"Hentikan, Alexa!." Alan mengepalkan tangannya dan menutup matanya sebelum dirinya tenggelam dalam tatapan mata Alexa yang intens nan memabukkan.
"Kenapa? Apa kau semakin sulit mengendalikan perasaan mu?." Tanya Alexa, bergerak lebih dekat dengan Alan dan terbentuk seringaian di wajah cantik gadis itu.
Alan Delvanio dia adalah seorang mafia kejam dan tak memiliki hati. Namun, tiba di suatu hari. Terdapat seorang gadis yang tertarik padanya. Semua orang takut padanya, kecuali gadis itu.
Seperti apa kisah mereka? Dan mengapa gadis itu tidak takut pada sang mafia? Lalu apa yang mafia itu lakukan pada gadis yang tidak patuh pada nya itu? Akan kah sang mafia bertindak kejam pada nya? Ikuti kisah nya mereka hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
"Kamu tau kenapa tuan menculik dan menyiksa bibimu?." Tanya Marie sembari meletakkan makan malam untuk Alexa diatas meja.
Alexa memandang wanita tua itu dan menjawab dengan raut wajah marahnya. "Untuk menunjukan padaku jika dia jahat dan aku sangat membenci dia karena melakukan hal itu. Bagaimana dia bisa melibatkan bibiku dalam hal ini?."
"Tidak. Kamu salah, Nona Alexa."
Alexa mengernyitkan dahinya. "Apa maksud, Bibi?."
"Tuan melakukan itu semua karena dia ingin menjauhkan mu dari dirinya. Tuan berpikir jika dirinya terlalu berbahaya untuk mu." Balas Marie menjelaskan.
"Aku tidak perduli dengan alasannya. Faktanya dia sudah menyiksa bibiku bukan karena kesalahannya sendiri dan bibi jelas tidak punya masalah dengan pria itu. Aku tidak ingin tinggal bersama, aku harus kabur dari tempat ini." Kata Alexa dengan amarahnya yang meluap-luap.
"Bibi mu juga terlibat dalam rencana ini, saya melihat mereka mengobrol santai." Kata Marie, membuat kedua mata Alexa terbuka lebar setelah mendengar hal itu.
"Apa? Itu artinya dia tidak menyiksa bibiku? Itu semua bohong?." Tanya Alexa, menatap Marie dengan raut wajah tak percayanya.
Sementara itu Marie mengangguk kan kepalanya. "Ya, mereka melakukan ini demi keselamatan mu. Tuan sangat perduli padamu dan kamu spesial baginya. Tolong, jangan tinggalkan dia."
"Sebelumnya aku membenci dia karena telah menyakiti Bibiku. Tapi sekarang, setelah tau kebenarannya, aku tidak akan meninggalkan tuan tampan." Balas Alexa tersenyum sembari membayangkan ketampanan Alan di kepalanya.
Gadis itu menyeringai. "Rencanamu bagus sekali untuk menjauhkan dirimu dariku, tapi sekarang saat aku membuatmu mengakui perasaan mu, tuan tampan." Gumam Alexa, pandangan menatap lurus kedepan dan matanya penuh tekad.
"Terima kasih bibi Marie sudah memberitahukan hal ini padaku." Kata Alexa, matanya berbinar bahagia setelah mengetahui kebenaran bahwa Alan tidak menyiksa bibinya. Tetapi, Alexa masih sedikit kesal dengan apa yang pria itu lakukan..
"Nona, bisakah kamu merahasiakan dari tuan jika sebenarnya kamu sudah mengetahuinya?." Tanya Marie dengan sopan dan Alexa hanya menatapnya. "Karena saya tidak ingin tuan meragukan saya." Sambung Marie menjelaskan.
"Jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu dia." Balas Alexa menyakinkan. Mereka berdua saling bertukar senyum kecil.
'Saya berharap tuan segera menyadari bahwa kamu adalah wanita yang pantas untuknya.' Pikir Marie dalam hati sembari menatap Alexa.
Marie merawat Alan seperti seorang ibu dan dia ingin melihat Alan bahagia. Marie dapat melihat dengan jelas bahwa hanya cinta Alexa yang membebaskan Alan dari masa lalunya dan membawa kebahagiaan kembali kedalam hidupnya.
Setelah Marie pergi, Alexa langsung menelpon bibinya— Zia. Tetapi panggilan itu tidak dijawab padahal Alexa telah menelponnya berulang kali. Alexa pun mengirim pesan pada Alan, tetapi Alan juga tidak segera membalasnya.
Alexa dengan nekat, masuk kedalam kamar Alan guna memeriksa pria itu. Dan ternyata Alan tidak ada di sana.
**
Keesokan harinya.
Alexa membuat rencana untuk membuat Alan mengaku bahwa pria itu menyayanginya. Gadis itu bangun lebih pagi dan meninggalkan mansion setelah berkelahi dengan beberapa penjaga.
Para penjaga itu lebih banyak mengalah karena Alan telah menegaskan pada mereka untuk tidak menyakiti Alexa, meski itu seujung jari pun.
Dan meski Alexa berhasil pergi dari mansion itu, diam-diam seorang penjaga mengikutinya. Sementara yang lain segera menghubungi Alan. Namun, Alan tidak mengangkat panggilan mereka.
Entah apa yang Alexa rencanakan, tetapi jelas apa yang dia lakukan membuat seisi mansion menjadi heboh.
Seorang penjaga dengan bergegas berjalan menuju kamar Alan dan mengetuk pintu kamar bos mereka itu.
Setelah menunggu beberapa menit, pintu terbuka dan Alan sendiri yang membuka pintu itu.
"Apa kau tidak punya pekerjaan, Jack? Sepagi ini kau berani menggangguku?." Bentak Alan.
"B-bos." Bibir Jack gemetar ketakutan.
Alan mengernyitkan dahinya. "Cepat katakan!." Bentaknya lagi.
"Bos, nona Alexa menghajar kami supaya dia bisa keluar dari mansion." Jack akhirnya mengumpulkan keberanian untuk memberitahu Alan.
Mendengar hal itu Alan langsung panik.
"Apa? Kemana dia? Kenapa kau membiarkan dia pergi?." Alan menuntut banyak jawaban dan meraih kerah baju Jack dengan marah.
"Bos, kami tidak berdaya dan kami tidak bisa menyakiti dia. Jadi, kami tidak melawannya. Nona Alexa, merampas pistol milik salah satu penjaga dan mengarahkannya pada kami." Jelasnya, sementara Alan melayangkan tatapan tajamnya. "Tapi, ada salah satu penjaga yang mengikuti dia sekarang, Tuan." Sambung Jack melaporkan. Dan Alan pun langsung kerah baju anak buahnya itu.
"Jack, cepat hubungi penjaga itu dan tanyakan dimana keberadaan Alexa." Perintah Alan sembari mengacak-acak rambutnya merasa frustasi dan cemas.
Jack pun dengan segera menghubungi dan menanyakan dimana keberadaan Alexa pada rekan kerjanya, sesama anak buah Alan.
"Kenapa kau selalu menguji kesabaran ku, Alexa?." Gumam Alan..
"Bos, dia ada Feel Good Garden." Kata Jack memberitahunya.
"Panggil semua dan suruh mereka bersiap dalam waktu 10 menit. Juga suruh sopir agar segera menyiapkan mobil." Perintah Alan pada Jack, sebelum akhirnya kembali masuk kedalam kamarnya untuk bersiap juga.
Pria itu terburu-buru mengenakan setelan hitamnya, karena dia sebelumnya hanya mengenakan boxernya setelah mandi. Dia juga tidak lupa memasukan pistol dengan peluru yang penuh di sakunya.
Alan tak tau mengapa, tapi ia merasa hidup Alexa tengah dalam bahaya. Dia mengkhawatirkan gadis itu.
**
Tiga mobil Mercedes hitam berhenti didepan Feel Good Garden. Alan bergegas keluar dari dalam mobil. Dari raut wajahnya, terlihat jika Alan tengah tegang memikirkan bagaimana keadaan Alexa. Dia memerintahkan anak buahnya untuk menunggu diluar pintu masuk dan melarang mereka masuk kedalam.
Langkah kakinya yang lebar berjalan menyusuri taman dan pandangannya tertuju pada Alexa. Gadis nakalnya itu terlihat tengah bermain dengan beberapa anak kecil.
Alan pun bergegas menghampiri Alexa dan langsung memeluknya sangat erat tanpa berpikir panjang.
Sementara itu Alexa membelalakkan matanya, terkejut dengan pelukan erat yang datang secara tiba-tiba itu, tetapi Alexa merasa nyaman dalam pelukannya.
"Syukurlah kau baik-baik saja." Alan menghela nafas leganya setelah mengetahui Alexa baik-baik saja. Namun, beberapa saat kemudian. Alan mengernyitkan dahinya dan raut wajahnya terlihat datar. "Mengapa kau datang ke tempat ini tanpa memberitahuku padahal kau tau, kau tidak aman berada di luar?." Tanya Alan melepaskan pelukan mereka.
"Kenapa aku harus memberitahu mu, iblis?." Alexa dengan sinis memanggil Alan dengan sebutan seperti itu dan seringain konyol terlihat di wajah cantiknya.
"Kau tidak punya pilihan lain." Balas Alan dengan tegas. "Dan kau harus memberitahuku."
Alexa mendekatkan dirinya pada Alan. "Kalau begitu, kau salah. Tuan tampan."
Alan mencengkram lengan Alexa dan menariknya agar lebih dekat dengannya. "Kenapa kau tidak pernah mau mendengarku? Kenapa kau memaksaku untuk selalu kasar padamu? Kau tau aku tidak suka hal itu."
"Mengapa aku harus mendengarkanmu? Berapa kali aku harus memberitahumu bahwa aku hanya mendengarkan diriku sendiri? Kau tidak bisa mengendalikan hidupku." Balas Alexa.
"Aku melakukan ini demi keselamatanmu dan kau harus mendengarkan aku. Kalau tidak aku punya caraku sendiri, tapi aku akan menyesalinya nanti." Kata Alan memperingatinya.
"Aku sangat takut padamu." Alexa memutar bola matanya malas.
Alan melayangkan tatapan tajamnya mendengar jawaban Alexa yang terdengar seakan mempermainkan kata-katanya. Namun, mata nya melebar saat Alan melihat ada seorang pria yang berdiri di balik pilar tengah memposisikan senjatanya mengarah pada Alexa.
Sebelum Alan sempat melakukan apa pun, pria asing itu rupanya telah menarik pelatuk dan menembak kearah Alexa. Tanpa memperdulikan nyawa nya sendiri, Alan langsung mendorong Alexa menjauh. Saat itu Alan hanya berpikir jika dia harus melindungi gadis nakalnya.