dari ruang kerja Shenina.
"Jadi bagaimana, kau mau kan?" tanya Danzel setelah Desy pergi.
"Kalau kita bertukar, lalu bagaimana dengan mu, bagaimana dengan Shen? Mungkin Daddy tidak akan memberitahu Tuan Cyrus kalau kita bertukar, tapi tidak mungkin Daddy diam saja padamu. Pasti Daddy akan menghukum mu seperti dulu Daddy menghukum ku." tanya Danver dengan sorot mata khawatir. Khawatir kalau Danzel merasakan hukuman yang sama seperti dirinya dulu.
Danzel terdiam sejenak.
"Aku akan meninggalkan negara ini." ucap Danzel dan ucapan Danzel itu berhasil membuat Danver mengerutkan keningnya.
"Dan pastinya aku tidak akan pergi sendiri, aku akan membawa Shen bersama ku." lanjut Danzel.
"Apa kau sadar dengan ucapan mu, hah?" tanya Danver dan di jawab dengan anggukan kepala oleh Danzel.
"Lalu karir mu dan yayasan bagaimana? Apa kau juga meninggalkan Mommy sendirian menghadapi pria tempramental itu?" tanya Danver. Yang dimaksud Danver pria tempramental adalah Daddy-nya sendiri.
"Kan ada kau. Saat aku pergi, kau sudah menjadi menantu kesayangan Tuan Cyrus. Aku yakin Daddy tidak akan berani menyentuh sehelai rambut mu." jawab Danzel.
"Ini gila!" umpat Danver.
"Sudah lama aku ingin bebas seperti dirimu. Jujur saja, aku sangat iri dengan mu yang bisa menjalani hidup sesukamu. Semenjak kau keluar dari rumah, beban ku semakin berat. Daddy menaruh harapan yang sangat tinggi pada ku, ditambah lagi Daddy yang menentang hubungan ku dengan Shen, membuat aku muak dengan kehidupan yang ku jalani. Aku tidak bisa bebas membawa Shen kemana-mana. Aku tidak bebas melakukan hal yang ku suka, karena kapan aku melawan, Mommy lah yang akan kena getahnya." ucap Danzel.
"Jadi sekarang gantian, aku berikan tanggung jawab menjaga Mommy pada mu. Dengan kekuasaan mu sebagai menantu Tuan Cyrus, jagalah Mommy dan yayasan." lanjut Danzel.
Untuk beberapa saat Danver terdiam. Dia sedang memikirkan keputusan apa yang harus dia ambil.
Aku menyayangi Daddy, tapi aku ingin sekali membalaskan rasa sakit ku pada Daddy. Mungkin dengan cara ini aku bisa membalaskan sakit hatiku pada Daddy. gumam Danver dalam hati.
"Baiklah, aku akan menolong mu. Aku terima pertukaran ini. Tapi dengan satu syarat." ucap Danver.
"Apa?" tanya Danzel.
"Nikahi Shen secepatnya dan berikan aku keponakan yang lucu-lucu. Ah... kalau bisa keponakan kembar laki-laki dan perempuan." jawab Danver.
"Kalau itu syaratnya, sudah pasti akan kupenuhi." balas Danzel.
"Sepakat?" tanya Danzel sambil menyodorkan tangannya kehadapan Danver.
"Sepakat." jawab Danver sambil menjabat tangan Danzel.
"Kalau begitu datang lah besok ke Cyrus Gold Hotel. Besok akan ada pertemuan keluarga Hillario dengan keluarga Cyrus di restoran hotel itu." ucap Danzel.
"Pertemuan dalam rangka apa?" tanya Danver.
"Pertemuan dalam rangka membahas tanggal pernikahan mu dengan putri Tuan Cyrus." jawab Danzel sambil mengambil minumannya dari atas meja.
"Haaaah!!!!" teriak Danver. Braaak sambil menggebrak.
"Secepat itu?" tanya Danver.
"Um." jawab Danzel sambil menganggukkan kepalanya santai dan sambil menyeruput minumannya.
Danver langsung memijat kepalanya sebelah. Sepertinya dia kena migrain karena shock.
Setelah setengah jam berada di ruang kerja Shenina, Danzel dan Danver pun keluar dari ruang kerja Shenina. Danver langsung pamit pulang sedangkan Danzel tetap di kafe karena ingin membicarakan hal penting dengan Shenina.
Danzel menghampiri Shenina yang baru saja mengantar pesanan ke meja pelanggan.
"Bisa minta waktu mu sebentar Sayang, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu." bisik Danzel dari belakang Shenina.
"Aku sibuk sekarang. Pulang lah dan jangan menyita waktu ku." tolak Shenina ketus.
Danzel menaikkan satu alisnya, dia merasa heran dengan jawaban dan nada bicara Shenina.
"Kamu kenapa Sayang? Kenapa tiba-tiba ketus padaku? Apa kamu marah padaku? Apa aku berbuat salah padamu?" tanya Danzel.
"Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang. Jadi pulang lah, aku ingin menenangkan diri dulu." jawab Shenina.
Danzel mengangguk-anggukkan kepalanya. Sepertinya dia tahu apa yang membuat kekasihnya itu tiba-tiba ketus padanya.
"Mari ikut aku." ucap Danzel sambil menarik nampan yang ada di tangan Shenina lalu membawa Shenina menuju pintu kafe.
"Lepaskan aku Danzel! Kamu mau membawa aku kemana Danzel?" ronta Shenina.
"Nanti kamu juga tahu Sayang." jawab Danzel.
"Gea, Desy, titip kafe yah." ucap Danzel sebelum keluar dari kafe.
Danzel pun memasukkan Shenina kedalam mobilnya.
°°°
Bersambung...