Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DELAPAN
Papah mengangguk setelahnya ku dengar nasihat bijak papah yang selalu bisa membuat haru.
"Wajar ya, namanya juga orang kerja pasti banyak lemburnya. Tapi kakak jangan lupa jaga kesehatan jangan sampe sakit apa lagi ngelakuin kesalahan. Karena kerjaan kakak salah satu yang penting buat perusahaan" aku mengangguk. Mengiyakan juga mengucap Terima kasih sudah di ingatkan, setelahnya ku dengar mamah mengalihkan pembicaraan.
"Ouh iya Pah, besok kita harus ke acara nikahannya Risma" Aku mengernyit sedikit mengingat.
"Risma yang temen main kakak waktu kecil itu Mah?" mamah mengangguk.
"Iya. Papah inget kok Mah, kalo kakak gak sibuk besok ayo sekalian. Kalian kan temen deket dulu" aku berfikir sejenak.
"Kayaknya kakak gak bisa Pah. Kerjaan kakak masih numpuk, malu juga udah lama gak ketemu" mamah papah mengangguk, nampak memaklumi.
"Oke, tapi ngomong-ngomong ka, kapan kakak punya pacar? Teman-teman kecil kakak udah pada punya anak loh!" pertanyaan yang tak pernah ku suka dari Mamah. Juga yang paling aku hindari selama ini. Jika saja aku bisa menjawab dengan gamblang kalo aku sudah punya pacar dan pacarku seorang model terkenal, mungkin ke duanya akan sangat antusias tapi kembali lagi bagaimana dengan perasaan Alexa?
"Kakak masih muda mah Pah. Ngapain buru-buru! Lagian kalo Kakak punya pacar, pacarnya harus ganteng, kaya raya. Kalo bisa sekelas Jeffrey! " Alexa menjawab pertanyaan dengan dukungan yang ku angguki dengan senyum kecil.
"Kakak belum mikir ke situ Mah. Masih pengen fokus ke kerjaan dulu. " aku memberi penjelasan.
"Papah, mamah sama Alexa bakal selalu ada buat kakak. Fokus ke karir dan kerjaan itu bagus. Tapi bakal gak bagus kalo kakak sampe ngelupain perasaan kakak. Apa lagi sampe gak mikirin masa depan kakak dalam hubungan. Semuanya harus seimbang agar selaras. Kakak paham?" aku mengangguk kecil.
"Paham Pah. Makasih udah ngertiin kakak" ku lihat papah mengulas senyum diiringi usapan lembut pada rambut ku.
"Abisin makanannya" sekali lagi aku mengangguk, dengan tangan yang kembali menyendok hidangan ke dalam mulut, mengunyah perlahan.
Akan ada kalanya nanti dia akan dengan bangga menyebut nama Jeffrey di hadapan mamah papah, tanpa takut, tanpa ragu. Nanti, mungkin saat dia sudah memastikan bahwa Alexa menerima hubungannya dengan Jeffery.
..._...
Suasana puncak yang dingin sedikit tersamarkan dengan pelukan hangat Jeffrey yang memeluk ku dari belakang, menikmati cerahnya malam yang bertabur bintang mengurai penat. Sekarang kami tengah berada di tebing tempat villa milik Jeffrey, berada. Ini acara kecil-kecilan guna merayakan proyek pembangunan yang berjalan lancar dan mendapat keuntungan sesuai harapan juga merayakan pencapaian Jeffery yang bisa menjadi salah satu model untuk berpartisipasi dalam acara London fashion week dua hari lalu. Yang di berada di sini juga hanya orang-orang terdekat, seperti kedua orang tua Jeffery, teman dekat Jeffery di agensi dan beberapa orang dari perusahaan. Untuk keluarga ku, aku menolak untuk memberitahu mereka dan hanya mengatakan bahwa ini merupakan acara perusahaan agar mendapat izin. Kebohongan lainnya.
"Baby..?" aku tertegun setelahnya sedikit memiringkan wajah guna menatap Jeffery yang tak sedikitpun melonggarkan pelukannya.
"Kenapa? Kamu gak suka sama tempatnya? Atau ada yang ganggu pikiran kamu?" aku menggeleng kecil, dengan senyum yang ku sematkan mengurai ragu Jeffery, walau tak ayal pria ku ini enggan percaya dan membalik tubuh ku agar berhadapan dengannya.
"Kamu gak perlu nyembunyiin apapun dari aku Baby. Aku ada disini buat kamu. Kamu bisa bicarain apa aja sama aku. Kamu tau kan?" aku mengangguk dengan ulasan senyum, kali ini di ikutin gerakan memeluk Jeffery erat mencari kenyaman juga keyakinan.
"Makasih udah mau jadi pacar aku Jeff. Maaf kalo selama ini aku banyak nyusahin kamu dan mungkin buat kamu malu, karena punya pacar kaya aku"
