NovelToon NovelToon
Bayang Dibalik Jejak

Bayang Dibalik Jejak

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:648
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"

Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.

Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JEJAK DI ANTARA BAYANGAN

Elena dan Liam berlari keluar dari gua yang mulai runtuh. Setiap langkah terasa seperti perlombaan melawan waktu. Batu-batu besar jatuh dari langit-langit, menghancurkan tanah di sekitar mereka. Udara dipenuhi debu dan bau belerang yang menusuk hidung.

Mereka akhirnya keluar melalui celah akar pohon tempat mereka masuk sebelumnya. Begitu mereka mencapai tanah terbuka, akar-akar itu bergerak dengan sendirinya, menutup kembali lorong yang baru saja mereka tinggalkan. Hutan di sekitar mereka kini terasa lebih hidup, tetapi dalam cara yang berbeda—lebih damai, seolah-olah energi kegelapan yang menyelimuti tempat itu telah menghilang.

Elena tersungkur ke tanah, mencoba mengatur napasnya. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena kelelahan fisik, tetapi juga karena ketegangan mental yang baru saja dia alami. Liam berdiri di sampingnya, menatap hutan dengan tatapan penuh kewaspadaan.

“Apakah ini sudah benar-benar berakhir?” tanya Elena, suaranya bergetar.

Liam menggeleng pelan. “Belum. Mereka mungkin kehilangan pusat kekuatan mereka, tapi kita belum tahu pasti apakah The Circle benar-benar musnah.”

Elena mengusap wajahnya, mencoba menghilangkan rasa lelah. “Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Kita harus kembali ke kota,” jawab Liam. “Ada seseorang yang bisa membantu kita menemukan jawaban—dan memastikan bahwa mereka tidak bisa bangkit kembali.”

---

Kembali ke Kota

Malam sudah turun saat mereka tiba di perbatasan kota. Jalan-jalan sepi, hanya diterangi oleh lampu jalan yang berkedip-kedip. Kota itu terasa asing bagi Elena, meskipun dia telah tinggal di sana hampir sepanjang hidupnya. Ada sesuatu yang berubah—atau mungkin, dia yang berubah.

Mereka berhenti di depan sebuah rumah tua bergaya Victoria. Catnya mengelupas di beberapa bagian, dan jendela-jendelanya ditutupi tirai tebal yang membuat bagian dalamnya tampak gelap. Pintu kayu besar di depan mereka tampak kokoh, dihiasi ukiran simbol-simbol kuno yang samar-samar mengingatkan Elena pada altar di dalam gua.

Liam mengetuk pintu tiga kali, setiap ketukan bergema dalam keheningan malam. Elena menggigit bibirnya, merasa gelisah. Udara di sekitar mereka terasa berat, seolah-olah rumah ini menyimpan rahasia yang lebih besar dari apa yang baru saja mereka hadapi.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, pintu terbuka dengan derit panjang. Seorang pria tua berdiri di ambang pintu, rambut putihnya acak-acakan, dan matanya yang tajam menatap mereka dengan penuh kewaspadaan.

“Liam,” kata pria itu dengan suara serak. “Aku sudah menunggumu.”

Liam mengangguk hormat. “Kami butuh bantuanmu, Edward. The Circle mungkin sudah dihancurkan, tapi aku yakin masih ada sesuatu yang tertinggal.”

Edward memandang Elena sejenak, seolah-olah menilai keberadaannya. “Masuklah,” katanya akhirnya, membuka pintu lebih lebar.

---

Ruang di Antara Dunia

Interior rumah itu sangat berbeda dari luarnya. Dinding-dindingnya dipenuhi rak buku yang menjulang hingga langit-langit, dan di setiap sudut terdapat benda-benda aneh: tengkorak hewan, botol-botol kaca berisi cairan berwarna-warni, dan lilin-lilin yang menyala meskipun tidak ada angin.

Edward memimpin mereka ke sebuah ruangan kecil yang tampak seperti perpustakaan pribadi. Di tengah ruangan, ada sebuah meja bundar dengan peta kuno yang terbuka di atasnya. Simbol-simbol aneh memenuhi peta itu, dan Elena bisa merasakan energi yang memancar dari kertas usang tersebut.

“Duduklah,” kata Edward, menunjuk kursi di sekitar meja.

Liam dan Elena mengikuti perintahnya. Edward mengambil tempat di seberang mereka, menatap peta dengan pandangan serius.

“Apa yang kalian temukan di gua itu?” tanya Edward tanpa basa-basi.

“Kami menghancurkan altar pusat mereka,” jawab Liam. “Tapi aku merasa ada sesuatu yang lebih besar. Seolah-olah mereka masih ada di sini, di suatu tempat.”

Edward mengangguk pelan. “The Circle adalah lebih dari sekadar sekte. Mereka adalah penjaga dari sesuatu yang lebih tua dan lebih gelap. Menghancurkan altar mungkin memutuskan sebagian dari kekuatan mereka, tetapi esensinya masih ada.”

Elena merasa jantungnya berdegup kencang. “Apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan mereka sepenuhnya?”

Edward tersenyum tipis, tetapi senyumnya tidak memberikan kenyamanan. “Ada satu cara. Tapi itu berbahaya, dan tidak ada jaminan kita akan berhasil.”

---

Misi Terakhir

Edward berdiri dan berjalan menuju rak buku di sudut ruangan. Dia menarik sebuah buku tebal dengan sampul kulit yang terlihat sangat tua. Judulnya tertulis dalam bahasa yang tidak bisa Elena kenali. Edward membuka buku itu, membalik-balik halaman dengan cepat hingga menemukan bagian yang dia cari.

“Ada sebuah artefak,” katanya sambil menunjuk sebuah gambar di halaman buku. “Sebuah kunci yang bisa menutup gerbang antara dunia mereka dan dunia kita. Tapi untuk menemukannya, kalian harus pergi ke tempat asal mereka.”

“Tempat asal?” Elena bertanya dengan ragu.

“Ya,” Edward mengangguk. “Sebuah desa terpencil yang sudah lama ditinggalkan. Di sanalah The Circle pertama kali dibentuk. Dan di sana pula, kegelapan mereka berakar.”

Liam menatap Edward dengan tajam. “Di mana desa itu?”

Edward menarik napas panjang sebelum menjawab. “Di tengah hutan larangan, beberapa mil dari sini. Tempat itu dikenal dengan nama Black Hollow.”

---

Perjalanan Menuju Black Hollow

Malam semakin larut ketika mereka meninggalkan rumah Edward. Jalanan sepi, hanya ditemani oleh suara angin yang berdesir di antara pepohonan. Elena merasa udara semakin dingin saat mereka mendekati hutan.

“Hutan larangan?” Elena bergumam saat mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang gelap. “Kenapa tempat itu disebut begitu?”

“Karena tidak ada yang kembali dari sana,” jawab Liam singkat.

Elena menggigil, meskipun bukan hanya karena dingin. Ada sesuatu yang sangat salah dengan tempat ini. Udara terasa berat, seperti dipenuhi oleh sesuatu yang tak terlihat.

Mereka berjalan dalam diam selama beberapa jam, hanya ditemani oleh suara langkah kaki mereka di atas tanah berdaun. Elena merasa setiap bayangan di sekitarnya bergerak, mengikuti mereka dengan diam-diam.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah gerbang kayu tua yang tertutup oleh tanaman merambat. Di atas gerbang, terdapat sebuah papan yang bertuliskan “Black Hollow” dengan huruf-huruf yang hampir pudar.

“Kita sudah sampai,” kata Liam dengan suara pelan.

Elena menelan ludah, merasa ada sesuatu yang menunggu mereka di balik gerbang itu.

“Siap?” Liam menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Elena mengangguk meskipun hatinya dipenuhi rasa takut. “Siap atau tidak, kita harus melakukannya.”

Dengan dorongan kuat, Liam membuka gerbang, dan mereka melangkah masuk ke dalam kegelapan Black Hollow.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!