Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
andai saja
" Kenapa kok mie nya tidak begitu pedas?" Laras menatap Pram yang masih duduk di hadapannya.
" Lho? Masa? Aku sudah memasukkan semua bumbunya lho?" jawab Pram dengan wajah seakan tidak tau apa apa, padahal dialah pelaku utama yang membuang separuh bubuk cabe.
Mendengar itu Laras bangkit, ia berjalan ke tempat dimana Pram membuka bumbu bumbu mie itu,
Semua bungkus sudah di buang ke tempat sampah.
" Astaga.. Tidak percaya sekali sih? semua bumbu sudah ku masukkan.." ujar pram.
Laras kembali ke kursinya, wajahnya sedikit masam, tapi ia kembali melanjutkan memakan mie nya.
Diam diam Pram tersenyum,
" lucunya.." ucap Pram dalam hati.
sudah pasti Laras tidak akan menemukan sisa bumbu itu, karena Pram langsung membuangnya ke tempat cucian piring.
Pram menatap Laras dengan seksama,
" apakah kau belum merasakan sesuatu ras?" tanya Pram,
" merasakan apa?"
" apa mereka belum bergerak gerak2?" tanya Pram hati hati,
Laras diam, tak menjawab, ia terus memakan mie nya.
Karena Laras tidak menjawab, Pram tidak bertanya lagi.
" Nanti kalau bergerak gerak ku beritahu." jawab Laras setelah mie di mangkoknya habis.
senyum Pram terkembang,
" apa ada lagi yang ingin kau makan? Makanlah yang banyak.. Karena di perutmu ada dua janin,"
" aku tau." jawab Laras pendek.
Pram bangkit, mengambil segelas air putih untuk Laras,
" apa mau susu hangat?" tanya Pram kalem.
" tidak, tadi sore aku sudah minum susu."
" aku besok mau keluar kota, apa ada yang kau inginkan?"
" tidak, aku akan meminta pada Bu Yati jika ingin sesuatu."
Pram menjadi tersadar, bahwa ia terlalu berharap lebih.
" baiklah, aku akan menginap di luar kota selama dua hari, karena aku harus melihat tembakau secara langsung ke petani,
Kau baik baiklah dirumah,
Jangan berlarian dengan perutmu yang sudah besar itu..
hubungi aku jika ada sesuatu.." Pram bangkit, ia tau, Laras tidak akan pernah menghubunginya meski ia berpesan seperti itu.
" jangan tidur terlalu malam," Pram menyentuh kepala Laras, sedikit membelainya, entah dari mana asalnya keberanian itu, setelah meninggalkan sedikit kesan untuk Laras, laki laki itu berlalu pergi, entah kembali ke ruang kerjanya, entah kembali ke kamarnya yang letaknya tidak jauh dari kamar Laras itu.
Laras terdiam, lama...
Ada perasaan aneh yang menghinggapinya,
Kepalanya baru saja di belai oleh Pram,
Hal itu sangat familiar bagi Laras,
dulu Pram sering melakukan hal itu kepadanya,
Dulu sekali ketika ia masih SMP.
Semua kenangan yang pernah terjadi diantara mereka seperti kembali, muncul seperti film pendek.
Laras masih terdiam di tempatnya, ia kebingungan dengan ingatan ingatan lamanya yang merangsek masuk.
" Sudah selesai makannya mbak Laras?" suara Bu Yati membuyarkan pikirannya,
Perempuan setengah baya itu berjalan mendekat.
" mau langsung kembali ke kamar?"
" tidak Bu, saya mau jalan jalan sebentar.. rasanya sedikit sesak.." Laras bangkit dari kursinya,
" tentu saja, perut mba Laras sudah terlihat besar..
Luar biasa kalau membayangkan ada dua bayi di dalamnya.." bu Yati tersenyum,
" mas Pram pasti bahagia punya dua anak sekaligus.." imbuh Bu Yati membuat raut wajah Laras lagi lagi terlihat tidak nyaman.
" mau jalan jalan di halaman depan? Melihat lampu lampu taman dan bunga bunga?" tanya Bu Yati,
" apakah boleh Bu?" tanya Laras dengan wajah polosnya, tentu saja, usia Laras bahkan masih delapan belas tahun.
" Boleh, tapi saya ambilkan jaket dulu.. Dan asal tidak terlalu lama.."
Mendengar itu Laras mengangguk.
___
Rupanya Pram kembali ke kamarnya,
namun bukannya tidur, laki laki itu justru berdiri di samping jendela,
ia membuka tirainya setengah, agar bisa menatap langit malam, lampu lampu tamannya, dan bunga bunga yang sudah tukang kebun susah payah tanam.
" Bukankah aku sudah harus mencari nama?" gumamnya,
" tapi aku belum tau anak anakku itu laki laki atau perempuan.." imbuhnya.
Pram menyandarkan punggungnya pada dinding disamping jendela, lalu menghela nafas pelan.
Ia akan menjadi seorang bapak, anak anak itu akan lahir di usia Pram yang ke dua puluh lima.
Sesungguhnya ia tidak pernah berencana untuk menikah,
Apalagi mempunyai anak secepat ini,
Tapi inilah rencana Tuhan yang tidak bisa ia tolak.
ucapan papanya tiba tiba melintas,
Bahwa dirinya harus sadar dan Tidak boleh lupa bahwa Laras adalah milik adiknya.
Pram memejamkan matanya sejenak,
Ini adalah hal yang paling gila yang pernah ia lakukan,ia akan melepaskan ibu dari anak anaknya.
Dan mungkin saja, ia akan melihat ibu dari anak anaknya itu kembali pada adiknya suatu saat nanti.
bukan tidak mungkin ia dan Laras akan berubah status menjadi ipar,
dan Pram harus sanggup menerima hal itu.
Pram menarik punggungnya dadi dinding, dan berniat menutup tirai, namun gerakannya terhenti saat melihat Laras dan bu Yati sedang berjalan jalan di taman depan.
Pram terdiam, matanya lurus menembus jendela, menatap Laras yang baginya memang sudah cantik sejak kecil itu.
Andai saja segalanya berjalan sesuai dengan keinginan Pram,
Andai saja, Elang saat itu tidak berkata padanya bahwa ia menyukai Laras.
Dan andai saja ia bukan anak pertama yang harus selalu patuh dan mengalah pada Elang yang bebas melakukan apa saja itu.
Pram menghela nafas panjang, lalu mengambil HP di saku celananya,
" Bu Yati, jangan biarkan istriku terlalu lama di luar.." ucap Pram, ternyata yang ia hubungi adalah Bu yati.
Pram cemas, kalau kalau Laras masuk angin, tentunya itu tidak baik untuk ibu hamil.
Setelah mematikan sambungan telponnya, Pram masih terus menatap Laras, Hinga sepuluh menit kemudian, istri kecilnya itu berjalan kembali ke dalam rumah.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini