"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sembilan
Helena sudah masak, menyiapkan makanan siang untuk Damian. Meminta Bi Ayu untuk menyiapkan masakannya kedalam bekal, Helena pamit ke kamarnya untuk membersihkan diri – bersiap untuk ke kantor perusahaan Damian.
Pakaian dikenakannya cukup simple namun begitu cantik dan elegan. Menggunakan dress sepanjang betis berwarna cream, dengan motif buah ceri kecil menghiasinya, tatanan rambutnya yang di ikat satu agak tinggi, dengan menyisakan sedikit rambut bagian depan samping poni.
Helena membolak balikan tubuhnya, memperlihatkan penampilan barunya semenjak dia diberi hidup kembali.
"Perfect! Aku terlihat cantik sekali. " gumamnya, memuji dirinya sendiri.
"Waktunya mengantarkan bekal makan siang untuk, Damian. Laki-laki itu juga tumben sekali meminta untuk diantarkan bekal, biasanya juga menolak keras dan menyuruh ku untuk tidak lagi membawa makanan siang untuknya. " Helena berdecak kesal, mengingat kembali kenangan dulu saat Damian yang selalu menolaknya untuk diantarkan bekal makanan siangnya, namun anehnya laki-laki itu tidak juga menolak pemberiannya, hanya meminta untuk tidak lagi-lagi dibawa makanan.
"Sebenernya maunya dia itu, apa sih? " gerutunya kemudian. "Sudahlah, mungkin saja kepala laki-laki itu terbentur sesuatu makanya tingkahnya jadi aneh begini. "
"Yasudah lah. Mari kita antarkan makanan siang untuk Damian, takutnya aku datang telat sedikit saja dia sudah mengamuk-ngamuk tidak jelas, belum lagi kata-kata pedasnya itu. " Helena melambaikan tangannya ke atas, dia mengambil tas jinjingnya yang berisikan dompet dan ponsel.
Kakinya melangkah keluar kamar untuk turun menuju dapur, mengambil bekal yang sudah di masaknya yang tengah disiapkan oleh Bi Ayu ke dalam bekal makanan.
"Bekal makanannya sudah siap, Bi Ayu? "
Bi Ayu yang tengah mencuci peralatan masak digunakan Helena tadi, sontak membalikkan badannya untuk menatap Helena. "Sudah saya siapkan, bu. Ada di meja makan. "
Helena mengangguk mengerti, dia berbalik menuju meja makan untuk mengambil bekal makan. "Bi Ayu, aku pamit nganterin bekal buat Damian dulu, ya. " ujar Helena dengan suara yang sedikit dikeraskan, kakinya melangkah anggun menuju pintu depan utama.
"Iya, bu. Hati-hati di jalan. "
Helena cuman ngangguk-ngangguk kepala aja, walau tau Bi Ayu gak bakal lihat.
"Eh, bu Helena. Udah siap? " di depan rumah sudah ada pak Tarno yang sedari tadi menunggu Helena, "Mas Damian yang nyuruh saya buat nganterin ibu ke kantor. " beritahu– nya.
Helena cuman mengangguk sebagai balasan, mengikuti pak Tarno dari belakang menuju mobil yang terparkir. Hingga mobil sedan berwarna hitam itu menjauh dari perkarangan rumah.
Perjalanan dari rumah menuju kantor tidak memakan begitu banyak waktu, dengan membawa mobil dengan kecepatan sedang. Akhirnya mobil yang dikendarai pak Tarno telah tiba di basement perusahaan Damian.
Setelah mengumpulkan niat, Helena akhirnya turun dari mobil setelah berpamitan pada pak Tarno. Kakinya melangkah masuk kedalam tanpa ragu, bisa dilihatnya, ada beberapa tatapan karyawan yang tertuju– terpaku padanya, mungkin kaget dengan perubahan penampilannya sekarang.
"Maaf ibu Helena. Pak Damian di dalam tengah sibuk, ibu tidak bisa masuk begitu saja kedalam. " seorang resepsionis perempuan, menghalangi langkah Helena yang hendak masuk ke dalam.
Helena menghembuskan nafas, merasa jengkel. Perempuan ini! Dikehidupan sebelumnya, Helena memang selalu diperlakukan tidak baik oleh perempuan yang menghalangi jalannya ini. Jessi– namanya.
Jessi berani memperlakukan dirinya dengan semena karena sikap acuh Damian padanya, tatapan remeh perempuan itu layangkan membuat Helena rasanya ingin mencakar muka tebal penuh bedak itu.
"Jangan halangi jalanku, aku harus menemui Damian dan memberikan bekal makanan siangnya. " Helena berusaha sabar, menekan emosinya untuk tidak meledak. Bila di kehidupan sebelumnya, Helena akan mengamuk dan menarik rambut Jessi karena sudah berani menghalangi jalannya.
Jessi dengan wajah angkuhnya, melipat kedua tangannya di atas dada, menatap remeh pada Helena. "Ibu Helena ini, tidak menyerah juga, ya? Pak Damian sudah menolak kehadiran ibu di sini, tapi masih punya keberanian untuk datang. "
"Aku datang karena Damian yang meminta. "
Jessi seketika menyeburkan tawanya dengan suara begitu keras, terkesan tawa mengejek. "Pak Damian, yang meminta? Apa ibu Helena yang terhormat ini sedang bermimpi di siang hari? Tidak kapok juga ya mendengar cacian pak Damian, benar-benar tidak punya urat malu. " Jessi berucap dengan suara pelan diakhir kalimatnya, tapi masih didengar jelas oleh Helena yang posisinya dekat dengan Jessi.
Keributan itu mengundang para karyawan lainnya untuk menonton, kerumunan dekat resepsionis, menonton adu mulut antara Helena dan Jessi.
"Kamu akan mendapatkan ganjarannya karena sudah berbicara kurang ajar seperti itu. " Helena menunjuk tajam tepat pada wajah Jessi, mukanya memerah karena berusaha menahan emosinya.
"Uuhh, takutnya. Apa ibu Helena yang tidak pernah dianggap ini, sedang mengancam ku? Memangnya apa yang akan kamu lakukan nanti? Memecat ku? " Jessi berucap penuh mengejek pada Helena, para karyawan disekitar yang menonton, sontak tertawa. Para pekerja perusahaan Damian, siapa yang tidak tau bagaimana hubungan pernikahan Damian dan Helena yang dingin, bagaimana sikap acuhnya Damian terhadap Helena.
"Helena! " terdengar suara Damian memanggil Helena dengan nafas memburu, dia datang kemari dengan cepat. Mendapatkan laporan dari Niko kalau Helena di hadang di resepsionis depan.
Namun, kedatangannya ini malah membuat emosinya memujak. Apalagi tadi dia sempat mendengar ucapan Jessi yang mengejek dan menghina Helena, belum lagi tawaan karyawan lainnya yang menghina Helena.
"P-pak Damian? " gugup Jessi melihat kedatangan tiba-tiba Damian. "Pak Damian, bu Helena datang ke sini dan berbuat masa–
–Masalah? Saya dengar tadi ucapan kamu yang menghina istri saya, ada kekuasaan apa kamu sampai melarang Helena untuk masuk menemui saya?! " Damian berucap dengan dingin dan penuh ancaman, tidak menerima mendengar resepsionis rendahan ini menghina Helena.
"Jaga prilaku kamu dengan Helena kalau masih bertahan ingin bekerja di sini. " ancam Damian membuat Jessi menundukkan kepalanya dengan badan yang bergetar takut, "Ini juga berlaku untuk kalian semua, saya bukannya tidak melihat kalian tertawa mengejek tadi. Kalau masih ingin bekerja di sini dengan nyaman, jaga prilaku kalian dengan istri saya mulai sekarang. "
Damian menarik pelan tangan Helena untuk ikut menuju ruangannya, meninggalkan para karyawan yang ketakutan karena ancaman Damian barusan.
"Ini bekal makanan siang mu. " setiba di ruangan kerja Damian, Helena meletakkan bekal makanan di meja kerja kebanggaan Damian.
"Ini kamu yang masak, kan? " Helena yang hendak keluar ruangan kerja Damian untuk pulang, membalikkan badannya saat tangannya di tahan oleh Damian.
"Ya, seperti apa mau mu. Sudah, lepaskan tanganku, aku pulang sekarang. " Helena berusaha melepaskan pegangan tangan Damian di lengannya.
"Kenapa terburu-buru mau pulang? Temani aku makan dulu. " pinta Damian, pegangan tangan Helena tidak juga dia lepaskan.
"Hah? "
"Suapin aku makan. "
Helena mengernyit dahinya bingung, mendengar perintah Damian. "Tanganmu masih berfungsi dengan baik, kan? Makan sendiri! "
"Aku sibuk, ada banyak laporan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Kamu membantu menyuapi makan suami mu saja tidak bisa apa? Mau rekening mu, aku bekukan? " Damian tiba-tiba sibuk menyibukkan diri, mengetik entah apalah itu di laptop yang memang berada diatas meja kerja Damian.
Helena menghembuskan nafas panjang, kali ini dirinya lagi-lagi harus mengalah dengan Damian. Helena membuka bekal tersebut, memidahkan satu persatu lauk makanan hampir memenuhi seisi meja. "Aku menyuapi sambil berdiri begini? Yang ada kaki ku mati rasa nantinya. "
Damian sontak menoleh, dan benar saja. Tidak ada satu kursi pun selain kursi yang tengah di dudukinya ini. "Kita pindah ke sofa saja. " Damian mengangkat bekal makanan yang memenuhi meja kerjanya dan pindahkan ke meja kaca dengan sofa.
"Suapin aku sekarang. " perintah Damian, dia sedang menyibukkan pada laptop di pangkuannya. Mulutnya terbuka untuk menerima suapan makanan dari Helena.
"Kamu tidak makan? " tanya Damian, melihat Helena yang hanya terdiam menunggunya selesai mengunyah.
"Setelah menyuapi kamu makan, aku akan pulang dan makan dirumah nanti. " jawab Helena santai, dia kembali menyuapi Damian saat makanan di mulut laki-laki itu sudah habis ditelannya.
"Kenapa tidak makan bersama saja? "
"Kenapa harus makan bersama? " Helena bertanya dengan dahi mengernyit.
"Kamu tidak suka makan dengan satu sendok denganku? " kesal Damian melihat reaksi Helena seperti enggan untuk makan bersama dengannya.
Damian meletakkan laptop di atas meja, mengambil alih sendok di tangan Helena. Dia mengambil makanan dan menyuapi Helena. "Ayo, buka mulutmu. "
Helena mau tidak mau menerima suapan makanan dari Damian, melihat wajah laki-laki itu penuh ancaman padanya. "Kita suami istri, tidak ada salahnya untuk makan di satu sendok yang sama. "
"Aku kangen masakan kamu, Helena. Beberapa hari ini aku kurang menikmati makanan ku karena rasanya yang berbeda, aku benar-benar kangen masakan buatan mu, Helena. " Damian tiba-tiba berucap.
Helena dibuat terpaku, menatap kedua mata Damian yang memancarkan sebuah kerinduan dan kehilangan. Ada apa sebenarnya dengan laki-laki ini? Kenapa sifatnya berubah, bersamaan juga dengan perubahan sikap Helena sekarang padanya.
•
•
•
Hai para pembaca yang sudah berkenan mampir untuk membaca cerita pertama saya. ini pengalaman pertama saya menulis di Novel Toon, semoga kalian suka dengan cerita ini.
Bila kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa vote dan komennya juga ya, biar saya semakin semangat untuk menulis dan update 🤭 bila berkenan juga untuk memberi bintang lima, dan memfollow akun penulis 🥰🥰
sekian terimakasih banyak, selamat pagi semuanya....
semangat 💪💪💪