NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SI BUNGSU

BALAS DENDAM SI BUNGSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Teen School/College / TKP / Trauma masa lalu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.

Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.

Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."

Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.

Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.

Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.

PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9 PERLINDUNGAN DARI KELAS

Brakkkk

Seseorang memukul meja hingga menimbulkan suara yang kencang.

Semua orang seketika menoleh ke sumber suara. Pelakunya tidak lain adalah Habian. Emosinya memang terkenal yang paling buruk di kelas.

Sejak awal Aria memanggil Wina dan memintanya bercerita. Sebenarnya diam-diam seluruh kelas mendengarkan. Meski Wina berbisik, karena kelas dalam keadaan hening, semua orang hampir bisa mendengarnya.

Habian yang menahan emosinya sejak tadi, menjadi lepas kendali, saat mendengar cerita itu lagi.

Aria satu-satunya yang tidak terpengaruh, "Baiklah, aku mengerti. Terima kasih."

"Sama-sama, aku hanya mengatakan hal yang kudengar saja," balas Wina. Melihat suasana kelas yang tegang, Dia membalikkan badannya buru-buru, duduk pada posisi semula. Dia hanya seorang introvert dan kutu buku. Menjadi pusat perhatian sangat tidak cocok untuknya.

Kelas kembali masuk kedalam keheningan.

Tapi itu hanya sesaat, karena seseorang tiba-tiba bersuara.

"Keterlaluan, beraninya mereka membuat rumor begitu. Mereka hanya iri pada kelas kita, karena mendapatkan murid yang baik," kata Keira marah.

Semua orang setuju dalam hati. Tapi tidak ada yang berani bicara. Di depan ada ketua kelas yang menatap mereka dengan tatapan peringatan.

Aria menatap kosong ke depan, hatinya tergerak, sudah lama seseorang tidak membelanya.

"Aria, jangan pikirkan orang-orang itu, aku dipihakmu. Eh, tidak, seluruh kelas ada di pihakmu," kata Keira.

Semua orang menatap panas pada Aria, seolah ingin memberikan dukungan pada gadis itu.

Aria menoleh dan tersenyum hangat, "Baiklah, aku tahu," Dia berpikir sebentar, lalu kembali bicara, "tidak perlu ada keributan. Ujian bulanan adalah cara terbaik untukku membuktikannya."

Semuanya diam-diam merasa sedih, Aria adalah yang paling muda di antara mereka, dan seseorang berani menggretaknya di bawah ketiak mereka. Semangat membara berkobar dalam hati mereka.

Tidak boleh hanya Aria yang berusaha. Mereka juga harus bekerja keras untuk mengalahkan kelas A1. Karena Aria sudah berkata untuk tidak ada keributan. Di ujian bulanan ini, kelas A2, akan mengalahkan kelas A1.

Lihat saja mereka akan menghancurkan kesombongan orang-orang picik itu.

...----------------...

Di ruangan khusus Dewan Kedisiplinan.

Evan memasuki ruangan, diikuti tiga orang di belakangnya. Mereka tidak harus mengikuti kelas belajar mandiri. Bahkan jika mereka mau, mereka bisa bolos kelas biasa. Terlalu tidak adil memang. Tapi kenyataannya dunia kerap tidak memiliki keadilan. Terutama pada kalangan miskin.

Di dalamnya sudah ada dua orang yang langsung menyambut kedatangannya.

"Ketua."

Evan mengangguk sebagai balasan, dia langsung duduk di sofa mandiri. Membiarkan yang lainnya melakukan apa yang mereka mau.

Gandi ikut duduk, diikuti helaan nafas yang kencang. "Haahhhhh," keaktifan nya yang biasa, kini sedikit lesu.

"Kenapa kau? Bukannya kalian habis bersenang-senang," kata Dirga.

"Apanya yang bersenang-senang, semua orang sudah bubar saat kami tiba-" Gandi melirik ketuanya, lalu merendahkan suara, "Awalnya masih ada ikan yang tertangkap jaring. Tapi ketua melepaskannya."

"Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?" tanya Dirga penasaran. Dia mendekat untuk mendengar gosib lebih jelas.

"Entahlah, tapii... ikan itu seorang gadis dan masih murid baru," Gandi tidak menyebutkan gadis lainnya, yang merupakan adik Keenan, baginya momentum murid baru yang membuat ketua berbeda, lebih luar biasa.

Entah darimana keberanian nya itu, menggosipkan Evan di depannya langsung.

Evan disisi lain mengabaikan kedua anggotanya itu, pandangannya mengarah pada pria di sisi kirinya, dan berkata, "Bagaimana?"

"Aku masih belum menemukan apa-apa. Mereka menyembunyikannya dengan sangat baik, " Joan menghabiskan nafas, "Jika saja ketua maju, itu pasti akan lebih mudah. Putri mereka kan sangat menyukai-"

Evan meliriknya dengan tajam. Seketika Joan tidak berani melanjutkan.

"Kita masih punya banyak waktu," Evan terdiam sejenak, tanpa berkomitmen, dia kembali berkata, "Perhatikan lebih dalam lagi, pasti ada celah di suatu tempat, kita hanya perlu menemukannya."

Joan mengangguk patuh, dan berkata, "Aku akan lebih berusaha."

Setelah mendengar itu, Evan tidak lagi bertanya, Dia mengambil komputer di meja, dan mulai sibuk dengan pekerjaannya.

Joan yang melihat ketuanya tidak memiliki pertanyaan lagi untuknya, ikut bergabung dengan Gandi dan Dirga, yang sedang asik bicara.

Ngomong-ngomong Keenan dan Innes sedang mengerjakan sesuatu di meja lainnya.

Jelas hanya ketiga orang ini yang tidak memiliki kesibukan apapun di ruangan ini.

"Kalian menyebut murid baru tadi?" tanya Joan.

"Ya, kenapa, kau tahu sesuatu?" Gandi balik bertanya

Joan memang mengingat sesuatu tentang murid baru, "Bukannya kita mendapat laporan kelas 10 sedang berkelahi. Itulah kenapa kalian pergi kelapangan. Mereka berkelahi karena murid baru," katanya.

"Hey, aku baru mendengar ini," seru Gandi terkejut.

Dirga tidak terkejut, dia tahu tentang hal ini. Dia bersama dengan Joan, saat mendengar obrolan seseorang di toilet.

"Dirga saksinya. Saat ke toilet tadi, kami dengar, seseorang bicara, kelas 10 A1 membuat rumor buruk tentang murid baru. Dan sepertinya A2 mengetahui itu. Mereka tidak terima dan langsung menantang kelas A1."

Gendi bertepuk tangan, "Hebat, ini keajaiban, seluruh kelas turun untuk seorang murid baru," Ngomong-ngomong dia jadi teringat sesuatu, dan melirik ke arah ketuanya. Tangannya menutup mulut tidak percaya. "Ketua juga tadi membantu murid baru. Pertanda apa ini??"

Evan yang mendengarnya, pura-pura tuli.

"Murid baru itu bahkan sudah membuat keributan di hari pertama dia datang. Entah apa yang akan terjadi kedepannya," ucap Gandi dramatis.

Yang lain mengabaikan ucapan Gandi, pria itu memang selalu banyak drama.

Tapi tidak dengan Evan, diam-diam dia memikirkan sesuatu, mungkin karena wajah familiar murid baru, atau karena instingnya. Evan selalu merasa sesuatu yang buruk akan terjadi cepat atau lambat.

...----------------...

Seminggu kemudian.

Aria akhirnya diterima kerja, sebagai pekerja paruh waktu, di toko minimarket.

Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Aria langsung datang dari sekolah, tanpa mengganti pakaiannya.

"Maaf, aku terlambat kak," ucap Aria.

Aron menggeleng cepat, "Tidak-tidak, bukannya bos berkata kamu bisa mulai bekerja saat pulang sekolah."

Aron adalah penjaga toko yang sebelumnya ditemui saat pertama Aria datang ke toko ini. Terhitung tiga kali keduanya bertemu. Kesalahpahaman di awal pun sudah terlupakan.

"Ini bajunya," Aron menyerahkan seragam yang mirip miliknya, tapi versi untuk perempuan, "Kamu gantilah dulu."

Aria mengambilnya dan bergegas mengganti pakaiannya di toilet.

Beberapa menit kemudian, Aria selesai mengganti baju, dan kembali ke meja kasir.

"Sudah selesai?" tanya Aron. Dia mengangguk puas saat melihat Aria dengan seragam yang sama dengannya. "Hari ini aku akan mengajarimu dulu. Baru besok aku akan meninggalkanmu sendiri."

Aria mengangguk mengerti. Saat wawancara kemarin baru diketahuinya, kenapa toko ini membutuhkan karyawan baru. Itu untuk menggantikan Aron yang tidak lagi bisa full bekerja. Sebenarnya lebih baik mendapatkan pegawai penuh waktu daripada paruh waktu. Tapi entah kenapa sangat sulit mencari pelamar. Aria satu-satunya yang datang, sejak lowongan dibuka, tiga bulan yang lalu.

Aron menjelaskan beberapa hal yang perlu Aria perhatikan selama bekerja. Dari mengatur jika ada barang yang datang, melakukan pelayanan kasir, mendisplay barang yang habis, dan terakhir melakukan pembukuan. Aron juga memberikan pengetahuan tentang keamanan. Lagipula Aria masih seorang gadis kecil, yang akan bekerja shift di malam hari. Meskipun di daerah ini relatif sangat aman. Tetap saja harus berjaga-jaga.

Sesungguhnya pemilik toko sama sekali tidak berniat menerima Aria. Selain karena Aria masih dibawah umur, dia adalah seorang gadis. Benar-benar sangat mengkhawatirkan. Tapi berkat rekomendasi dari Aron. Pemilik tidak lagi mempermasalahkan umur dan gender Aria.

Pukul 10.00, waktunya toko ditutup. Segera tirai diturunkan, lalu memulai pembukuan hari ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!