Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
"Qai, langsung istirahat saja di kamar Gavi, ya. Nanti barang-barangnya biar Gavi yang bawakan," ujar Mama Hanum sambil mengusap lengan Qaila lembut.
"Iya, Tan," balas Qaila dengan senyum yang terasa dipaksakan.
"Loh, kok Tan? Panggil Mama dong, biar sama seperti Gavi," sahut Mama Hanum, membuat Qaila langsung merasa canggung.
"Eh, i-ya, Ma," balas Qaila. Mama Hanum tersenyum, terkekeh melihat Qaila yang masih merasa malu.
"Yaudah, sana ke kamar Gavi. Kamarnya ada di lantai dua," arah Mama Hanum.
"Hemm, kalau begitu, Qai ke atas dulu ya, Ma," pamit Qaila, lalu langsung menuju kamar Gavi yang ada di lantai dua.
"Gav?" panggil Mama Hanum saat Gavi baru saja masuk ke dalam rumah sambil membawa koper milik Qaila.
"Iya, Ma," balas Gavi sembari tersenyum.
"Barang-barang Qaila langsung bawa ke atas aja, biar besok Bibi yang beresin. Kamu langsung istirahat aja di kamar." Ucap Mama Hanum yang langsung diangguki oleh Gavi.
"Iya Ma, kalau begitu Gavi ke atas dulu," pamit Gavi.
Sesampainya di kamar, Qaila langsung mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada di kamar Gavi, memejamkan matanya dengan harap-harap cemas agar hari ini cepat berakhir.
Baru beberapa menit Qaila menikmati ketenangan, namun kini dirinya terusik oleh Gavi yang sedang membawa masuk barang-barang miliknya.
Qaila membuka matanya dengan malas saat tatapan matanya bertubrukan dengan manik mata Gavi. Namun, dia kembali memejamkan matanya, mencoba menutup hatinya dari kehadiran laki-laki itu.
"Lo mau tidur di situ?" Tanya Gavi dengan nada sinis, sambil merebahkan tubuhnya di ranjang.
Qaila tetap diam, tidak ingin berinteraksi dengannya. Dia menghela nafas panjang, merasa seluruh hidupnya terombang-ambing karena kehadiran Gavi.
"Aku ingin menjauh darimu," bisik hatinya.
"Qaila?" Panggil Gavi dengan kesal, merasa diabaikan oleh Qaila. Namun, Qaila tetap enggan untuk menjawab, merasa masih belum mampu menerima kenyataan bahwa takdir mempertemukan mereka kembali.
Seperti ombak yang menghempas batu karang di pantai, keberadaan Gavi seperti batu sandungan dalam perjalanan hidup Qaila. Dan, entah sampai kapan mereka akan terus terjebak dalam lingkaran ini.
" Berisik! Urusin aja hidup masing masing, lo gak perlu repot repot ngurusin gue!" Ucap qaila ketus.
Pagi berikutnya, Qaila terbangun lebih awal dari pada Gavi. Tubuhnya terasa sakit seluruh nya, namun ia mencoba mengabaikan rasa nyeri itu. Dengan langkah malas, Qaila menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, berharap bisa mengusir rasa tidak nyaman itu.
Tak butuh waktu lama, Qaila keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar, mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi.
Gadis itu tak menyadari bahwa sejak tadi, kegiatannya menjadi pusat perhatian Gavie Skyler yang masih berada di ranjang.
"Ini masih terlalu pagi buat datang ke sekolah!" celetuk Gavi, membuat Qaila menghentikan aktivitasnya yang sedang menyisir rambut. Wajahnya memerah karena kesal, ia melotot ke arah Gavi.
"Bukan urusan lo!" balas Qaila dengan suara ketus, berusaha mengekang kemarahannya.
Gavi mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat bahwa ia tidak ingin membuat Qaila marah.
"Tunggu gue lima belas menit lagi di bawah, gue siap-siap sekarang!" ucap Gavi sambil melompat turun dari ranjang dan menghilang ke kamar mandi.
Qaila menghela nafas, tidak merespon ucapan Gavi. Ia kembali menyisir rambutnya dengan penuh perasaan, sebelum mengambil tas sekolahnya dan melangkah keluar kamar.
Saat melewati dapur, ia melihat Mama Hanum yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Selamat pagi, Ma," sapa Qaila dengan suara lembut, menunjukkan rasa hormatnya pada ibu mertua nya itu.
Mama Hanum tersenyum ramah, " Selamat pagi sayang," balas mama hanum tersenyum lebar melihat ke datangan qaila.
"Qaila, kok mau ke sekolah?" tanya Mama Hanum heran melihat Qaila yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Iya, Ma. Sekolahku tinggal tiga bulan lagi, jadi Qaila perlu banyak latihan untuk ujian," jawab Qaila mantap.
Mama Hanum tersenyum menyemangati, "Belajar yang rajin ya, nak. Biar nanti lulus dengan nilai yang bagus."
"Iya, Ma," balas Qaila antusias. Tiba-tiba, Mama Hanum teringat anaknya yang lain,
"Oh iya, Gavi mana?" Tanya Mama Hanum sambil mencari-cari Gavi.
"Gavi lagi mandi, Ma," jawab Qaila singkat.
"Yaudah, kamu duduk dulu sambil nunggu Gavi turun. Mama udah siapin sarapan spesial buat kamu. Kamu mau bawa bekal juga nggak?" tawar Mama Hanum.
"Gak usah repot-repot, Ma. Nanti Qaila makan di kantin aja," tolak Qaila ramah.
"Baiklah, kamu sarapan dulu, ya. Mama udah buatin sandwich kesukaanmu, loh," pancing Mama Hanum agar Qaila mau sarapan.
"Iya, Ma. Makasih!" sahut Qaila dengan senyum, lalu mengambil satu potong sandwich buatan Mama Hanum.
Tepat saat itu, Gavi turun sambil menyapa, "Selamat pagi, Ma!"
"Pagi, Gav!" balas Mama Hanum ceria, menanti anak-anaknya memulai hari dengan penuh semangat.
" Kamu udah siap, bukannya hari ini kamu libur ya?" Tanya mama hanum heran.
" Hemm, gavi mau anter qaila ke sekolah." Jawab gavi membuat qaila yang sedang asyik makan sandwich pun sampai tersedak.
Uhukkk
Uhukkk
" Pelan pelan qai!" Ucap mama hanum panik.
" Iyaa ma!" Balas qaila sambil menerima minum yang di berikan gavi kepada nya.
" Ma, qai hari ini berangkat sendiri aja gak perlu di anter gavi." Ucap qaila .
" Loh kenapa?" Tanya mama hanum menatap penuh tanya .
" Qai bisa naik taxi ma, gak mau ngerepotin gavi. Lagian gavi hari ini libur juga kan?" Ucap qaila sambil menatap gavi dengan malas.
Mama hanum diam, tidak mau ikut campur masalah gavi dan qaila. Mungkin mereka berdua memang butuh waktu pikir nya.
" Gue anter aja, sekalian gue mau ketemu sama orang!" Ucap gavi santai.
Setelah selesai sarapan gavi pun langsung mengantar kan qaila ke sekolah, keduanya sama sama diam tidak terlibat pembicaraan apa pun di dalam mobil.
" Nanti pulang jam berapa?" Tanya gavi yang sudah sampai di sekolah qaila.
" Lo gak salah nanya gini?" Tanya qaila ketus.
" Nanti pulang nya gue jemput, gak perlu pesen taxi!" Ucap gavi yang malah membuat qaila terkekeh.
" Terserah!" Setelah mengatakan itu qaila langsung turun dari mobil gavi meninggalkan laki laki itu.
Gavi pun masih diam, dan belum berniat beranjak pergi dari sana. Selang beberapa menit qaila masuk ke dalam tak lama gavi melihat aqila yang baru saja datang ke sekolah dengan naik taxi.
Aqila yang sadar ada mobil gavi pun mengurungkan niatnya yang hendak masuk ke dalam , gadis itu lalu berlari kearah mobil gavi.
"Gavi?" Panggil aqila nengetuk ngetuk kaca mobil gavi dari luar.
" Masuk!" Ucap gavi setelah membuka pintu mobil nya.
Qaila yang hendak mengambil kuncir rambutnya yang terginggal di mobil gavi pun mengurungkan niatnya saat melihat aqila yang memasuki mobil laki laki itu.
" Ck! Brengsek!" Geram qaila.
" Gav, sorry. Aku gak bermaksud hilang kabar kemarin." Ucap aqila menatap penuh penyesalan kepada sang kekasih.
Gavi masih diam, sengaja ingin mendengar pengakuan gadis itu.
" Aku belum siap gav buat ngasih tau mama sama papa tentang hubungan kita, aku juga belum siap kenal sama keluarga kamu. Kamu tau kan cita cita aku jadi model, setelah lulus nanti aku harus terbang ke Paris." Jelas aqila membuat gavi sampai menghela nafasnya berkali kali.
Menurut gavi aqila benar benar egois, terlalu memikirkan dirinya sendiri. Padahal jika mereka mempublish hubungan mereka pun gavi tidak akan mungkin tega untuk membuat aqila menyerah untuk menggapai cita-cita nya.
" Terus kemana aja kamu kemarin?" Tanya gavi berusaha menahan emosi yang memenuhi dirinya.
" A-ku gak kemana mana gav, aku sengaja menghindar dan gak bales chat kamu karena aku ngerasa belum siap." Cicit aqila sambil menundukkan kepala nya.
" Kamu egois tau gak!" Ucap gavi yang sudah sangat kesal.
" Kamu kan tau aku gav!" Ucap aqila tidak percaya gavi berbicara se ketus ini kepada nya.
" Aku harap kamu gak nyesel qil sama keputusan kamu ini. Pulang dan tanya sama orang tua kamu apa yang terjadi kemarin malam." Ucap gavi dengan nada dingin membuat aqila benar benar bingung.